NovelToon NovelToon
Silent Crack

Silent Crack

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Obsesi / Beda Usia / Romantis
Popularitas:455
Nilai: 5
Nama Author: Penulismalam4

Romance psychological, domestic tension, obsessive love, slow-burn gelap

Lauren Hermasyah hidup dalam pernikahan yang perlahan kehilangan hangatnya. Suaminya semakin jauh, hingga sebuah sore mengungkapkan kebenaran yang mematahkan hatinya: ia telah digantikan oleh wanita lain.

Di saat Lauren goyah, Asher—tetangganya yang jauh lebih muda—selalu muncul. Terlalu tepat. Terlalu sering. Terlalu memperhatikan. Apa yang awalnya tampak seperti kepedulian berubah menjadi sesuatu yang lebih gelap, lebih intens, lebih sulit dihindari.

Ketika rumah tangga Lauren runtuh, Asher menolak pergi.
Dan Lauren harus memilih: bertahan dalam kebohongan, atau menghadapi perhatian seseorang yang melihat semua retakan… dan ingin mengisinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulismalam4, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

08_Malam yang tak seperti biasa.

Pintu rumah menutup pelan setelah Asher mengucapkan selamat malam. Lauren berdiri beberapa detik di balik pintu, merasakan hawa hangat makan malam tadi masih tertinggal di dalam rumah—sesuatu yang berbeda, sesuatu yang tidak pernah ia rasakan lagi bersama Arga.

Ia mengembuskan napas panjang, lalu kembali ke dapur untuk membersihkan meja makan.

Piring-piring kosong ia tumpuk dengan rapi, mangkuk ia bawa ke wastafel. Bunyi air mengalir memantul di ruangan kecil itu.

Sambil menggosok piring, Lauren sempat melirik kursi tempat Asher duduk tadi.

Masih terasa jejak hening, tatapan tajam pemuda itu, dan kalimat-kalimatnya yang membuat dadanya… aneh.

Aku mungkin terlalu dekat. Terlalu nyaman.

Ia menggeleng cepat, menyiram busa dari piring.

Saat ia selesai membilas piring terakhir—

Pintu depan terbuka.

Suara langkah berat masuk ke rumah.

Arga pulang.

“Lauren?” panggilnya singkat.

Lauren mengambil napas, mengeringkan tangannya dengan handuk kecil, lalu berjalan keluar dapur dengan senyum yang ia kenakan seperti topeng yang sudah lama ia hafal.

“Aku di sini.”

Arga menutup pintu dengan gerakan lelah, dasinya longgar, rambutnya agak berantakan. Lauren mendekat dan mencoba mengambil tas kerjanya—kebiasaan lama—tapi Arga menolak halus.

“Aku taruh sendiri,” katanya datar.

Lauren mengangguk. “Baiklah.”

Ia kembali ke wastafel, melanjutkan mencuci cangkirnya sendiri. Arga berdiri di ambang pintu dapur, memperhatikan punggung Lauren.

“Kau sudah makan?” suara Arga pelan namun jelas.

Lauren tersenyum hangat tanpa menoleh. “Sudah.”

Arga bergeser, matanya menangkap cangkir teh di atas meja makan. Satu cangkir. Namun ada dua sendok di wastafel. Lauren buru-buru menyembunyikan yang satu lagi di balik piring.

Arga mengernyit sedikit.

“Laur?” panggilnya lagi.

Lauren berhenti mencuci. “Ya?”

“Kau… makan malam sendiri?”

Nada Arga tidak menuduh, hanya datar. Tapi cukup membuat Lauren menegang.

Lauren menatap air yang mengalir, lalu mematikan keran secara perlahan. Ia membalikkan tubuh, tetap tersenyum—senyum yang manis, lembut, dan sudah ia latih bertahun-tahun untuk menutupi kesedihan.

“Tidak,” jawab Lauren jujur. “Aku makan malam bersama tetangga yang baru pindah di depan.”

Arga menaikkan alis, tidak kaget, hanya terkejut karena Lauren biasanya tidak berbicara dengan tetangga manapun.

“Oh?” gumamnya sambil melepas sepatu kerja. “Tetangga yang mana?”

“Rumah yang direnovasi. Pemiliknya anak muda. Dia… membantuku di minimarket sore tadi.”

Lauren mengambil napas pelan.

“Tangannya sedikit terluka… jadi aku ingin berterima kasih. Aku mengajaknya makan malam.”

Arga menatap Lauren beberapa detik, penuh pikirannya sendiri.

Diam.

Lalu ia mengangguk.

Hanya itu.

“Baik.”

Lauren menunggu sesuatu—komentar, kecemburuan, tanya lebih dalam—tapi tidak ada.

Arga hanya membalik badan dan membuka lemari es.

“Tak perlu memasak untukku,” katanya sambil mengambil botol air. “Aku sudah makan di kantor.”

"Oh… baik."

Lauren menunduk, kembali mencuci piring, menyembunyikan ekspresi yang tiba-tiba menusuk dadanya.

Arga minum tanpa menatap istrinya. “Bagus kalau tetangga baru itu sopan. Kau butuh teman.”

Lauren mengangguk. “Iya… mungkin.”

Arga berjalan menuju kamar. “Aku mandi dulu.”

“Baik,” jawab Lauren lembut, meski hatinya bergetar oleh campuran sedih dan lega yang aneh.

Setelah Arga menghilang masuk kekamar Lauren mematikan air. Ia berdiri mematung di dapur, menatap air yang menetes dari jarinya.

Dia tidak peduli…

Pikiran itu muncul.

Pelan, tapi jelas.

Dia tidak peduli aku makan dengan siapa.

Dia tidak peduli tanganku gemetar saat pulang.

Dia tidak peduli aku ditemani laki-laki lain.

Lauren menggenggam handuk kecil itu lebih erat.

Aroma makan malam masih menggantung di udara.

Tapi kehangatannya sudah hilang.

Terganti oleh rasa kosong yang semakin lama semakin sulit disembunyikan.

Lauren mematikan lampu kamar dan masuk lebih dulu, membiarkan keheningan merayapi ruangan. Langkah Arga masih terdengar samar dari kamar mandi—air mengalir, suara sikat gigi, rutinitas yang sama setiap malam.

Lauren naik ke tempat tidur, berbaring miring membelakangi sisi tempat tidur Arga. Selimut ia tarik sampai bahu, tubuhnya terasa letih… namun pikirannya berputar-putar pada makan malam tadi, pada tatapan Asher, pada bagaimana perasaan hangat itu mulai menggerogoti hatinya.

Ini hanya rasa terima kasih.

Tidak lebih.

Ia mencoba meyakinkan diri sendiri.

Pintu kamar mandi terbuka. Lampu dimatikan. Suara langkah Arga mendekat. Kasur bergoyang sedikit ketika ia masuk ke sisi tempat tidurnya.

Lauren tetap memejamkan mata, berharap tidur datang cepat malam ini.

Baru beberapa detik…

Sebuah lengan melingkari pinggangnya.

Pelukan erat dari belakang.

Hangat. Tiba-tiba. Mencengkeram.

Lauren terkejut, matanya sedikit terbuka.

Arga jarang melakukan ini… kecuali saat ia merasa bersalah. Atau saat ia khawatir. Atau saat sesuatu mengusik egonya.

“Lauren…” suara Arga pelan, hampir seperti gumaman ke telinganya.

Lauren menelan ludah. “Ya?”

Genggaman Arga mengencang, tubuh pria itu menempel ke punggungnya. Kehangatan napas Arga mengusap tengkuknya.

“Aku… terlambat pulang,” ucap Arga datar, tapi suaranya lebih lembut daripada biasanya.

Lauren hanya diam.

Arga menyandarkan dahinya ke punggung Lauren, seperti mencari kenyamanan yang selama ini ia abaikan sendiri.

“Aku tahu akhir-akhir ini aku sibuk,” lanjut Arga. “Tapi… aku tidak ingin kau merasa sendirian.”

Lauren menutup mata. Jantungnya terhimpit antara rasa sedih dan bingung.

“Aku tidak apa-apa,” jawab Lauren pelan.

Arga mengusap lengannya, pelan, seolah meyakinkan dirinya sendiri.

“Aku senang kau punya tetangga yang baik… tapi kalau terjadi apa-apa, kau bisa telpon aku.”

Lauren menggigit bibir.

“Mm.”

“Aku tidak ingin kau… mengandalkan orang lain.”

Kalimat itu keluar hampir seperti bisikan.

Ada nada kepemilikan yang samar.

Nada takut kehilangan—atau takut digantikan.

Lauren menarik napas panjang, berusaha menjaga suaranya tetap stabil.

“Arga… aku hanya berterima kasih padanya.”

“Aku tahu.”

Arga memeluknya lebih erat lagi, seperti ingin menandai bahwa Lauren miliknya.

Lauren menutup mata rapat-rapat.

Pelukan itu seharusnya membuatnya nyaman, namun kenyataannya… terlalu banyak rasa yang bercampur di dadanya: cemas, bingung, hangat, dan bersalah.

“Tidurlah,” ucap Arga akhirnya, menempelkan bibirnya sekilas ke rambut Lauren. “Aku di sini.”

Lauren tidak menjawab.

Namun matanya tetap terbuka, menatap gelap tanpa berkedip.

Di balik kelopak mata tertutup, bayangan wajah lain muncul —

tatapan teduh Asher saat menahan sakit,

suara lembutnya saat berkata ia baik-baik saja,

Pelukan Arga mengikat pinggangnya.

Namun entah kenapa…

hati Lauren terasa seperti ditarik ke dua arah yang berbeda.

Dan malam itu, Lauren sadar—

pelukan yang datang terlambat tidak selalu bisa memadamkan kesepian yang sudah terlalu lama dibiarkan tumbuh.

1
Mao Sama
Apa aku yang nggak terbiasa baca deskripsi panjang ya?🤭. Bagus ini. Cuman—pembaca novel aksi macam aku nggak bisa terlalu menghayati keindahan diksimu.

Anyway, semangat Kak.👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!