"Teganya kau membunuh keluargaku mas, salah apa keluargaku sama kamu mas," tangis ibu pun pecah.
keluarga yang hangat harus hancur di tangan keluarga itu sendiri, hubungan yang terjalin dengan baik harus hancur karena iri hati seorang saudara kepada adiknya sendiri.
"Santetmu akan kembali padamu,"
"Karma akan menghampirimu,"
"Tidak habis pikir kamu bisa membuh keluargaku dengan ilmu hitammu itu,"
"Kau akan mati di tanganku durjana,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon janda#hot, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Mereka berdua akhirnya menunda berangkat sekolah dan saat ini mereka berdiri di dekat jendela untuk melihat apa yang terjadi di dalam.
"Selamat pagi mba, kamu di dalam kan?" panggil om Burhan.
"Eh kamu Burhan ini mba lagi masak, duduk aja mba buatkan kamu kopi," ucap Bu Wati.
"Masak apa mba? Dari bahunya enak nih," ucap Burhan.
"Udang goreng dan ayam kecap, kebetulan ponakan kamu si Intan kan baru sembuh dari sakit jadi mba masakin makanan kesukaan dia biar nda gampang sakit," ucap Bu Wati.
"Loh Intan sakit yah mba, syukurlah kalau udah sembuh jadi boleh nih aku minta dikit," ucap Burhan tanpa malu-malu.
"Boleh kok, nanti mba bagikan untuk kamu tapi mba bagi dikit yah soalnya hari ini mba nda ke pasar," ucap Bu Wati.
"Mba nyindir aku gitu? Karena aku sering datang minta makan sama mba! Mba nda ikhlas gitu maksudnya!" ucap Burhan.
"Bukannya nda ikhlas atau menyindir kamu tapi kan biasanya kamu kaya gitu kalau dateng kesini selalu mengambil semua bahan makanan di rumah ini kalau ada mas mu aja kamu nda berani, yah kalau yang ini kamu bawa pulang semua mba harus masak lagi dong," ucap Bu Wati.
"Mba ini kan orang kaya ya bayar lah pembantu, jadi orang kaya kok pelit banget sih mba untuk diri sendiri loh!" ucap Burhan.
"Bukannya ndak mau nyewa pembantu tapi selagi masih bisa di kerjakan sendiri yah ngapain nyewa pembantu," ucap Bu Wati.
"Halah memang kamu nya aja yang pelit, ya sudah kamu aja yang bagiin udang sama ayam kecap nya biar nda nuduh aku serakah," ucap Burhan.
"ya sudah, tunggu sebentar," ucap Bu Wati.
Sekarang terlihat sekali sifat asli dari adik sepupu ibu nya ini, benar yang di katakan oleh Rizky kalau om Burhan itu sangat tidak baik hanya saja selama ini dia pintar menutupinya. Sekarang dia bersikap seolah ini rumah nya sendiri.
"Muka mu itu loh mba kaya nda ikhlas gitu! Mba nda ingat yah dulu mba itu di urus oleh orang tuaku bahkan di sekolahkan oleh ibu, bapakku. Sekarang udah sukses itu juga berkat orang tua ku yang memberikan kalian modal jadi jangan melupakan jasa orang tuaku pada kalian! Cuma minta dikit aja ko muka mu udah nda enak kaya gitu sih mba!" ucap Burhan marah-marah.
Memang benar dulu sebelum Bu Wati dan pak Bimo sukses seperti sekarang mereka menumpang hidup kepada orang tua Burhan dan akhirnya bapak dari Burhan memberikan mereka modal untuk membuka usaha sendiri namun karena tergoda wanita lain akhirnya bisnis keluarga Burhan pun bangkrut.
"iya Han mba ingat kok! Mba nda akan lupa jasa ibu dan bapak, ini lauknya untuk keluargamu," ucap Bu Wati.
"Mba kamu beneran ngasih nda ikhlas banget sih, cuma dikit kaya gini mana cukup buat kami sekeluarga!" ucap Burhan.
Bu Wati lebih memilih diam saja karena sudah mengetahui sifat asli dari adik sepupunya ini.
"Tapi makasih deh untuk lauknya, aku datang kesini karena ada perlu, mana mas Bimo nya mba? Udah berangkat kerja yah?" tanya Burhan.
"Iya Han, mas mu udah berangkat kerja sejak subuh tadi karena harus mengecek toko cabang di kabupaten sebelah," jawab Bu Wati.
"Gini mba aku mau buka usaha dan membutuhkan modal yang besar karena usaha yang aku buka ini untuk kalangan orang kaya saja, jadi aku kesini mau minjam uang lagi dua ratus juta untuk modal usahaku itu," ucap Burhan dengan enteng nya.
Tidak hanya bu Wati yang kaget tapi Rizky dan Intan pun kaget mendengar ucapan dari om nya itu, uang dua ratus juta di ucapnya dengan enteng.
"Aduh Han, kamu ini pinjam duit ko nda kira-kira, kalau untuk sebanyak itu mba nda bisa pinjam kan dulu sebab kebutuhan kami juga banyak Han. Apa lagi sekolah anak-anak ku sebentar lagi harus di bayar kan, jadi kalau sebanyak itu nda bisa aku kasih tapi kalau kamu mau mba bisa pinjamkan dua puluh juta untuk kamu," ucap Bu Wati menolak permintaan dari adik sepupunya itu.
Tentu saja jumlah itu sangat besar bagi Bu Wati, sebab ia juga punya banyak keperluan untuk bisnis mereka dan untuk keperluan anak-anaknya.
Belum lagi setiap Burhan dan istrinya datang meminjam uang tidak pernah di kembalikan.
"Dua puluh juta mba? Itu bahkan tidak sampai sepuluh persen modal usaha ku, kamu ini mba pelit sekali ingat dulu kamu membuka usaha itu modal dari orang tuaku!" ucap sarkas Burhan.
"Ya bagaimana yah Han, kamu dan istri mu kan udah sering minjam duit sama mba dan kalau di hitung-hitung jumlah nya ada seratus juta tapi tidak pernah kalian kembalikan bahkan tidak pernah sekali pun kami menagihnya jadi kalau untuk sekarang mba tidak bisa memberikan pinjaman dengan jumlah yang sangat besar itu kalau dua puluh juta bisa mba kasihkan," ucap Bu Wati.
Ya Burhan dan istrinya sudah sering meminjam uang kepada Bu Wati dengan alasan bermacam-macam namun tidak pernah di kembalikan.
"Jadi kamu sekarang udah mulai hitung hitungan mba? Dasar kamu nda tau balas budi mba, kamu ingat yah mba dulu kamu susah itu orang tua ku yang menampung mu dan memberi kalian modal!" ucap Burhan emosi.
"Setiap kamu dan istri kamu datang meminjam uang bukannya selalu kami kasih Han dan kami pun tidak pernah menagihnya apa kah itu bukan balasan dari bantuan orang tuamu dulu? jadi tolong jangan terus mengungkit-ungkit apa yang udah terjadi!" ucap Bu Wati masih mencoba bersabar.
"Kurang ajar kamu mba! Aku datang dengan baik-baik tapi malah kamu ginikan, lihat aja kamu nanti mba! kamu akan ku buat menyesal!" ucap Burhan.
"Ya udah Han, kalau kamu berpikir seperti itu tapi mba ingat kan untuk membayar hutang-hutang mu kalau kamu tidak ingin membayar pun tidak masalah hanya saja sekarang benar-benar mba tidak bisa membantumu," ucap Bu Wati.
"Cih!" ucap Burhan berlalu pergi namun ia tidak membawa udang dan ayam kecap yang tadi sempat ia minta.
"Awas saja yah kalian! aku akan membuat kalian menyesal!" ucap Burhan penuh kebencian lalu pergi.
Bu Wati hanya menggeleng gelengkan kepala nya namun ia tidak kaget dengan sikap adik sepupunya itu memang sudah dari dulu mempunyai tempramental yang jelek karena dulu orang tua Burhan merupakan orang kaya di kampung mereka sehingga Burhan sudah terbiasa hidup enak dan terbawa hingga sekarang.