NovelToon NovelToon
Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: X-Lee

Di balik kebahagiaan yang ku rasakan bersamanya, tersembunyi kenyataan pahit yang tak pernah ku duga. Aku merasa istimewa, namun ternyata hanya salah satu dari sekian banyak di hatinya. Cinta yang ku kira tulus, nyatanya hanyalah bagian dari kebohongan yang menyakitkan.


Ardian memejamkan mata, napasnya berat. “Aku salah. Tapi aku masih mencintaimu.”


“Cinta?” Eva tertawa kecil, lebih mirip tangis yang ditahan. “Cinta seperti apa yang membuatku merasa sendirian setiap malam? Yang membuatku meragukan harga diriku sendiri? Cintamu .... cintamu telah membunuhku perlahan-lahan, hingga akhirnya aku mati rasa. Itukah yang kamu inginkan, Mas?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon X-Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Kamu Akan Bahagia

Eva dan Julia masih duduk di tempat semula. Suasana sedih sempat menghiasai wajah Eva, lalu tawa mereka sesekali pecah, membuat suasana terasa hangat dan akrab.

Namun, kehangatan itu seketika berubah saat langkah kaki seseorang terdengar mendekat. Seorang laki-laki bertubuh tinggi, berwajah tampan dan berpenampilan rapi lewat tak jauh dari mereka. Wajahnya begitu mirip dengan Julia, seolah ada pantulan yang sama dari garis rahang hingga sorot mata.

"Kak Arsen!" seru Julia spontan

Laki-laki itu, Arsen, menghentikan langkahnya. Dia menoleh perlahan, matanya menatap Julia tanpa banyak ekspresi. Ada sekilas kehangatan yang melintas di matanya, namun cepat menghilang saat tatapannya berpindah ke arah Eva. Eva menyambut tatapan itu dengan senyum sopan dan ramah, namun senyum itu seakan tak bersambut.

Arsen hanya menatapnya datar, tanpa ekspresi yang jelas. Eva mengerutkan kening sedikit, lalu menunduk sambil meringis kecil, merasa canggung karena senyumannya tak mendapat balasan. Ada keheningan sejenak yang membuat suasana jadi kikuk.

"Ada apa?" tanya Arsen langsung, suaranya datar dan to the point seperti biasanya.

"Kak Arsen mau pergi lagi yaa?" tanya Julia sambil menatap kakaknya dengan sedikit nada kecewa di suaranya.

"Iya," jawab Arsen singkat tanpa basa-basi.

"Ohh ya sudah, hati-hati di jalan," ucap Julia, mencoba terdengar ceria walaupun terlihat jelas ia ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan kakaknya.

"Hem..." sahut Arsen singkat, sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya.

Tanpa menambahkan sepatah kata pun lagi, Arsen melangkah pergi dengan tenang, meninggalkan jejak langkah yang berat di hati adiknya. Ia membuka pintu mobil hitam yang terparkir tak jauh dari sana dan masuk tanpa menoleh lagi. Suara pintu mobil tertutup pelan, lalu kendaraan itu perlahan melaju menjauh dari taman.

Julia memandangi mobil itu sampai tak terlihat lagi, lalu menarik napas dalam.

"Maaf ya, dia memang begitu orangnya," ujar Julia, menoleh ke Eva dengan senyum canggung.

Eva tersenyum tipis, meski hatinya masih menyisakan rasa tidak enak. "Nggak apa-apa. Mungkin dia cuma lagi capek."

Namun, dalam hati kecilnya, Eva bertanya-tanya—apa memang Arsen selalu sedingin itu, atau hanya pada dirinya saja? Karena, ini pertama kalinya dia bertemu dengan saudara sahabatnya.

"Jadi, kamu sudah memutuskan untuk berpisah dengan Ardian?" tanya Julia, menatap mata sahabatnya dengan sorot prihatin. Suara lembutnya seolah ingin memeluk Eva dalam keheningan yang rapuh.

Eva mengangguk pelan. "Iya," jawabnya singkat, namun penuh beban. Seolah satu kata itu mewakili badai yang telah lama berkecamuk di dalam dadanya.

Julia menarik napas dalam, lalu mengangguk mantap. "Bagus. Aku akan dukung keputusan kamu, apa pun itu," ucapnya tegas, mencoba memberi kekuatan dari sisa-sisa luka masa lalunya sendiri.

Namun Eva menunduk, suaranya nyaris tak terdengar saat ia berkata, "Sebenarnya, aku tidak ingin berpisah dengan Mas Ardian... karena aku masih mencintainya." Matanya mulai basah. "Tapi kalau aku memilih untuk bertahan... aku takut bakal terluka lagi. Aku enggak sanggup, Jul. Luka yang ini... terlalu dalam."

Julia menggenggam tangan Eva. "Keputusan kamu untuk berpisah dengannya sudah benar, Eva. Jangan ragu. Kamu hanya sedang mencintai orang yang salah dengan cara yang terlalu tulus." Julia menghela napas, lalu menambahkan dengan suara yang lebih pelan, hampir seperti bisikan, "Lagi pula, dia sudah menodai pernikahan suci kalian. Dia diam-diam menikah lagi. Tanpa bicara. Tanpa izin. Tanpa rasa bersalah."

Ada amarah yang samar di matanya. “Aku sangat membenci suamimu dan laki-laki lain seperti dia… seperti aku membenci Papaku.”

Kata-kata itu menggantung di udara, menembus ruang sunyi yang selama ini mereka biarkan kosong.

Eva menoleh perlahan, memandangi Julia. Ia tahu betul luka di balik ucapan sahabatnya itu.

“Papaku menikah lagi waktu aku kelas satu SD,” lanjut Julia. Suaranya mulai bergetar. “Aku ingat malam itu Mama menangis sendirian di dapur. Dan sejak hari itu, aku melihat lelaki dengan tatapan curiga. Mereka bisa tersenyum manis, tapi hatinya... bisa sangat dingin.”

Eva hanya diam mendengarkan. Hatinya terasa nyeri. Bukan hanya karena pengkhianatan Ardian, tapi juga karena rasa sakit Julia yang kembali menyeruak ke permukaan. Luka yang belum sembuh benar, kini ikut menganga bersama lukanya sendiri.

“Kamu benar,” ujar Eva akhirnya, dengan suara berat. “Mas Ardian memang telah menodai pernikahan suci kami. Dan aku... aku tidak ingin kembali lagi ke rumah itu. Rumah yang dulu terasa hangat, kini hanya penuh bayangan kegelapan.”

Dia menarik napas panjang, mencoba menahan air mata. “Hatiku sangat sakit jika mengingat wajahnya. Sakit saat aku mengingat perlakuan manisnya yang ternyata palsu. Dan hatiku sangat sakit... saat aku menunggunya setiap makan malam, memandangi kursi kosong di hadapanku, berharap dia akan pulang. Tapi yang datang hanyalah hening... dan kesepian.”

Air matanya akhirnya jatuh kembali. Julia mendekapnya, membiarkan Eva menangis di bahunya.

“Sudah cukup, Va. Kamu sudah cukup kuat selama ini. Sekarang... saatnya kamu sembuh.”

Dan pagi itu, dua hati yang terluka saling menguatkan, meski dunia mereka telah runtuh oleh cinta yang tak setia.

Beberapa menit berlalu dalam diam. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar di ruang tamu kecil itu. Eva masih bersandar di bahu Julia, air matanya sudah mulai mengering, tapi matanya tetap sembab. Tangisnya sudah reda, namun luka di hatinya masih belum sepenuhnya mereda.

"Aku enggak tahu, Jul... setelah ini aku harus mulai dari mana," ucap Eva lirih. "Aku enggak punya siapa-siapa selain kamu. Dunia ini tiba-tiba terasa asing. Rumahku, tempat yang dulu paling aman, sekarang malah jadi tempat paling menyeramkan buat aku pulang."

Julia mengelus pelan rambut sahabatnya. "Kamu enggak sendiri. Aku di sini. Selalu. Kita bisa mulai semuanya pelan-pelan. Mungkin kamu bisa tinggal di tempatku dulu, sampai kamu siap cari tempat baru. Gak usah pikirin apa-apa sekarang. Yang penting kamu tenang dulu."

Eva tersenyum tipis, meski masih lemah. "Terima kasih, Jul... Aku enggak tahu harus gimana tanpa kamu."

Julia mengangkat dagu Eva dan menatapnya dalam. “Kamu tahu nggak, Eva? Kamu kuat. Jauh lebih kuat dari yang kamu pikir. Kamu cuma perlu waktu buat sembuh. Dan aku akan pastikan kamu enggak jalan sendirian.”

Eva mengangguk perlahan. Untuk pertama kalinya setelah berminggu-minggu, hatinya merasa sedikit lebih ringan.

Saat itu juga ponselnya bergetar. Nama Ardian muncul di layar. Eva menatap layar itu lama, lalu meletakkannya perlahan di meja tanpa membuka pesan atau mengangkat telepon.

Julia memperhatikan gerak-gerik itu dan berkata tenang, “Kamu gak perlu jawab apa-apa. Biarkan dia gelisah. Biarkan dia merasakan sedikit dari sepi yang pernah kamu tanggung sendirian.”

Eva menunduk, menggenggam jemarinya sendiri. “Aku hanya ingin bahagia, Jul. Itu aja.”

Julia tersenyum tipis. “Dan kamu akan bahagia, Eva. Tapi bukan dengan orang yang menjadikan cinta sebagai permainan. Kamu pantas dapat yang jauh lebih baik dari Ardian.”

***

1
Adinda
pasti anak pelakor bukan darah dagingmu ardian biar menyesal kamu
Nur Nuy
rasain suami penghianat , tunggu tanggal mainnya bakalan nyesel lu seumur hidup lepasin eva😡😏
Mardathun Shalehah: jangan lupa hadir yaa di persidangan/Facepalm/
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
kata nenek, bertengkar di pagi hari itu nggak bagus lho
Mardathun Shalehah: kalau malam bagus gak 🤧🤣
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
ish aku paling benci kalau macet apalagi kalau pakai mobil manual, hmm, capek banget dan bikin esmosi, eh emosi
Mardathun Shalehah: sabar 🤧🤣
total 1 replies
Nur Nuy
sabar eva sabarr hempaskan penghianat itu
Mardathun Shalehah: buset dah 🤣🤣
Nur Nuy: ke kandang singa author 🤣🤣🤣
total 3 replies
Nur Nuy
tidak semudah itu fer Ferguso
Mardathun Shalehah: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Mardathun Shalehah: /Joyful//Facepalm/
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
iya tega banget ish!
Mardathun Shalehah: sabar /Joyful//Shy/
total 1 replies
Nur Nuy
semangat eva ayo kamu bangkit lupakan penghianat itu
Mardathun Shalehah: semangat ❤️
total 1 replies
yuni ati
Keren
Mardathun Shalehah: makasih kk ❤️
total 1 replies
Nur Nuy
lanjutkan
Mardathun Shalehah: oke ❤️
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
keren narasinya 🥰
Mardathun Shalehah: Makasih kak 🥰
total 1 replies
Nur Nuy
yaampun kasian banget eva nya, sedih banget lanjutkan Thor seru
Mardathun Shalehah: Makasih dukungan nya kk ❤️
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍 salam kenal 🙏
Mardathun Shalehah: Salam kenal juga kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!