The Story Of Anantari

“Gemuruh suara tepuk tangan.” Sang raja berpidato di hadapan para prajurit, dan juga rakyat-rakyat Arcania.

“Wahai seluruh rakyatku, ksatria, seluruh prajurit yang sangat aku cintai. Aku sangat bersalah atas kejadian hari lalu. Sesungguhnya aku tidak ingin menyusahkan kalian, para ksatria juga para prajurit. Aku sangat malu. Aku hanya seorang raja bodoh yang lemah.

Namun aku sangat bangga kepada kalian, terutama kepada para prajurit yang gugur di medan perang. Kita telah menang telak. Wilayah perdagangan kita telah kita rebut kembali. Namun aku tahu, banyak nyawa yang harus di korbankan.

Sesungguhnya aku tidak menyukai peperangan. Aku berharap suatu saat akan ada seseorang yang berani, berhati mulia, bisa menghentikan semua amarah rakyat. Aku ingin dunia tanpa dendam, tanpa sebuah amarah. Aku harapkan itu terjadi di masa depan. HIDUP ARCANIA!” Seru sang raja dengan lantang.

“HIDUPPP!” Sorak-sorai para prajurit yang bergembira merayakan kemenangan.

Juga Anantari, Esa, Wiraguna, dan Wira. Mereka bergembira bersama.

Lalu selepas usai pidato sang raja. Anantari, Esa, Wira, juga Wiraguna hendak akan menyelidiki seseorang yang mencurigakan. Dia adalah salah satu orang pelayan di istana Arcania.

Mereka berempat mulai menyusuri suatu daerah. Tempat itu tidak jauh dari istana. Itu adalah sebuah desa bernama Parwasaba (Sebuah desa yang banyak sekali penduduk-penduduknya).

Mereka berhenti di suatu rumah tua. Dengan pagar-pagar kayu. Rumah itu sangat kumuh. Banyak sampah-sampah berserakan di halaman rumah tersebut.

“Apakah ini benar rumah orang itu Wira?” Tanya Wiraguna dengan menutup hidungnya.

Wira mengangguk. “Tok, tok, tok!” Mereka mulai mengetuk pintu. “Apakah ada orang di dalam?” Tanya Esa.

Lalu seseorang keluar dengan wajah lusuh. Dia seorang pemuda, usianya tidak lebih 28 Tahun. Dia menggunakan pakaian hitam. Begitu lusuh dengan wajah pucat.

Dia terperanjat ketika keluar membukakan pintu. Dia melihat Wira ada di hadapannya. Seseorang yang sedari kemarin menguntitnya di istana.

Dan mendengar percakapannya dengan salah seorang tangan kanan Archeri.

“Ini dia orangnya! Aku sangat ingat sekali dengan raut mukanya. Dia terperanjat dan lari, ketika aku menguping percakapannya kemarin di sebuah lorong dekat istana. Dia bersama salah seorang tangan kanan Archeri. Lalu aku mengejarnya. Dan mencari informasi tentangnya kepada orang-orang kerajaan.

Dan mereka menunjukan petunjuk bahwa rumahnya berada di sini. Benar saja kau adalah salah seorang dalang dari kegaduhan ini!” Seru Wira.

Lalu pemuda itu menunduk tersungkur, dan bersujud di hadapan Wira. Dia meminta maaf atas perbuatan yang kemarin ia lakukan. Dia sangat bersalah karena dia telah membelot dari Arcania menjadi bagian para musuh.

Dia menyesalinya. Karena dia di ancam oleh salah seorang tangan kanan Archeri, jika dia tidak melakukan perintahnya, maka bayarannya adalah dia (Salah seorang tangan kanan Archeri) akan membunuh ibunya.

Karena dia menjelaskan bahwa dia hanya mempunyai sang ibu saja di kehidupannya. Sang ayah telah wafat ketika usianya belia. Dia hidup hanya dengan sang ibu. Ia sungguh sangat menyesal. Dia hendak meminta maaf dan meminta pengampuan atas perbuatan yang telah ia lakukan.

“Yasudah kamu jelaskan saja nanti kepada sang raja. Aku harap sang raja bisa memaafkan perbuatanmu.

Lalu mereka membawa pemuda tersebut ke keraton (Kerajaan Arcania). Pemuda itu bernama Guntur. Dia adalah salah satu pelayan di Istana Arcania.

Di singgasana kerajaan terlihat sang raja duduk dengan gagah. Raja hendak ingin menggali informasi lebih dalam kepada Guntur. Dan sang raja ingin tahu alasannya membelot dari kerajaan Arcania.

“Apakah benar kamu salah satu dalang dari kegaduhan masalah kemarin?” Tanya sang Raja.

Guntur mengangguk. Dia merasa sangat bersalah. Dia sangat malu atas apa yang telah ia lakukan. Dan dia menjelaskan kepada sang raja bahwa dia melakukan ini semua, karena sang ibunda.

Jika ia tidak mengikuti apa yang para tangan kanan Archeri minta, dia akan kehilangan ibunya. Mereka akan membunuh ibundanya Guntur. Dan Guntur tidak ingin itu terjadi kepadanya.

Karena dia telah kehilangan ayahnya sejak dia masih belia. Sekarang dia tidak mau untuk kehilangan kedua orang tuanya. Dia tidak mau kehilangan sang ibunda tercintanya. Itulah alasan Guntur membocorkan informasi kerajaan Arcania kepada musuh.

Sang Raja mengangguk. Karena dia adalah raja yang bijaksana. Dan dia mengerti dengan perasaan Guntur yang diambang ke bingungan. Raja tahu jika Guntur melakukan itu semua karena terpaksa. Namun peraturan, tetaplah peraturan. Raja akan tetap menghukum Guntur, akan tetapi Guntur di penjara di tempat penjara yang tingkatannya paling rendah.

Guntur mengangguk. “Baik yang mulia. Saya akan menjalankan hukuman tersebut sebagai bukti tanggung jawab atas perbuatan yang saya lakukan.” Timpal Guntur.

Lalu para prajurit Arcania membawa Guntur ke penjara. Penjara itu tidak jauh dengan kerajaan Arcania. Hanya berjarak beberapa ratus Meter saja dari area kerajaan.

...----------------...

Di bawah pohon rindang di halaman istana kerajaan. Ketika Esa dan Anantari hendak melakukan sebuah latihan, dia di hampiri oleh seorang pemuda. Itu adalah prajurit baru Arcania. Dia bernama Genta.

Tubuhnya tinggi, usianya tidak berbeda jauh dengan mereka. Sekitar 20 tahun, sama dengan usianya Anantari. Dia memakai seragam militer keraton berwarna hitam. Karena di kerajaan Arcania seragam berwarna hitam di khususkan untuk para prajurit yang baru bergabung.

Dia memakai sebuah belangkon, songkok dan celana panji-panji. Genta memperkenalkan diri kepada Anantari dan Esa. Genta tersenyum kepada Anantari sebagai salam perkenalan.

Juga Anantari membalas dengan senyuman manis.

Lalu mereka melakukan latihan bersama. Dan Anantari mengajarkan Genta teknik-teknik dasar bertarung.

“Brakkk!” Anantari menendang kakinya Genta.

“Kuda-kudamu terlalu lemah. Musuh bisa dengan mudah mengalahkanmu.”

Lalu Anantari mengajarkan sebuah teknik kuda-kuda dengan benar. Mereka berlatih hingga sore hari.

Senja sudah mulai menguning. Dan burung-burung yang terbang berlalu lalang sudah hinggap di dedaunan. Terlihat begitu indah sedang bermimpi.

Mereka lalu menyelesaikan latihan, mereka hendak beristirahat ke sebuah barak militer kerajaan Arcania.

Setu, 5 Ruwah 700 M. Pada malam hari, terlihat Anantari susah untuk beranjak tidur. Dia teringat kepada ibundanya, serta kakaknya (Laksmi). “Ibu sekarang lagi ngapain ya. Aku rindu sekali dengannya, sudah beberapa bulan aku tidak pulang ke rumah. Aku merindukannya. Juga kak Laksmi, aku sangat rindu mengambil kayu bakar ke hutan dengannya. Sehat -sehat ya bu, dan kak Laksmi di sana. Aku berjanji kepada kalian, suatu saat aku akan menjadi seorang ratu yang tangguh. Yang bijaksana. Aku akan memimpin kerajaan Arcania.

Dan jika hari itu tiba aku ingin kalian tetap berada di sampingku. Aku harap itu terwujud.”

Lalu Anantari hendak tidur malam itu. Hampir setiap malam dia selalu berharap akan ada keajaiban di esok hari.

...----------------...

Di halaman istana kerajaan para prajurit, kesatria dan orang-orang kerajaan berkumpul. Sang raja akan memberikan amanat kerajaan.

Sang raja mengumumkan bahwa akan ada hari libur untuk para prajurit tidak bertugas selama beberapa waktu. Sang raja hanya ingin para prajuritnya bisa berkumpul dengan para keluarga-keluarganya. Dan sang raja akan mengirimkan surat kepada para prajurit kerajaan jika ada keadaan darurat militer di istana Arcania.

“Terimakasih untuk prajurit yang aku cintai. Nikmati waktu kalian bersama keluarga kalian. Aku harap itu akan menjadi pengalaman berharga untuk kalian para prajurit ku.” Sang raja menutup amanat kerajaan.

"Akhirnya aku bisa bertemu lagi dengan ibu, dengan kak Laksmi. Aku sangat merindukan mereka." Gumam Anantari.