NovelToon NovelToon
BAYANGAN DALAM MELODY

BAYANGAN DALAM MELODY

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / BTS / Persahabatan
Popularitas:879
Nilai: 5
Nama Author: JM. adhisty

"Persahabatan adalah ikatan yang tak terpisahkan, hingga cinta datang dan menjadikannya sebuah pilihan."

Kisah ini berputar di sekitar dinamika yang rapuh antara dua sahabat karib yang datang dari kutub kehidupan yang berbeda.

Gabriella, gadis kaya raya dengan senyum semanis madu, hidup dalam istana marmer dan kemewahan yang tak terbatas. Namun, di balik sampul kehidupannya yang sempurna, ia mendambakan seseorang yang mencintainya tulus, bukan karena hartanya.

Aluna, gadis tangguh dengan semangat baja. Ia tumbuh di tengah keterbatasan, berjuang keras membiayai kuliahnya dengan bekerja serabutan. Aluna melihat dunia dengan kejujuran yang polos.

Persahabatan antara Gabriella dan Aluna adalah keajaiban yang tak terduga
Namun, ketika cinta datang mengubah segalanya
Tanpa disadari, kedua hati sahabat ini jatuh pada pandangan yang sama.

Kisah ini adalah drama emosional tentang kelas sosial, pengorbanan, dan keputusan terberat di antara cinta pertama dan ikatan persahabatan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JM. adhisty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CINTA, UANG DAN HARGA DIRI

Kontras di Bawah Langit yang Sama

Meja makan kecil di kontrakan Aluna. Hanya ada dua piring nasi, sup, dan telur dadar.

Suasana di meja makan Aluna dan Justin dipenuhi kehangatan dan keheningan yang nyaman. Mereka makan tanpa terburu-buru, merasakan setiap suap makanan sederhana yang mereka hasilkan dari jerih payah mereka.

"Sup tadi enak sekali, Kak," puji Justin tulus, setelah menghabiskan piring kedua.

"Kakak pasti lelah, tapi masih sempat memasak."

"Kamu harus sehat, Dek," jawab Aluna, tersenyum. "Kamu itu aset kita. Jangan sampai sakit karena terlalu banyak belajar."

Justin meletakkan sumpitnya. "Kak, tadi di sekolah, temanku mengajakku ke studio musik ayahnya. Dia bilang aku bisa merekam laguku di sana."

Aluna terdiam sejenak. Ia tahu tawaran itu serius. "Itu kesempatan bagus, Justin. Tapi kamu pasti menolaknya, kan?"

"Tentu saja. Aku tidak mau terlihat seperti pengemis, Kak. Lagipula, aku tidak bisa menerima bantuan dari keluarga yang... yang seperti itu," katanya, merujuk pada kekayaan Ariana.

Aluna menghela napas. Ia bangga dengan harga diri adiknya, tetapi ia juga sedih melihat bakat adiknya terhambat.

"Justin, dengar. Kita akan menerima bantuan saat kita membutuhkannya, asalkan kita tidak menjual harga diri kita," kata Aluna.

" kamu juga harus berani mengambil peluang, Dek. "

"Kakak mendapatkan teman baru hari ini. Mereka terlihat tulus . mau berteman tanpa melihat status. Siapa tahu temanmu juga begitu kan?"

Justin hanya mengangguk ragu, mencerna kata-kata kakaknya. Mereka saling bertatapan, janji tak terucapkan di mata mereka.

mereka hanya berdua, dan masa depan yang lebih baik harus mereka rebut dengan segala cara. Mereka merapikan meja, kebersamaan mereka adalah benteng terakhir melawan kerasnya dunia.

....

Ruang makan formal keluarga William. Meja panjang dihiasi kristal dan perak. Ayah William, Ibu, Arjuna, dan Gabriella duduk dengan jarak yang teratur.

Makan malam di kediaman William Family adalah urusan yang kaku dan penuh dengan laporan.

"Bagaimana kuliahmu di kampus, Gabriella?" tanya Tuan William, suaranya otoriter, tanpa menatap putrinya, sibuk melihat laporan di tabletnya.

"Lancar, Ayah. Aku sudah berkenalan dengan beberapa koneksi baru dan bertemu dengan dosen-dosen penting. Aku sudah mendaftar untuk klub debat," jawab Gabriella segera, suaranya terdengar terlatih dan formal. Ia memilih untuk tidak menyebutkan Aluna.

"Bagus. Ingat, Gaby. Lulus dengan nilai bagus adalah minimum. Yang terpenting adalah jaringan yang kamu bangun ".

Tuan William mengalihkan pandangannya pada Arjuna. "Bagaimana dengan kesepakatan merger di perusahaan, Arjuna? Jangan sampai ada masalah menjelang pernikahanmu dengan Alana. Semua harus sempurna."

Arjuna, yang jauh lebih rileks karena pernikahannya didasari cinta, menjawab dengan tenang dan percaya diri. "Semua terkendali, Ayah. Aku dan Alana akan memastikan segalanya sempurna."

Gabriella merasa tercekik. Di meja itu, Arjuna mendapatkan cinta dan bisnisnya berjalan lancar, sementara dia hanya dinilai dari seberapa baik dia menjalankan peran yang ditentukan. Ia menyadari ia tidak ingin menjadi seperti Arjuna—bahagia dalam kerangka yang dibuat orang lain. Ia merindukan kebebasan yang ia temukan sesaat saat berbicara tulus dengan Aluna.

.....

Sebuah rooftop tersembunyi dengan pemandangan kota. Tempat kumpul non-formal "Big Five". Motor-motor besar mereka diparkir di dekatnya.

Jhonatan, Kevin, Jay, Axel, dan Yoga berkumpul, berbagi bir dingin dan keripik. Mereka baru saja selesai membelah jalanan kota dengan motor mereka, ritual untuk menghilangkan penat.

"Jadi, kita kembali ke topik Gaby dan si gadis beasiswa," ujar Kevin, menyenggol Axel.

"Namanya Aluna, Kevin," potong Axel, suaranya terdengar tegas

"Kau terlihat begitu peduli padanya, apa ada sesuatu yang kau rasakan pada gadis itu? " ucap jay mencoba menggodanya

Axel menatap nyala api kecil di sebatang rokoknya. Ia bingung. "Aku tidak tahu apa yang kurasakan. Aku hanya... ingin memastikan dia baik-baik saja setelah apa yang dilakukan Alexa."

Jhonatan menengahi. "Dengar, Axel. Jangan terlalu banyak berpikir. Gaby adalah sahabat kita, dan Aluna itu hanyalah seorang siswa di sini. Fokus kita adalah pada bisnis dan menjaga agar Gaby tidak membuat masalah yang akan mengganggu keluarga kita menjelang pernikahan Arjuna."

Yoga, yang duduk di pinggir, memandangi lampu kota yang berkelip, ia akhirnya angkat bicara, menunjuk ke arah pemandangan.

"Semua orang di bawah sana punya masalah yang sama. Cinta, uang, dan harga diri," kata Yoga pelan. "Hanya cara mereka mengatasinya yang berbeda. Aluna tidak peduli dengan yang kedua (uang), hanya yang pertama dan ketiga. Itu membuatnya kuat. Dan Axel, kau harus berhati-hati, karena ketulusan itu menular."

Axel menatap Yoga, menyadari bahwa temannya yang paling pendiam itu telah melihat jauh lebih dalam daripada yang lain. Kata-kata Yoga, "ketulusan itu menular," membuatnya memikirkan Aluna, dan itu membuat hati Axel berdebar. Ia tahu, ketulusan Aluna mulai mengikis topeng yang ia kenakan untuk melindungi perasaannya pada Gabriella.

*

Ruang kerja Arjuna di rumah.

Malam sudah larut, tetapi cahaya lampu masih menyala. Gabriella masuk tanpa mengetuk, sesuatu yang jarang ia lakukan. Ia tampak gelisah, duduk di sofa mahal dengan sikap yang tidak biasa.

Arjuna segera meletakkan dokumennya. Ia tahu adiknya tidak akan datang ke ruangannya selarut ini tanpa alasan yang serius.

"Ada apa, Gaby? Kamu terlihat tidak nyaman. Apa ada masalah dengan geng-mu?" tanya Arjuna lembut.

Gabriella menghela napas panjang, melepaskan topeng sempurnanya. "Aku tidak tahu, Bang. Aku lelah dengan geng itu. Aku lelah dengan semuanya. Rasanya seperti... seperti semua yang kulakukan itu palsu."

Ia kemudian menceritakan tentang perasaannya, tentang tekanan pernikahan Arjuna yang membuatnya merasa semakin terjepit, dan rasa frustrasinya karena tidak tahu bagaimana Axel memandangnya.

"Semua orang di sekitar kita sibuk dengan deal dan status. Mereka bicara tentang saham dan aliansi," kata Gabriella, suaranya sedikit bergetar. "Tapi kemudian, aku bertemu dengannya."

"Bertemu dengan siapa?" tanya Arjuna, mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Dengan Aluna," jawab Gabriella, menyebutkan nama itu dengan nada yang penuh makna. Ia menceritakan bagaimana ia bertemu Aluna di perpustakaan, bagaimana niat awalnya adalah karena Axel menunjukkan ketertarikan, tetapi semuanya berubah ketika Aluna dengan polosnya mengatakan bahwa Gabriella terlihat tidak bahagia

"Dia tidak melihat jam tanganku, Bang. Dia tidak melihat mobilku. Dia hanya melihat aku. Dia hanya melihat bahwa aku tidak bahagia," kata Gabriella, matanya berkaca-kaca.

"Aku tidak tahan dengan kepalsuan lagi. Aluna itu... tulus. Dia benar-benar berjuang, dan dia tidak meminta apa-apa."

Gabriella meremas tangannya dan menatap kakaknya penuh harap. Inilah inti keluh kesahnya.

"Bolehkah aku berteman dengannya, Bang? Maksudku, sungguh-sungguh berteman. Dia bukan dari dunia kita. Dia hanya seorang gadis penerima beasiswa, dan aku tahu Ayah akan membencinya. Tapi aku membutuhkannya. Aku butuh seseorang yang tidak akan berbohong padaku hanya karena dia ingin uangku atau posisiku."

Arjuna terdiam, memandang adiknya yang biasanya sombong kini terlihat begitu rapuh. Ia teringat betapa tulusnya Alana, tunangannya. Ia mengerti mengapa Gabriella tertarik pada ketulusan yang langka.

Arjuna bangkit dan duduk di samping Gabriella. Ia memeluk bahu adiknya dengan erat.

"Gaby, dengar baik-baik," kata Arjuna. "Ayah mungkin akan membencinya. Dunia kita mungkin akan menghakimi. Tapi kebahagiaan dan ketenangan hatimu jauh lebih penting daripada status. Jika gadis ini membuatmu merasa nyata, jika dia membuatmu ingin menjadi dirimu sendiri... maka bertemanlah dengannya."

"Jangan pernah meminta izin dariku atau dari Ayah untuk memilih siapa yang membuatmu bahagia. Aku tidak peduli dia anak beasiswa atau putri raja. Selama dia tidak memanfaatkanmu dan selama dia tulus, maka aku merestuinya."

Arjuna tersenyum hangat, senyum yang sama yang ia berikan pada Alana. "Aku akan menjadi perisaimu, Gaby. Jika Ayah mengganggu, biarkan aku yang menghadapinya. Kamu hanya perlu menjalani kuliahmu dan menemukan kebahagiaan sejatimu."

Mendengar restu tulus dari satu-satunya orang yang ia percayai, Gabriella memeluk erat kakaknya. Ia merasa bebannya terangkat. Sekarang, ia memiliki izin dan dukungan untuk melanjutkan persahabatan tulus yang baru ia temukan. Namun, ia masih belum tahu bahwa persahabatan ini akan segera berbenturan dengan perasaannya yang tersembunyi pada Axel.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!