Possesive Boyfriend

Thania mengusap perutnya yang sedikit membuncit setelah makan dengan porsi banyak tadi. Salahkan Gevano yang membeli makanan tak tanggung-tanggung. Bahkan tadi ada enam varian makanan.

Spaghetti, Ayam McD, Martabak Telur dan Martabak Manis rasa Coklat Pisang, Sate Ayam, dan Hamburger. Banyakan? Banyak! Padahal yang makan hanya mereka berdua.

Kenapa Gevano harus membeli sebegitu banyaknya makanan? Jawabannya mudah, karena dia ingin Thania tidak kurus kering kurang gizi. Dia ingin kekasihnya itu sehat dan kuat. Tapi bukannya kuat Thania malah terlihat lemas efek kekenyangan.

"Kenyang?" tanya Gevano menetap Thania.

Thania melirik Gevano sekilas, "belum!" sarkas Thania.

"Mau nambah lagi?"

"Mau. Tapi menu hidangannya kamu ya?"

"Kamu mau aku jadi makanan gitu?"

"Iya. Biar aku bisa makan kamu sepuasnya!" Lidah Thania terjulur keluar.

Gevano mencebik kesal. Dia lantas menarik kepala gadis itu dan mencekiknya di antara ketiaknya.

"Ihh!! Lepasin!!" ucap Thania memberontak.

"Minta maaf dulu baru aku lepasin."

"Dih, ogah!" tolak Thania mentah-mentah.

"Ya udah biarin aja kayak gini. Endus wangi ketek aku sampai kamu pingsan!" jawab Gevano merapatkan hidung Thania ke ketiaknya.

Gadis itu berteriak kesal. "Bau!!!!"

"Enak aja! Aku mandi lima kali sehari. Mana ada ketek aku bau!" Gevano memberenggut kesal karena ketiaknya dibilang bau oleh Thania. Padahal kan harum. Harum banget malah. Kalau nggak percaya kalian boleh endus ketiaknya Gevano biar percaya.

"Bau! Bau! Bau!! Ketek kamu bau kayak bangkai!" ledek Thania semakin berani.

"Mulai nakal, hm?" balas Gevano rendah.

Thania seketika meneguk ludahnya kasar. Apa dia salah berbicara? Gevano yang melihat keterdiaman Thania menyeringai. Dia langsung membalik tubuh Thania hingga berbaring. Gadis itu terkesiap, apakah Gevano akan menghukumnya?

Wajahnya mendadak pucat. Tapi tak lama kemudian terdengar suara tawa yang berasal dari Thania begitu Gevano menggelitik perutnya.

"Hahahah. Berhenti! Hahahah. Aduh, berhen-- hahahah berhenti Gevan!" kata Thania susah payah karena tertawa.

"Bilang maaf dulu!" jawab Gevano semakin gencar menggelitik perut yang terbalut kaos seragam itu.

"Nggak hahahah nggak mau!!"

"Nggak mau, hm?" Gevano berhenti menggelitik, dia menatap wajah Thania yang memerah sembari meraup oksigen sebanyak-banyaknya.

"Keter-- hah keterlaluan!" ujar Thania memajukan bibir bawahnya.

Gevano sekarang berada di atas tubuh Thania. Mengukung tubuh mungil itu dengan kedua lengan kekarnya. Matanya menelisik setiap jengkal wajah berparas cantik itu. Mulai dari alis, mata, hidung, pipi dan terakhir bibir plumnya.

Dengan pelan dia mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu. Thania menahan nafasnya begitu wajah mereka sangat dekat. Dia bisa merasakan hembusan nafas hangat Gevano.

Perlahan matanya terpejam saat Gevano memiringkan kepalanya. Dia berpikir bahwa Gevano akan menciumnya. Jadi ia pejamkan mata, siap menerima ciuman dari Gevano. Karena sejujurnya dia sudah mulai bisa menerima pemuda itu.

Sedangkan Gevano tersenyum tipis melihat Thania memejamkan matanya. Niatnya untuk mencium bibir Thania menjadi urung. Dia lebih memilih menatap wajah lugu gadisnya. Kening gadis itu berkerut, mungkin berpikir kenapa Gevano tak kunjung mencium bibirnya?

Selintas ide jahil mampir di otak pintarnya. Menjahili gadisnya lagi tidak masalah kan? Gevano menyeringai, lalu mendekatkan mulutnya dan menggigit hidung kecil itu sekilas.

Thania terpekik, matanya langsung terbuka lebar. Gevano terkekeh, "mikir apa hm?" tanya Gevano.

Melihat Thania yang hanya mengerjapkan matanya lucu, Gevano pun menambahkan dengan nada menggoda. "Mikir kalau aku bakal cium kamu ya?"

Kerjapan itu berhenti, saat itu juga pipinya langsung merona di tempat. "A- aku nggak mi- mikir kayak gitu kok! Ka- kamu sok tau banget!" ujar Thania dengan mata yang bergerak ke segala arah menghindari tatapan menggoda pemuda di atasnya.

"Auu!"

Gevano kembali menggigit hidung mungil itu. "Jangan bo'ong. Nggak baik bo'ong sama suami, Sayang," bisik Gevano.

Thania semakin salah tingkah kala Gevano menyebut dirinya sendiri suami. "Ki- kita belum nikah ya!"

"Jadi, kamu mau aku nikahin nih?"

Mata Thania melotot, mulutnya terbuka hendak bersuara. Tapi kembali tertutup rapat. Berdebat dengan Gevano tidak akan ada ujungnya. Lebih baik dia diam saja. Lagipula Thania juga takut salah bicara dan kembali salah tingkah di depan Gevano.

Alis Gevano berkerut menyatu, "kenapa nggak jadi ngomong?" tanya Gevano.

"Ah! Aku tau, kamu pasti mau jawab iya, tapi malu. Makanya nggak jadi ngomong. Aku bener kan?" sambungnya.

Thania menampilkan wajah cengo, saat akan membalas Gevano lebih dulu menyelanya. "Udah udah nggak perlu dijelasin lagi. Aku udah paham kok. Gevano Ananda Zibrano itu nggak pernah salah!" Gevano berujar dengan nada sarkasme dan arrogan.

Wajah Thania berubah menjadi jengah seketika. Dosa apa dia punya kekasih modelan Gevano begini? Sekuat tenaga dia mendorong tubuh Gevano dari atas tubuhnya.

Gevano terjungkal ke belakang. Pemuda itu merintih sakit karena bokongnya mendarat keras di atas karpetnya yang tebal. Meski begitu itu tak mengurangi rasa sakitnya. Mungkin karena Thania mendorongnya terlalu keras.

Dia menatap tajam Thania yang menahan tawa. Amarahnya tiba-tiba muncul. Saat dia akan berteriak marah Thania langsung bangkit dan berlari seraya menjulurkan lidahnya meledek.

Tawa gadis itu mengalun merdu membuat emosinya seketika surut berganti menjadi senyum bahagia. Tidak masalah jika Thania mendorongnya, tapi bisa membuat gadis itu tertawa lepas seperti ini.

Gevano bangkit dan mengejar Thania. Kedua sejoli itu berlarian di apartemen besar Gevano dengan tawa bahagia.

Bersambung...