NovelToon NovelToon
Doa Kutukan Dari Istriku

Doa Kutukan Dari Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Pelakor / Kutukan / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:51.7k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Vandra tidak menyangka kalau perselingkuhannya dengan Erika diketahui oleh Alya, istrinya.


Luka hati yang dalam dirasakan oleh Alya sampai mengucapakan kata-kata yang tidak pernah keluar dari mulutnya selama ini.


"Doa orang yang terzalimi pasti akan dikabulkan oleh Allah di dunia ini. Cepat atau lambat."


Vandra tidak menyangka kalau doa Alya untuknya sebelum perpisahan itu terkabul satu persatu.


Doa apakah yang diucapkan oleh Alya untuk Vandra?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Di dalam mobil, Erika membuka ponselnya. Di layar muncul jadwal perjalanan: “Medan – 2 Hari 1 Malam. Agenda pertemuan rekan bisnis & seminar hotel.”

Erika membaca ulang catatan kecil di bawahnya. “Dinner meeting – 20.00 – Ballroom Hotel Crystal.”

Erika tersenyum tipis. “Hidup memang selalu memberi kesempatan kedua,” gumamnya. Ia menatap bayangan wajahnya di kaca mobil. Cantik, elegan, dan bebas.

Pak Rudi, bosnya yang duduk di sebelah, melirik sekilas. “Kamu kelihatan lebih segar dari kemarin, Erika. Sepertinya perjalanan ini akan menyenangkan.”

Erika tersenyum, pura-pura polos. “Saya siap bekerja sebaik mungkin, Pak.”

“Tentu,” jawab Pak Rudi dengan nada ambigu, sambil menatapnya sekali lagi dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Tatapan Pak Rudi membuat Erika sedikit gelisah, namun tidak menolak. Ia tahu betul, dunia kerja yang dimasukinya kini bukan sekadar tentang kemampuan, tetapi juga permainan.

Mata Erika terbelalak. Sekujur tubuhnya menegang ketika merasakan tangan Pak Rudi perlahan merayap di atas pahanya yang terbuka sedikit karena potongan rok kerja yang terlalu pendek. Napasnya tercekat, matanya melirik cepat ke arah luar jendela mobil mewah yang melaju di jalan tol. Hujan tipis di luar membuat bayangan lampu kota memantul di kaca, seolah memperlihatkan wajahnya yang gelisah.

Erika bergeser sedikit, mencoba menjaga jarak. Namun, tangan Pak Rudi tak kunjung berhenti—terus bergerak dengan berani, menandai setiap sentuhan dengan hawa nafsu yang nyata.

“Pak …,” bisik Erika pelan, mencoba menahan tangan kasar itu yang kini mulai menekan paha bagian dalam.

“Tiga puluh juta,” ucap Pak Rudi lirih tetapi tajam, seperti sedang menawar sesuatu yang tak seharusnya dijual.

Erika menatap dengan mata membesar. Dalam benaknya, angka itu berputar-putar. Tiga puluh juta. Jumlah yang bisa membeli tas baru, baju baru, perhiasan baru, atau bahkan untuk modal awal Vandra membuka usaha. Akan tetapi, hatinya bergolak. Ada rasa jijik, namun juga rasa haus akan kemewahan yang selama ini hanya bisa ia bayangkan.

“Aku bukan wanita seperti itu, Pak,” kata Erika akhirnya, berusaha terdengar tegas, meski suaranya bergetar. Tangannya mendorong tangan Pak Rudi menjauh.

Pak Rudi tertawa kecil. Suara tawanya berat, seperti pria yang sudah terbiasa mendapatkan apa pun yang ia mau. “Lima puluh juta untuk satu hari,” katanya lagi, nada suaranya berubah menjadi lebih menantang.

Erika memalingkan wajah, menatap keluar jendela. Hatinya berdebar kencang. Setiap kata dari Pak Rudi seperti bisikan iblis yang menyelinap di celah pikirannya. Dalam kilatan lampu jalan, dia bisa melihat pantulan wajahnya sendiri, cantik, berani, tetapi penuh keraguan.

“Aku sudah punya suami, Pak,” bisik Erika dengan nada menggoda, seolah memberi peringatan tetapi juga mengundang.

Erika tahu permainan seperti ini. Menolak bukan berarti berhenti, kadang justru membuat lawan semakin ingin mengejar. Erika tahu harga dirinya bisa menjadi senjata dan ia pandai memainkan peran itu.

Pak Rudi menyandarkan punggungnya ke kursi, lalu menatap Erika dengan pandangan yang penuh keinginan. “Seratus juta satu hari … asal kamu bisa membuatku puas,” katanya datar, tetapi matanya berkilat.

Hening sejenak. Suara mesin mobil, deru hujan, dan degup jantung Erika seakan menyatu menjadi satu irama yang menggantung di udara.

Diam-diam senyum tipis terlukis di bibir Erika. Senyum yang sulit ditebak antara puas, lega, atau licik. Dalam pikirannya, angka dua ratus juta melayang-layang. Dua hari kerja, dua hari bermain peran. Awal hari yang bisa mengubah hidupnya.

Wanita itu bersandar santai, memperbaiki letak rok yang tersingkap, lalu menatap Pak Rudi dengan tatapan yang berbeda, tajam, dingin, namun memikat.

“Baiklah, Pak Rudi,” kata Erika pelan, nyaris seperti desahan. “Kita lihat nanti, apakah Anda sanggup membayar harga itu.”

***

Udara sore terasa lembap, aroma bunga kamboja dari halaman rumah Bu Belinda terbawa angin. Alya melangkah pelan menuju rumah di samping.

Sejak Vandra pergi meninggalkan rumah, Albiruni memilih tinggal di rumah Bu Belinda bersama Ali. Dalam diam, pria itu ingin menjaga dua keluarga yang rapuh: keluarga Alya dan keluarga ibunya sendiri.

Alya tak pernah menaruh curiga pada niat itu. Dia hanya mengira Albiruni sekadar menemani ibunya yang mulai tua.

“Masuk, Alya,” ucap Bu Belinda dengan suara lembut dan hangat, ketika melihat tamunya datang.

Alya tersenyum sopan, menenteng sebuah wadah makanan. “Bu, ini aku bawakan iga bakar. Ali suka sekali menu ini, jadi aku buatkan lebih banyak.”

Bu Belinda membuka wadah itu dan langsung menghirup aromanya dalam-dalam. “Hmm … wangi sekali. Kau memang pandai masak. Lihat ini, baru dibuka saja sudah bikin lapar lagi!”

Alya tertawa kecil, sementara Axel yang menggenggam tangannya mulai gelisah.

“Oma, Kakak di mana?” tanya Axel dengan kata-kata yang masih cadel dan penuh rasa ingin tahu.

“Sedang belajar berenang di belakang, sama Papa Biru,” jawab Bu Belinda sambil mengusap kepala bocah itu penuh kasih.

“Mau lenang juga!” teriak Axel dengan semangat khas anak-anak.

Alya terkekeh kecil, menunduk pada putranya. “Adek nggak bawa baju ganti, Sayang. Lagian adek baru mandi, kan?”

Namun, mata Axel sudah berbinar, dan langkahnya mulai menjauh ke arah kolam. Alya bisa mendengar suara tawa dan cipratan air dari arah belakang rumah.

Saat Alya berjalan ke halaman belakang, matanya langsung tertumbuk pada sosok Albiruni di tepi kolam. Ia mengenakan celana renang hitam, tubuhnya basah berkilau diterpa sinar sore. Bahunya bidang, dadanya terbentang kuat, dan otot punggungnya tampak tegas setiap kali ia mengangkat tangan untuk memperagakan gerakan gaya kupu-kupu pada Vero dan Ali.

Alya tertegun sejenak. Wajahnya langsung memanas. Ia buru-buru memalingkan pandangan, berdeham pelan untuk menenangkan diri.

Namun, sebelum sempat berkata apa-apa, Axel sudah berlari ke arah kolam.

“Papa! Adek ikut!” teriak bocah itu dengan riang.

“Axel—!” Alya menjerit kaget. Langkah kecil itu berlari tanpa kendali.

Albiruni yang ada di sisi lain, menoleh cepat, tapi Axel sudah terlalu dekat ke tepi kolam. Dalam satu detik yang terasa panjang, Alya berlari sekuat tenaga. Napasnya tersengal, jantungnya berdetak kencang.

“Jangan lari, Dek!” teriak Alya, namun terlambat.

Keduanya terpeleset dan jatuh bersamaan ke dalam air dengan suara “byur!” yang keras.

Dunia Alya seolah berhenti. Dingin air kolam menusuk kulitnya, sementara kakinya kram karena gerakan refleks yang salah. Ia mencoba menendang air, tetapi tubuhnya semakin tenggelam. Pandangannya mulai buram.

“Alya…! Axel!” teriak Albiruni panik, meloncat tanpa ragu ke dalam kolam.

Air pecah oleh tubuhnya yang kuat berenang menghampiri mereka. Dalam beberapa gerakan cepat, ia meraih Axel yang tak sadarkan diri, lalu memegang bahu Alya yang terkulai lemah.

Dengan tenaga penuh, ia membawa keduanya ke tepi kolam di mana Bu Belinda sudah menunggu dengan wajah pucat.

“Biru! Apa yang terjadi?!” Suara Bu Belinda gemetar. Ia segera menarik tubuh Axel, menutupinya dengan handuk tebal.

“Mereka jatuh, Ma,” ujar Albiruni tergesa sambil menepuk-nepuk pipi Alya yang tak bereaksi. Air masih menetes dari jilbabnya yang menempel di wajah pucat itu.

“Alya!” panggil Albiruni panik, lalu menekan dadanya perlahan, mengikuti ritme pertolongan pertama. “Alya, dengar aku … ayo buka matamu.”

Tak ada jawaban. Hanya bunyi air yang menetes dari tubuh mereka berdua.

Albiruni menatap wajah Alya lekat-lekat. Ada jeda ragu di matanya. Ia tahu batas sopan, tetapi waktu tak berpihak. Napas bantuan harus segera diberikan.

"Bagaimana ini? Tidak ada cara lain," batin Albiruni.

1
Ita rahmawati
jgn ragu albiru lnjutkan misi menaklukkan janda anak 2 🤣🤣
Irma Minul
luar biasa 👍
🌸Santi Suki🌸: ❤️❤️❤️❤️❤️
total 1 replies
Ita rahmawati
di awal kirain beneran gtu nolak si erika eh ternyta cuma trik biar harganya naik 🤣
albiru,,lanjut mas lanjutin aja nafas buatanmu 😂
🌸Santi Suki🌸: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Aditya hp/ bunda Lia
kan gak akan ada kata insaf ... kutukan Alya segera menyapa mu Erika
🌸Santi Suki🌸: 👍👍👍👍👍
total 1 replies
Nar Sih
uang harta lebih penting dri semua nya ngk peduli dgn dosa juga ,erika ,,sekali jdi perempuan gak bnr tetap ngk bnr🤣
🌸Santi Suki🌸: 👍👍👍👍👍
total 1 replies
Ayudya
Erika ga selama selingkuh itu indah yg ada ntar lagi kamu kena penyakit dan sengsara
🌸Santi Suki🌸: 👍👍👍👍👍
total 1 replies
ken darsihk
Karena sejati nya kamu sampah Ericka 😂😂😂
🌸Santi Suki🌸: 👍👍👍👍👍
total 1 replies
Dilla Fadilla
harus kena penyakit kelamin plus kanker serviks biar vandra tambah hancur 😡
🌸Santi Suki🌸: 👍👍👍👍👍
total 1 replies
juwita
semoga kena penyakit si Erika
🌸Santi Suki🌸: 👍👍👍👍👍
total 1 replies
Uba Muhammad Al-varo
si Erika mana sadar apalagi dihadapkan dengan uang ratusan juta, langsung mau lah mana ingat dosa yang ada kesenangannya tercapai,ayo Alya bukalah hatimu kamu juga butuh seseorang yang menemani mu dalam suka maupun duka, apalagi Albiru yang kamu kenal lama dan tahu keluarga nya, terima aja Alya
🌸Santi Suki🌸: 👍👍
❤️❤️❤️
total 1 replies
itu lah erika.. dah biasa berdagang, nego nya pun pintar.. vandra aja yg buta mata n hati nya
Sunaryati
Kebiasaan diubah sulit. Jika tidak diniati dengan ikhlas menerima keadaan kekurangan. Erika menuruti hidup hedon, ya masuk lumpur dosa
🌸Santi Suki🌸: 😩😩😩👍👍
total 1 replies
partini
elehhh dah maju aja terus Al endingnya zonk is ok dari pada penasaran pokonya berjuang Ampe kata sah 🤣🤣🤣🤣
🌸Santi Suki🌸: 😁😁😁😁❤️
total 1 replies
ken darsihk
Dan Ericha readers sdh tidak kaget lagi dngn tingkah laku mu , se x sampah tetap lah sampah 😂😂😂
ken darsihk
Dalam keadaan mendesak is ok Al-Biruni , yng penting Alya selamat
Hary Nengsih
lanjut
Ayudya
kalau dari awal Uda jalang akan sulit tuk berubah.
Sugiharti Rusli
karena ini pasti akan menyangkut harga diri Alya sebagai seorang perempuan terhormat, tapi juga sekarang kondisinya darurat kan
Sugiharti Rusli
waduh ada insiden terhadap Alya dan Axel yang keduanya terjatuh di kolam renang rumah ibunya Biru, dan dia sekarang jadi dilematis buat melakukan pertolongan pertama
Sugiharti Rusli
manusia yang ga pandai bersyukur yah kamu Ndra, bahkan buat melarang si Erika bekerja pun kamu pasti ga akan mampu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!