Hai semua,,,author kembali lagi nih dengan cerita baru.
Sebuah pernikahan terjadi di masa lalu, walau pernikahan dini namun tetap sah karena sang ayah si gadis yang menikahkan.
Kehidupan terus berputar dan saat si gadis dewasa sang suamipun ingin meresmikan pernikahannya.
Namun bagaimana jadinya jika pernikahan mereka terlupakan oleh sang gadis ,,,
Penasaran ???!! Yuk dibaca ,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8 》》 ABANG PASTI ADA WAKTU
Masalah selesai, namun baik Andhini maupun Satria masih duduk di kursi masing-masing. Andhini sibuk berbalas pesan dengan Zelina sedangkan Satria sibuk dengan laptopnya.
“Oh ya Dhin, abang minta nomor ponselnya agar komunikasi kita lancar.” Satria menghentikan kegiatannya. Ia tiba-tiba mengingat jika nomor Andhini belum ia save.
Mereka lalu berbagi nomor ponsel. Andhini tak ingin banyak drama yang tak penting. Berbagi nomor ponsel dengan Satria tak ada salahnya.
“Kamu punya permintaan gak, kali aja ada aturan buat abang ,,,” Satria menyandarkan punggungnya seraya menatap wajah cantik Andhini yang kembali sibuk dengan ponselnya setelah mereka bertukar nomor.
“Sebenarnya gak ada sih hanya saja, aku gak mau istri abang mengganggu hidupku. Karena jika itu terjadi maka aku gak bisa jamin keselamatannya dia. Bukan ngancam bang, tapi aku tak memiliki kesabaran seperti istri kedua pada umumnya. Istri abang gak perlu baik-baikin aku atau berusaha dekat denganku karena aku gak butuh itu semua. Aku hanya ingin hidup tenang dan normal. Intinya gak perlu ada interaksi antara aku dengan istri abang.” Andhini memberi penekanan pada setiap kata yang keluar dari bibir ranumnya.
“Abang akan bicarakan dengan Linda. Kamu tenang aja, ya.” Satria berusaha meyakinkan Andhini. Ia mengenal Andhini sejak istrinya itu masih bayi. Meskipun Satria melewati beberapa tahun tumbuh kembang Andhini namun Niko selalu memberikan informasi tentang adiknya itu ketika bunda Riana meneleponnya.
Niko dan Satria memilih melanjutkan pendidikan di luar negeri setelah tamat SMA. Meskipun keduanya tidak bersekolah disekolah yang sama namun persahabatan kedua orang tua mereka rupanya menurun pada Niko dan Satria.
Sepengetahuan Satria, istrinya itu sangat menyukai olah raga bela diri dan selalu mengikuti berbagai kompetisi baik olah raga maupun sains. Maka tak heran jika Andhini tumbuh menjadi gadis yang tangguh cerdas dan percaya diri yang tinggi.
“Maaf bang, aku ngantuk.” Andhini berdiri dan meninggalkan Satria. Andhini lalu menutup dan mengunci pintu kamarnya. Ia hanya ingin berjaga-jaga walau sebenarnya sah-sah saja jika Satria masuk ke kamarnya.
Banyak hal yang menjadi pertimbangan Andhini sebelum memberikan hak Satria sebagai suami. Pernikahan dadakan, menjadi istri kedua dan ia tak mengenal sama sekali Satria. Kecuali sebagai sahabat sang abang. Ada beberapa hal yang masih menjadi hal yang misterius menurutnya.
Satria pun melakukan hal yang sama. Ia hanya mematikan laptopnya dan masuk ke dalam kamar yang bersebelahan dengan kamar Andhini. Untuk saat ini Satria tak banyak menuntut. Bisa berbicara normal dan tanpa nada ketus sudah merupakan sebuah kemajuan.
Malam berlalu dan berganti dengan sinar keemasan sang mentari pagi. Sebelum beranjak dari kasur empuknya, Andhini terlebih dahulu memeriksa ponsel manatau ada pesan dari Zelina karena semalam pembahasan mereka belum selesai namun ia keburu mengantuk.
Tak ada pesan dari sang sahabat yang artinya kesepakatan mereka tak ada perubahan. Andhini segera bergegas ke kamar mandi. Sudah menjadi kebiasaan gadis itu ketika bangun tidur langsung mandi agar rasa malas tak betah berlama-lama mengganggunya.
Mengingat jika saat ini Satria tidur di kamar sebelah maka Andhini bergegas keluar kamar dan menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Meskipun ia belum bisa menerima pernikahan dadakan ini namun ia tetap akan menyiapkan keperluan Satria jika berada di apartemennya.
Tanda-tanda Satria keluar kamar belum terlihat. Andhini sesegera mungkin menyelesaikan pekerjaannya karena iapun ada janji dengan Zelina. Setelah nasi goreng seadanya selesai, Andhini menyimpannya di piring lalu menatanya di atas meja makan bersama dengan telur mata sapi. Lalu ia kembali ke kamar untuk bersiap.
Andhini menatap dirinya pada pantulan cermin dan tersenyum manis. Sesaat kemudian senyuman manisnya berubah kecut ketika mengingat dirinya sebagai istri kedua.
“Ck, buat apa cantik kalo bisanya jadi istri kedua,” Gumamnya meraih tas dan kunci mobil beserta handphone kesayangannya.
Saat keluar kamar, nampak Satria pun terlihat rapi sedang duduk menunggu Andhini untuk sarapan bersama.
“Rapi banget pagi-pagi, Dhin ,,, mau keluar ya ?!” Satria menatap takjub Andhini yang terlihat sangat cantik dalam balutan jeans dan baju yang sedikit pressbody namun tak terlihat seksi bahkan terlihat berkelas. Gadis ini betul-betul sangat pandai dalam memilih pakaian untuk dirinya.
“Iya bang, aku ada janji dengan Zelina. Oh ya bang, hari sabtu aku wisuda jika abang ada waktu,” Sebenarnya Andhini tak ingin memberitahukan pada Satria akan tetapi ia tak ingin bunda Riana nanti malah menyalahkannya .
“Pasti abang ada waktu,” Balas Satria yakin.
“Sarapan yuk, bang ,,, nanti telat ke kantor.” Andhini mengalihkan pembicaraan. Ia tak menimpali perkataan Satria. Ia tak terlalu berharap Satria akan datang. Andhini tak ingin kecewa seperti kemarin-kemarin.
Keduanya sarapan dalam diam. Satria menikmati nasi goreng buatan Andhini untuk pertama kalinya dan terasa pas di lidah. Ia ingin berkomentar namun melihat Andhini yang sepertinya tak tertarik berbicara membuat Satria mengurungkan niatnya. Hingga acara sarapan berakhir tanpa kata.
“Mau berangkat bareng ?!” Satria menawarkan tumpangan yang langsung dibalas dengan gelengan kepala oleh Andhini.
“Gak usah bang, nanti aku pulangnya gimana. Zelina juga gak tau kalo sekarang aku tinggal di apartemen.” Andhini mengatakan apa adanya. Sahabatnya dan orang-orang memang tak ada yang tau statusnya saat ini.
“Kartu ini buat kamu pake untuk keperluanmu,” Satria mengambil kartu dari dalam dompetnya dan meletakkannya di depan Andhini.
“Gak perlu bang, aku gak kekurangan uang kok.” Andhini menolak pemberian Satria. Bukan tanpa sebab ia menolaknya. Ada beberapa alasan Andhini tak bisa menerimanya.
“Gak apa-apa Dhin, simpan aja. Abang gak akan meminta macam-macam kok,” Satria mengusap pelan pucuk kepala Andhini membuat si empunya berdecak kesal karena rambutnya jadi berantakan.
“Abang berangkat ya,” Satria berpamitan bersamaan dengan bel pintu berbunyi tanda sang asisten sudah di depan pintu.
Tak ada yang tau apartemen yang ditinggali oleh Andhini kecuali kedua orang tuanya, bunda Riana, Niko dan Fais asisten Satria. Bahkan Linda saja tidak tau sesuai permintaan Andhini. Gadis itu benar-benar tak ingin berurusan dengan Linda.
Sebelum berangkat, Andhini terlebih dahulu mencuci piring kotor bekas sarapan mereka agar dapur mungilnya tetap rapi. Setelah itu ia mengirim pesan pada Zelina sekedar mengabari kalo ia sudah siap otw.
Andhini segera keluar apartemen setelah mengabari Zelina. Kebiasaan sahabatnya itu lama merespon pesan jika pagi-pagi begini. Entah apa yang sedang Zelina lakukan sehingga responnya tak stabil. Andhini hanya bisa memakluminya karena sejak dulu memang sudah seperti itulah seorang Zelina. Gadis cantik yang ia gadang-gadang akan menjadi kakak iparnya.
Hari ini ia juga berencana menemui bunda Riana untuk memberitahukan mengenai hari wisudanya. Ia ingin sang bunda ikut merasakan kebahagiaannya pada detik-detik terakhir perjuangannya sebagai mahasiswa.
🍒🍒🍒🍒
SELAMAT PAGI READERS ,,,,
SEHAT-SEHAT YA, JANGAN LUPA SENYUM MANIS MENYAMBUT PAGI
DAN YANG TAK KALAH PENTINGNYA, TERUS DUKUNG OTHOR YAAAKK
LOVE YOU SEKEBON CABE
cantik cerdas dan mandiri ❤️❤️❤️