Aku adalah seorang gadis desa yang dijodohkan oleh orang tuaku dengan seorang duda dari sebuah kota. dia mempunyai seorang anak perempuan yang memasuki usia 5 tahun. dia seorang laki-laki yang bahkan aku tidak tahu apa isi di hatinya. aku tidak mencintainya dia pun begitu. awal menikah rumah tangga kami sangat dingin, kami tinggal satu atap tapi hidup seperti orang asing dia yang hanya sibuk dengan pekerjaannya dan aku sibuk dengan berusaha untuk menjadi istri dan ibu yang baik untuk anak perempuannya. akan tetapi semua itu perlahan berubah ketika aku mulai mencintainya, namun pertanyaannya apakah dia juga mencintaiku. atau aku hanya jatuh cinta sendirian, ketika sahabat masa lalu suamiku hadir dengan alasan ingin bertemu anak sambungku, ternyata itu hanya alasan saja untuk mendekati suamiku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia greyson, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Malam harinya, setelah mereka makan malam bersama Amira mengajak Maira ke kamar nya dan dia menidurkan anak sambungnya tersebut. Setelah memastikan Maira tidur nyenyak, Amira berjalan ke dapur untuk menyimpan piring-piring sisa makan malam. Saat ia memutar keran air, langkah kaki terdengar dari arah ruang tengah.
“Masih belum tidur?” suara Mas Arif terdengar dari balik pintu dapur.
Amira menoleh, tersenyum tipis. “Belum. Aku mau beresin piring-piring sisa makan kita tadi sebentar lagi juga selesai." Kata Amira
Mas Arif masuk pelan, lalu berdiri di sampingnya. “Biarkan aku membantumu, ” ucapnya, mengambil lap kering dan mulai mengeringkan piring-piring yang sudah dibilas Amira.
Amira sempat tertegun. Biasanya Mas Arif hanya duduk di ruang tamu atau langsung ke ruang kerja. Tapi malam ini kenapa dia berdiri di sini. Di sampingnya. Membantu hal-hal kecil. Namun terasa begitu berarti bagi Amira.
Setelah mencuci piring bersama, Amira kemudian membersihkan wEstafel dan juga membersihkan kompor juga melekap meja dapur. Mereka duduk berdua di meja makan yang sudah kosong. Tak ada obrolan berat. Hanya percakapan ringan tentang makanan favorit Maira, cerita lucu masa kecil Amira, yang mana dulu Amira pernah belajar bersepeda dan dia jatuh ketika pertama kali mencoba mengayuh sepeda itu, dan Arifpun tertawa mendengar cerita lucu Amira tersebut, dan ternya Arif juga punya cerita yang lucu, yaitu semasa kecilnya dulu dia pernah dikejar oleh anjing tetangga karna maling mangga tersebut.
Amira yang mendengar cerita lucu dari suaminya tertawa terbahak-bahak, dia tidak menyangka ternyata suaminya pernah maling mangga tetangganya. Mereka juga bercerita tentang jo Y masing-masing yang mana dulu Arif pernah mempunyai hoby memelihara ikan, dan Amira ternya mempunyai hoby memasak, Pantas saja masakan Amira sangat enak, walapaun aku jarang makan dirumah, tapi aku yakin dia sudah ahli dalam memasak. Mereka berdua larut dalam cerita-cerita masa lalu mereka, hingga tanpa sadar ternyata jam telah menunjukkan pukul 11 malam. Arif mengajak Amira untuk tidur ke kamar mereka, dan Amira pun mengiyakan ajakan Suaminya tersebut.
Hal-hal seperti ini yang dari dulu Amira inginkan, ingin mengetahui hal-hal kecil tentang suaminya.
“Kenapa kamu bisa sabar banget sih, Mira?” tanya Arif tiba-tiba, menatapnya dengan serius. Amira menghela napas pelan, menunduk sebentar. “Karena aku nggak pengen kehilangan kesempatan yang mungkin bisa jadi kebahagiaan.”
Arif menatapnya lebih dalam, lalu mengangguk.
“Mira,” ucapnya perlahan. “Aku tahu aku nggak sempurna. Aku lambat dan sering dingin. Tapi malam ini aku sadar satu hal… aku nyaman sama kamu. Dan itu bukan hal kecil.”
Amira terdiam. Kata-kata itu seperti aliran hangat yang menyusup ke dadanya.
Mas Arif melanjutkan, “Kalau kamu masih mau, aku ingin terus coba. Bukan cuma untuk Maira… tapi untuk kita. Untuk perasaan yang mungkin bisa tumbuh.”Untuk kebahagiaan kita semua suatu hari nanti.
Amira menatapnya. Tak perlu banyak kata, hanya senyuman pelan dan tatapan yang lembut. Karena kadang cinta tak selalu butuh janji besar. Cukup satu keyakinan kecil: mereka berjalan ke arah yang sama.
Dan malam itu, untuk pertama kalinya… Mas Arif menggenggam tangan Amira, hangat dan tenang. Tidak ada keraguan di dalamnya. Hanya ketulusan yang perlahan mulai tumbuh.
Setelah obrolan hangat mereka di meja makan malam itu, suasana hati Amira terasa jauh lebih ringan. Ia berjalan lebih pelan menuju kamar, diikuti Arif dibelkang nya seakan tak ingin momen itu cepat berlalu.
Malam itu mereka tidur seperti biasa, tapi tetap menjaga jarak dengan rasa saling menghargai yang besar. Tidak ada sentuhan, tidak ada kata manis berlebihan. Tapi ada ketenangan, ada rasa bahwa mereka berdua sedang menapaki sesuatu yang belum pernah benar-benar mereka mulai dari sebelumnya.
Dan untuk pertama kalinya, sebelum tidur, Mas Arif berkata,
“Terima kasih, Mira… untuk tetap tinggal bersama kU dan juga Maira, aku beruntung dipergunakan dengan kamu, semoga ke depannya aku bisa menjadi seseorang yang kamu harapkan, bantu aku ya Amira semoga bisa mewujudkan yang kita inginkan." Arif
Amira menoleh, tersenyum kecil meski dalam gelap. “Aku nggak ke mana-mana, Mas. Aku masih di sini, bahkan mungkin jika kamu belum juga bisa menerimaku saat ini, aku juga akan tetap disini, bersama mu dan juga Maira. Karena saat ini aku merasa aku sangat menyayangi Maira seperti anak kU sendiri, meskipun aku belum prnah punya anak sebelumnya." Amira
Dan dengan kata-kata sederhana itu, mereka memulai sesuatu yang lebih dari sekadar pernikahan. Mereka mulai belajar mencintai dengan pelan-pelan tanpa adanya paksaan satu sama lain juga tanpa terburu-buru.
Malam ini, Amira sangat bahagia setelah mengobrol dengan Arif didapur tadi, Amira berharap setiap malam sebelum tidur mereka berdua akan seperti ini selamanya. Namun setelah mencoba beberapa saat untuk tidur, Amira juga belum bisa menutup mata nya, ada perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, apakah ini perasaan bahagia atau apa pikirnya.
Dia melihat ke arah suaminya, tetapi nampang suaminya sudah tertidur bahkan dari tadi, apakah dia tidak pernah memikirkan sesuatu sebelum tidur?, setiap merebahkan badannya di kasur dia selalu cepat tertidur. Gumam Amira dalam hati.
Tanpa Amira ketahui ternyata suaminya tidak benar-benar tidur saat ini, dia hanya memejamkan matanya dan berpura-pura untuk tidur.
Arif masih memikirkan bagaiman dia akan memulai hubungan baiknya dengan Amira esok hari. Sedangkan dalam tidur nyenyak nya pun dia selalu bermimpi tentang mantan istriny, bahkan kadang ketika Melamun di kantornya bayangan istrinya akan tiba-tiba muncul.
Akan tetapi dia kembali mengingat anak perempuannya. Maira, setelah kedekatannya dengan Amira, tidak ada lagi kesedihan yang terpancar di wajah anak nya, hanya kebahagiaan yang terlihat setiap harinya.
Lelah memikirkan tentang mantan istrinya, Arif pun keluar kamar untuk minum, ketika beranjak dari tempat tidur dia sekilas melihat ke arah istrinya , melihat wajah teduh istrinya ketika tidur hatinya kembali damai,ingin rasanya dia menyentuh pipi istrinya itu, tapi dia urungkan niatnya dia takut istrinya akan terbangun.
Perlahan dia berjalan keluar kamar dan dia melihat Maira juga keluar dari kamarnya sambil menangis dan dia juga memeluk boneka kesayangannya, Arif menghampiri anaknya, " apakah kamu mimpi mama mu lagi,? "
" Iya pa, sudah lama sekali rasanya aku tidak memimpikan mama, tetapi malam ini aku mimpiin mama lagi" tidak apa-apa ayok papa temanin Maira tiddur lagi" Arif
Setelah menidurkan anak nya Arif kembali kekamarnta tetapi dia tidak jadi minum gara-gara anak nya mengisi tadi. Segala yang ada di pikirannya membuat nya lelah dan akhirnya dia tertidur juga di sebelah istrinya.