NovelToon NovelToon
Sebungkus Mie Instan

Sebungkus Mie Instan

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Selingkuh / Janda / Romansa
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Tika Despita

Sudah empat tahun lamanya Aini menikah dengan suaminya Rendra. Namun dia tahun terkakhir Rendra tak bekerja. Sehingga kebutuhan sehari-hari di bantu bapak mertuanya. Terkadang Aini terpaksa memasak sebungkus mie instan untuk lauk makannya dirinya dan anaknya.

Disaat himpitan ekonomi, suaminya pun bertingkah dengan kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tika Despita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teringat Akan Masa Itu!

“Terima kasih banyak, Pak. Sudah bantu saya mencari Keenan. Maaf ya, Pak… sudah ngerepotin. Pasti Bapak tadi banyak urusan kerjaan,” ucapku tulus sebelum turun dari mobil, sambil memeluk Keenan yang tertidur di gendonganku.

“Sama-sama. Lagian buat saya, Keenan itu bukan orang asing. Dia anak karyawan saya sekaligus tetangga juga,” jawab Pak Arsya sambil tersenyum tipis.

“Jadi nggak ada salahnya saya bantu.”

Aku mengangguk pelan, menatap wajahnya dengan rasa sungkan yang sulit diungkapkan.

“Dan satu lagi, Pak… saya juga minta maaf atas sikap dan mulut kasarnya Bang Rendra. Saya benar-benar nggak nyangka dia sampai bawa-bawa nama Bapak dalam masalah rumah tangga kami.”

Pak Arsya hanya mengangguk kecil. “Hmmm.”

“Kalau gitu, saya pamit masuk dulu ya, Pak.”

Aku segera turun dari mobil, menutup pintu dengan hati-hati agar tidak membangunkan Keenan di pelukanku. Dari kaca jendela, kulihat Pak Arsya masih sempat melirik sebentar sebelum akhirnya mobilnya berbelok masuk ke pekarangan rumahnya.

Sementara aku berjalan gontai masuk ke rumah dengan langkah berat, rasa lelah dan sedih bercampur jadi satu.

Begitu membuka pintu, aku melihat Ibu dan Kevin sudah duduk di ruang tamu dengan wajah gelisah. Baru saja mereka melihatku datang dalam keadaan lusuh dan masih menggendong Keenan, Ibu langsung berdiri dan menghampiriku.

“Syukurlah, kamu ketemu, Sayang…” lirih Ibu dengan suara bergetar, langsung mengambil Keenan dari pelukanku dan menciumi pipinya penuh kasih.

Sebelumnya memang sudah aku kabari kalau Keenan hilang di wahana permainan. Ibu dan Kevin sempat ingin ikut mencari, tapi aku larang, takut malah makin panik dan nggak fokus.

“Bapak macam apa sih tuh Rendra! Bisa-bisanya anak hilang di tangan sendiri,” gerutu Kevin kesal, sambil melipat tangan di dada.

“Sudah, sudah. Yang penting sekarang Keenan udah ketemu. Kasihan kakakmu tuh, lihat aja, wajahnya pucat banget, kecapekan,” ujar Ibu menengahi, supaya Kevin nggak makin ngomel.

Kevin mendengus, tapi akhirnya diam juga. “Iya, Buk.”

Aku pun menghela napas panjang, lalu membawa Keenan ke kamar untuk dimandikan. Air hangat kubuatkan supaya dia nyaman. Setelah itu, kusiapkan makanan sederhana dengan ayam suwir dan nasi hangat,karena pasti dia kelaparan seharian.

Saat aku menyuapi Keenan yang mulai ngantuk, Ibu menghampiri sambil menatapku prihatin.

“Aini, kamu mandi sama istirahat sana. Biar Ibu aja yang lanjutin nyuapin Keenan. Kamu tuh dari tadi belum ganti baju, masih aja pakai seragam cleaning service.”

Aku menatap Ibu sejenak, lalu menyerahkan piring kecil berisi nasi ke tangannya beliau. “Baik, Buk. Makasih ya.”

Aku berjalan ke kamar mandi, membiarkan air hangat membasuh tubuhku yang terasa lengket dan pegal. Setelah selesai, aku mengenakan piyama lama yang udah agak longgar, lalu keluar lagi. Dari ruang tengah, terdengar suara TV kecil yang menayangkan berita malam.

Keenan sudah tertidur di pangkuan Ibu. Wajah kecilnya tenang sekali. Aku menatapnya lama, dan rasa haru tiba-tiba menyeruak. Tapi bersamaan dengan itu, amarah juga ikut naik ke dada saat mengingat semua kejadian tadi.

Aku duduk di tepi kasur, menatap langit-langit.

“Dasar Dela…” gumamku lirih.

Ingin rasanya kubalik lagi ke taman bermain tadi, cuma buat nyubit ginjalnya. Sudah jelas-jelas dia yang bikin Keenan menghilang, tapi mukanya malah datar-datar aja, seolah nggak bersalah. Malah sok manis di depan Bang Rendra.

Dia pikir aku bakal cemburu?

Dan bang Rendra… apa maunya dia, sebenarnya? Katanya nggak mau cerai, tapi masih aja lengket sama perempuan itu. Dia pikir aku nggak tahu? Dia kira aku ini bodoh, bisa dibujuk cuma dengan omongan manis?

Aku mendengus kesal dan menarik selimut. “Sudahlah, lebih baik aku tidur.”

Belum sempat mataku terpejam, ponselku bergetar di meja. Ada pesan masuk dari nomor tak dikenal.

“Bagaimana kondisi Keenan?”

Alis ku mengernyit. Siapa pula yang tiba-tiba nanyain Keenan malam-malam begini?

Begitu aku buka profilnya, mataku langsung membesar.

“Ah? Pak Arsya?” ucapku setengah tak percaya.

Aku buru-buru mengetik balasan.

“Alhamdulillah aman, Pak. Sekarang juga udah tidur.”

Tak lama kemudian balasannya masuk.

“Baguslah kalau begitu.”

Aku tersenyum kecil dan membalas dengan emotikon tersenyum. Entah kenapa, rasanya sedikit tenang.Tak menyangka sosok pak Arsya cukup baik.

Namun ketenangan itu tak bertahan lama. Notifikasi email masuk tiba-tiba membuat hatiku berdebar. Saat kubuka, ternyata dari pengadilan agama, yang mana isinya adalah pemberitahuan jadwal sidang perceraian aku dan Bang Rendra.

Senin depan.

Aku menarik napas panjang, lalu tersenyum getir. “Akhirnya… semua ini bakal selesai.”

Tapi sebelum tidur, pikiranku malah melayang ke masa lalu.

Aku masih ingat betul saat pertama kali bertemu Bang Rendra,di mall tempat kami dulu sama-sama kerja. Aku di bagian kasir supermarket, sedangkan dia jadi satpam di sana.

Waktu itu dia sering mampir ke kasir dengan alasan ‘nanya shift’, padahal cuma mau ngobrol. Dari situ kami mulai dekat.

Bang Rendra dulu sopan, humoris, dan punya senyum yang gampang bikin orang nyaman,ditambah dengan wajahnya yang tampan. Banyak pegawai perempuan yang naksir dia, tapi entah kenapa dia malah memilih aku saat itu.

Perhatian dan kelembutannya waktu itu yang bikin aku yakin menerima lamarannya. Kami menikah, dan awalnya hidup kami sederhana tapi bahagia.

Setahun pertama terasa indah,apalagi waktu aku hamil Keenan. Dia rajin bekerja, selalu berusaha bikin aku tersenyum.Apapun keinginan aku pasti dia kabulkan.

Tapi semuanya berubah sejak dia kena DBD. Pemulihannya lama, dan setelah sembuh… dia nggak pernah kembali kerja.

Awalnya aku pikir karena masih lemah, tapi lama-lama dia malah terbiasa hidup dari bantuan orang tuanya. Dari situ pelan-pelan semuanya memburuk dan semakin parah.

Dia mulai main judi online bareng bapak-bapak kompleks. Uang yang seharusnya buat belanja malah habis di situ. Kadang kami cuma makan mie instan berdua sama Keenan. Dan anehnya, dia seolah nggak peduli.Bahkan uang yang aku tabungpun raib diambilnya untuk bermain judi online tersebut.

Sampai akhirnya aku tahu, dia selingkuh. Dengan mantan pacarnya sendiri. Parahnya lagi,menikahinya secara siri.

Saat itu rasanya seperti dunia berhenti berputar. Aku marah, kecewa, tapi juga capek. Mungkin memang ini jalan Tuhan. Mungkin Tuhan sayang padaku dengan cara mengizinkan perpisahan ini terjadi.

Aku menarik napas panjang, menatap wajah Keenan yang terlelap di pangkuan ibuku.

“Mulai sekarang, cukup aku dan kamu, Nak,” bisikku pelan.

“Kita berdua aja yang saling jaga.”

Air mataku menetes tanpa sadar. Tapi kali ini bukan karena lemah tetapi melainkan karena akhirnya aku siap… untuk berdiri sendiri.

1
Kala Senja
Bagus ceritanya
Qhaqha
Semoga suka dengan karyaku ini... 😊😊😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!