Aizha Adreena Hayva harus bertarung dengan hidupnya bahkan sebelum ia cukup dewasa, berhenti sekolah, mencari pekerjaan dan merawat adiknya karena orantuanya meninggal di malam yang sunyi dan tenang, bahkan ia tak menyadari apapun. bertahun-tahun sejak kejadian itu, tak ada hal apapun yang bisa dia jadikan jawaban atas meninggalnya mereka. ditengah hidupnya yang melelahkan dan patah hatinya karena sang pacar selingkuh, ia terlibat dalam one night stand. pertemuan dengan pria asing itu membawanya pada jawaban yang ia cari-cari namun tidak menjadi akhir yang ia inginkan.
selamat menikmati kehidupan berat Aizha!!
(karya comeback setelah sekian lama, please dont copy my story!)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Fhadillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Kini sudah hampir dua minggu mereka tinggal di apartemen Caiden, tak ada banyak yang berubah. Aizha tetap jarang berada di luar dan kehidupan Nuka hanya berputar di sekolah dan tempat mereka saat ini tinggal, bahkan gadis itu sudah sangat jarang bermain dengan sahabat satu-satunya Anne. Caiden pernah memberi saran agar Nuka pindah sekolah ketempat yang lebih jauh agar gadis kecil itu tak terlibat lagi dalam masalah ini, namun Nuka menolaknya dengan sangat keras. Dia tak suka gagasan pindah sekolah keluar daerah maupun keluar negeri, jauh dari teman dan kakaknya dan tinggal sendirian dengan siapapun kenalan Caiden yang dipercaya pria itu. Saran Caiden terasa konyol bagi gadis kecil itu dan Aizha tak bisa melakukan apapun karena dia juga tak ingin Nuka dijauhkan darinya, di dunia ini hanya gadis kecil itu satu-satunya keluarga yang Aizha miliki. Lagian Aizha tak tau dengan pasti permasalahan apa yang sedang mereka hadapi atau siapa yang tengah memburu mereka, hal yang Aizha ketahui sejauh ini adalah ini semua hanya permasalahan Caiden seorang dan mereka terseret hanya karena terlibat dengan pria itu, namun dinilai dari situasi yang tengah mereka hadapi Aizha memikirkannya ulang, hal ini pastinya jauh lebih rumit dan lebih serius dari yang dapat ia bayangkan.
Satu hal yang bagus menurut Caiden saat ini adalah pabrik senjatanya masih belum ditemukan oleh siapapun orang yang tengah mengejar mereka dan Caiden juga tak berencana untuk kesana sebagai tempat persembunyian mereka, dia lebih suka pabrik senjatanya tetap aman dan tak tersentuh, jauh dari jangkauan mereka. mengingat mereka dapat menemukan persembunyiannya terakhir kali, Caiden yakin orang itu pasti tau wajahnya saat ini dan oleh karena itu dia melimpahkan pekerjaan mengurus pabrik senjata kepada snag asisten sekaligus tangan kanannya baik mengurus urusan produksi, manajemen, karyawan, client, dan sebagainya, dan Caiden hanya akan memantau dari jauh, dari tempatnya berada dan tetap bersembunyi.
Suatu hari di hari sabtu yang sejuk dan sedikit berawan, mereka bertiga berada di apartemen dan melakukan hal-hal mereka masing-masing, Caiden menonton siaran olahraga di ruang tamu, Nuka menggambar dengan krayon baru yang dibelikan pria itu untuknya beberapa hari yang lalu, dan Aizha tengah mencoba membuat kue dengan resep baru yang ia temukan di internet, akhir-akhir ini dia suka memasak segala jenis makanan saat dia tidak sedang bekerja. Caiden terus menghela napas pelan, kehidupannya saat ini berbanding terbalik dengan dia yang dulu, dengan beberapa bulan yang lalu. Tidak ke gym, tidak berenang, tidak ke kantor, tidak ke pabrik untuk pemeriksaan rutin, tidak melakukan apapun dengan semua senjata yang ia miliki pada siapapun di tengah malam, saat ini terasa begitu bosan bagi dirinya, sangat bosan.
“hey Nuka” Caiden memanggil gadis kecil di depannya untuk menarik atensinya dan Nuka hanya berdehem untuk menanggapi.
“kemana kamu ingin pergi?” dengan pertanyaan yang dilontarkan Caiden, Nuka meletakkan krayon merahnya diatas kertas yang hampir penuh dengan gambar yang ia buat lalu menatap Caiden sepenuhnya dengan mata berbinar yang polos.
“taman bermain, kata Anne disana sangat menyenangkan, ada banyak sekali wahana yang seru. Dia bilang akan membawaku kesana tapi aku tidak tau kapan, jadi aku mau kesana” kata Nuka bersemangat lalu terdengar sedih di ujung kalimatnya, setelah itu gadis itu kembali melakukan kegiatannya dengan krayon dan kertas itu. Caiden mempertimbangkannya dan berpikir itu tidak buruk, jadi ia memutuskan mereka harus pergi kesana setidaknya sekali. Di taman bermain pasti sangat ramai, pasti ada banyak sekali orang disana, selama Nuka dan Aizha ada dalam pandangannya dan mereka tetap berbaur dalam kerumunan orang, Caiden yakin mereka bisa bersenang-senang dengan baik dan aman. Orang gila mana yang akan membunuh atau menculik mereka dalam keramaian orang yang padat? Itu terdengar bukan seperti gagasan yang masuk akal.
Dengan keyakinan dan pemikiran seperti itu, sore itu mereka bertiga bergerak ke taman bermain di pusat kota. Taman bermain itu sangat luas, ada banyak stan makanan, minuman, aksesoris, boneka dan sebagianya, wahana disana juga sangat banyak dan menarik-menarik dari yang santai sampai yang ekstrem, ini kali kedua Aizha dan Caiden datang kesini. Di tempat penuh manusia seperti ini tentu saja akan sulit menemukan mereka atau melakukan hal-hal buruk pada mereka.
“dengar, aku tau kamu sangat bersemangat dan gak sabar buat main tapi tetap disampingku, jangan lepaskan genggamanku oke?! Kita akan main sampai kamu lelah jadi jangan jauh-jauh dariku” Aizha mewanti-wanti Nuka saat mereka baru turun dari mobil Caiden dan masih berada di parkiran, gadis kecil itu dengan patuh mengangguk paham lalu membiarkan kakaknya mengenggam tangannya dengan erat. Mereka bertiga berjalan beriringan ke pintu masuk, Caiden ikut mengenggam tangan Aizha yang kosong, agar tak menyasar katanya dan gadis itu membiarkannya saja karena berpikir itu bukan ide yang buruk. Aizha merasa telapak tangan Caiden yang hangat menelungkup tangannya dan terasa begitu pas dan nyaman, persis seperti yang mereka lakukan dulu.
Wahana pertama yang ingin Nuka naiki adalah istana balon, dia masuk kesana, melompat-lompat dan memanjang dengan senang bersama anak-anak lain. Caiden dan Aizha hanya mengawasinya bermain dari luar sambil makan corndog. Sayangnya Nuka tak bisa naik banyak karena tinggi tubuhnya dan usianya yang belum mencukupi, jadi mereka hanya menaiki wahana-wahana yang bisa dinaiki Nuka atau membiarkan gadis kecil itu bermain sendirian di bawah pengawasan mereka. Nuka terlihat sangat senang hari ini, dia tertawa begitu lepas. Sudah lama sejak terakhir kali Aizha mengajak gadis itu bermain seperti ini karena semua kekacauan yang muncul di lingkungan rumah sewa mereka dan kini mereka harus bersembunyi dari apapun yang bahkan tidak benar-benar mereka ketahui. Selama memperhatikan Nuka bermain wahana mini, Aizha berjanji akan membawa gadis kecil itu bermain lebih sering lagi seperti dulu setelah semua ini berakhir, mereka juga akan naik gunung seperti yang pernah Aizha janjikan.
Jam sudah menunjukan pukul 19.33 saat mereka memutuskan menyudahi bermain, tempat itu hanya diterangi oleh lampu-lampu dari wahana maupun dari berbagai stan yang ada. Mereka membeli beberapa makanan dan minuman lalu berjalan kembali ke mobil. Nuka berada di gendongan Aizha dan merebahkan kepalanya di pundak sang kakak, mungkin karena sudah terlalu lelah bermain, gadis kecil itu bahkan sudah tertidur dengan lelap. Tidak banyak bintang yang terlihat malam itu, mungkin karena cahayanya terhalang oleh lampu-lampu yang ada di bumi.
“bagaimana perasaanmu?” tanya Caiden sambil menyetir dan Aizha makan di sampingnya sedangkan Nuka tertidur dengan lelap di belakang.
“baik, terima kasih sudah mengajak kami bermain” kata Aizha tulus.
“tentu aku juga senang” Caiden tersenyum menanggapi Aizha.
“kalau begitu bukankah aku pantas mendapat sesuatu?!” Aizha menatap Caiden sesaat karena tak begitu yakin apa yang pria itu maksudkan lalu dia mengulurkan sosis telur yang belum ia gigit kedepan mulut Caiden yang masih menyetir. Pria itu mengerutkan keningnya dan hampir tertawa namun ia memutuskan untuk mengigit makanan itu walaupun bukan itu yang ia maksudkan.
Kini mereka sudah berada di parkiran apartemen Caiden, pria itu melirik ke belakang untuk beberapa saat dan melihat betapa pulas gadis kecil itu tertidur seperti tak akan terusik dengan apapun, begitu damai dan tenang. Lalu Caiden beralih pada sang kakak yang tengah bersih-bersih bekas bungkus makanan dan bersiap untuk turun, namun sebelum itu terjadi Caiden menahan tangan gadis itu yang masih bergerak mengutipi sampah-sampah itu hingga Aizha menghentikan kegiatannya lalu menatap Caiden dengan tanda tanya.
Tanpa mengatakan apapun atau bertele-tele, Caiden langsung menyambar bibir Aizha, menciumnya dengan lembut dan perlahan namun semakin dalam dan intens. Aizha kaget di detik pertama namun semakin ciuman itu berlangsung semakin ia hanyut terbawa arus permainan Caiden. Aizha seharusnya khawatir adiknya akan terbangun dengan suara mereka dan melihat apapun yang tengah mereka lakukan saat ini, namun sepertinya kewarasannya menguap dalam napas mereka yang saling berpacu, yang gadis itu lakukan hanya menarik kaos yang Caiden kenakan dan tak ingin ciuman itu berakhir, kapan terakhir kali mereka melakukan hal-hal ini? Entahlah, rasanya sudah lama sekali.
Namun mereka harus sadar tempat, jadi mereka menarik diri kembali ke kenyataan dan memutuskan untuk segera keluar dari dalam mobil, Caiden mengendong Nuka karena tak ingin Aizha merasa lebih lelah, hari ini walaupun menyenangkan pasti tetap terasa melelahkan bagi mereka. Caiden merebahkan tubuh Nuka diatas tempat tidurnya lalu berbalik kearah Aizha yang berdiri tepat disamping tempat tidur dengan memegang segelas air mineral.
“beristirahatlah” kata pria itu lalu mengusap lembut pucuk kepala Aizha dan gadis itu menganggukan kepalanya sambil tersenyum.
“selamat malam” kata Caiden lalu mengecup sekilas bibir Aizha dan langsung berjalan keluar kamar meninggalkan kedua gadis itu untuk beristirahat. Rasanya seperti kencan sungguhan dan entah datang dari mana, Aizha menyukainya.