NovelToon NovelToon
Marriage Without Love

Marriage Without Love

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Queisha Calandra

Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 10.

Author's Pov.

Satu jam berada di kantor tanpa Sean, Fany merasa seperti mencemaskan sesuatu. Ia ingat bahwa ia meninggalkan Sean yang masih dalam keadaan belum sadar. Apa tidak apa-apa Sean dibiarkan di Apartemen sendirian? Apa ini tidak akan menimbulkan masalah? Fany merasa sedikit terganggu dengan pikiran - pikiran buruknya sendiri. Ia terlalu khawatir jika apa yang ia lakukan bisa membuat Sean mati karena pria mabuk itu sangat ceroboh, dan dirinyalah yang akan disalahkan sebagai istri yang tidak bisa mengurus suaminya.

Tapi, kegelisahan Fany berakhir setelah ia melihat Sean baru saja melintas di depannya dengan perban yang sama yang membalut punggung tangan kanannya. Fany merasa agak heran, bagaimana bisa Sean mandi dengan perban yang tetap kering dan begitu cepat? Fany yakin bahwa balutan perban di tangan suaminya itu adalah perban yang ia balutkan tadi pagi. Ia mengingat bagaimana cara ia mengikatnya. Apa mungkin Sean tidak mandi? Ah jelas itu tidak benar. Sean terlihat segar dan rapi, dan juga wangi maskulin khas sabun mandi pria jelas tercium dari badan pria itu. Mana mungkin Sean bisa serapi itu jika ia tidak mandi?

"Saudari Fany, tolong siapkan ruang rapat untuk pertemuan satu jam lagi." Ucap Sean pada Fany yang tidak menyadari keberadaan Sean yang sudah ada di depannya, Fany terlalu sibuk membayangkan Sean sejak tadi.

"Baik, pak." Jawab Fany agak gugup karena mungkin saja Sean memergoki dirinya yang tengah melamun membayangkan dirinya.

Tanpa sepatah kata pun, Sean pergi meninggalkan Fany entah kemana, yang jelas bukan ke dalam ruangan kerjanya. Fany tidak tahu jika akan ada pertemuan dalam satu jam yang akan datang. Apa hal itu juga yang membuat Sean bisa cepat sampai ke kantor meskipun ia mungkin masih dalam kondisi setengah mabuk? Fany masih terus memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu ia pikirkan jika ia benar tidak menaruh hati pada Sean.

.......

Satu jam berlalu, kini Fany berdiri agak dibelakang Sean untuk menyambut tamu yang ditunggu Sean. Ternyata ada seorang pria yang sudah mulai menua dengan seorang gadis di sampingnya. Fany membungkuk hormat pada pria itu.

"Selamat siang, Mr. Sean. Maaf membuat Anda menunggu." Ucap pria tua itu yang dilanjutkan senyuman oleh anak gadisnya.

"Selamat siang. Tidak apa-apa. Mari silahkan masuk!" Ucap Sean dengan nada yang sopan. Akhirnya mereka berempat masuk ke dalam ruang rapat.

"Kenalkan, ini putri saya, Neysha Widya, dia putri saya satu-satunya" Ucap Pria tua itu pada Sean, rupanya pria itu sedang mengenalkan putrinya pada Sean.

Awalnya Fany berfikir bahwa gadis di samping pak tua itu adalah sekretarisnya yang akan menemaninya membicarakan masalah pekerjaan dengan Sean. Tapi, Fany agak merasa aneh saat mengetahui bahwa gadis itu ternyata adalah putri pria itu.

Kemudian Fany menepis kecurigaannya dengan menebak mungkin saja putrinya sedang ingin belajar berbisnis melalui ayahnya.

"Salam kenal!" Ucap Sean singkat dibalas anggukan oleh Neysha.

"Baiklah, pak Darmawan. Bagaimana pendapat anda soal kerjasama perusahaan kita yang sempat batal itu, apa anda kesini untuk membicarakan hal itu?" Tanya Sean tidak ingin berlama-lama berbasa-basi.

Sebenarnya, hari ini Sean berencana untuk meliburkan diri di rumah karena aktivitasnya semalam yang membuat kesadarannya menghilang di pagi hari tadi membuat tubuhnya masih agak lemah dan hanya ingin beristirahat. Tapi karena Darmawan menelfon dan memohon ingin bertemu karena ada hal yang penting yang perlu dibicarakan, Sean yang tidak ingin dicap tidak menghormati pria tua itu pun akhirnya memaksakan dirinya untuk datang ke kantor demi permintaan pria itu.

"Bukan, maksud saya kesini bukan itu." Ucap Darmawan.

"Lalu, terkait hal apa, anda ingin menemui saya?" Tanya Sean.

"Anda seorang pengusaha muda yang sudah banyak dikenal di dunia bisnis, Anda juga berbakat, selain itu anda cukup menarik di hadapan banyak wanita. Sedangkan putri saya, Neysha Widya adalah gadis yang berpendidikan dan baru saja lulus kuliah. Dia tentu sangat cantik, jadi saya berniat untuk, "

"Cukup!" Potong Sean. "Saya sudah mengerti apa maksud anda." Kata Sean menegakkan posisi duduknya dan kembali menatap Darmawan dengan lebih serius. "Tapi, maaf. Saya tidak bisa menerima ini. Banyak pria diluar sana yang memiliki segalanya yang melebihi saya. Tolong jangan tersinggung. Putri anda memang sangat cantik dan menarik, tapi saya, saya tidak bisa menerima keinginan anda." Lanjut Sean. Dari ucapan Sean lah, Fany baru menyadari motif Darmawan dibalik kunjungannya bersama putrinya, ternyata Darmawan ingin menjodohkannya dengan Sean. Pernikahan Fany dan Sean terlaksana dengan tertutup jadi tidak heran jika Darmawan tidak tahu bahwa Sean sudah menikah dengan Fany.

"Tolong anda pertimbangkan lagi keputusan anda! Saya tidak merasa keberatan jika anda membutuhkan waktu untuk memikirkannya terlebih dulu." Ucap Darmawan.

"Mohon maafkan saya. Saya tetap tidak bisa. Meskipun anda memberikan saya waktu sampai beberapa lama pun, saya tetap pada jawaban saya. Bukannya apa-apa, saya hanya merasa tidak pantas untuk putri anda." Jawab Sean.

"Tapi,"

"Maaf, jika tidak ada yang lain. Anda boleh pergi! Saya masih ada urusan yang lebih penting." Ucap Sean karena merasa keputusannya tidak dianggap oleh Darmawan.

"Ayah, sudah! Sebaiknya kita pulang." Ucap Neysha pada Darmawan, merasa malu jika harus terus berlama-lama di tempat itu.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Darmawan meninggalkan Sean dan Fany di ruangan itu. Setelah dirasa mereka sudah pergi, Fany mendesah dan menggerutu.

"Sudah repot-repot menyiapkan ruangan, ternyata hanya untuk masalah tidak penting."

Sean yang mendengarnya pun rupanya mulai tersulit emosinya. "Jika kau tidak suka, kau bisa menolak dan berhenti bekerja sesuka hatimu." Ucap Sean datar namun cukup membuat Fany benar-benar kesal.

"Hey, tidakkah kau sadar, bahwa apa yang kau lakukan ini adalah sia-sia? Aku sudah menyiapkan semuanya, tapi kau malah menolak kesempatan bagus itu, dengan menikahi gadis itu bukanlah kau sangat diuntungkan?"

"Keuntungan apa yang akan aku dapatkan dengan menikahi Neysha disaat aku masih berstatus sebagai suamimu?" Tanya Sean.

"Kau akan mendapatkan perusahaannya, bukankah dia anak satu-satunya pak Darmawan." Ucap Fany.

"Aku bukan orang yang suka mengambil keuntungan dengan cara seperti itu." Ujar Sean.

"Lalu dengan cara apa kau akan mengambil keuntungan? Dengan menikahiku yang sama sekali tidak ingin terlibat urusan denganmu? Kau hanya memikirkan egomu sendiri. Hanya karena aku dan Arinka memiliki hampir delapan puluh persen kemiripan, kau menikahi ku tanpa ingin tahu perasaanku sebenarnya." Ujar Fany mengungkit hal yang sebenarnya sudah lama ingin ia sampaikan pada Sean bahwa dirinya memang tidak ingin bersama suaminya itu.

"Aku tidak menikahimu karena alasan yang kau tuduhkan. Aku punya alasan sendiri kenapa aku menikahimu." Elak Sean. Meskipun tidak tahu apa alasan Sean sebenarnya, tapi Fany tetap yakin pada tuduhannya. Sean sangat mencintai Arinka, tidak diragukan lagi bahwa seseorang akan menikahi orang yang memiliki kemiripan yang sangat kental dengan orang yang sangat dicintainya.

"Aku juga punya alasan kenapa aku ingin berpisah dengan mu secepatnya." Kata Fany. Bukannya merasa puas karena membuat Sean tahu apa yang sebenarnya ia inginkan, Fany justru merasa bahwa dirinya akan mendapatkan masalah sebentar lagi. Sean menatapnya dengan tatapan penuh emosi. Pria itu bahkan menyudutkan nya di salah satu sudut ruangan.

"Dengar! Kau tidak akan pernah bisa lepas dariku. Sampai kapanpun kau hanya akan hidup bersamaku." Kata Sean penuh penekanan sebelum ia meninggalkan Fany begitu saja.

Fany benar-benar takut melihat Sean yang seperti itu, dan apa maksud Sean tidak akan melepaskan Fany? Apa Sean berniat menahan Fany bersamanya selamanya? Dan kenapa Sean melakukan itu jika bukan karena obsesinya terhadap Arinka yang sialnya memiliki kemiripan yang begitu kental dengannya.

Bersambung....

.......

1
iqbal nasution
menarrikk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!