Sinopsis
Arta, Dewa Kekayaan semesta, muak hanya dipuja karena harta dan kekuasaannya. Merasa dirinya hanya 'pelayan pembawa nampan emas', ia memutuskan menanggalkan keilahiannya dan menjatuhkan diri ke dunia fana.
Ia terperangkap dalam tubuh Bima, seorang pemuda miskin yang dibebani utang dan rasa lapar. Di tengah gubuk reot itu, Arta menemukan satu-satunya harta sejati yang tak terhitung: kasih sayang tulus adiknya, Dinda.
Kekuatan dewa Arta telah sirna. Bima kini hanya mengandalkan pikiran jeniusnya yang tajam dalam menganalisis nilai. Misinya adalah melindungi Dinda, melunasi utang, dan membuktikan bahwa kecerdasan adalah mata uang yang paling abadi.
Sanggupkah Dewa Kekayaan yang jatuh ini membangun kerajaan dari debu hanya dengan otaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 16
Restoran yang dipilihnya adalah sebuah restoran pizza waralaba di pusat perbelanjaan kelas menengah. Keputusan itu sejalan dengan filosofi modalnya: investasi harus memberikan nilai maksimal, dan makanan harus memuaskan Dinda, aset non-likuid paling berharga miliknya, tanpa menguras likuiditas yang tidak perlu. Meja mereka berada di sudut yang cukup tenang.
Saat Dinda asyik melahap potongan pizza, Bima memanfaatkan momen ini untuk melanjutkan pembicaraan bisnisnya dengan Risa. Risa Sanjaya masih menunjukkan aura kekaguman setelah konfrontasi dengan Roni.
“Konfrontasimu dengan Roni tadi adalah validasi sosial yang luar biasa, Risa,” ucap Bima, mengambil minumannya. “Sikapmu di depan Roni menegaskan pada dirimu sendiri dan pada dunia bahwa kamu memilih untuk berdiri bersama Nilai Fungsional Yura, bukan Kekayaan Palsu Keluarga Sanjaya.”
Risa tersipu, merasakan pujian Bima lebih berharga daripada semua sorotan yang ia dapatkan di dunia modeling. “Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, Bima. Aku melihat betapa kerasnya kamu bekerja. Aku bangga.”
Rona merah di pipi Risa begitu kentara, membuat garis senyum Bima sedikit lebih dalam.
{Ekspresi ini. Ini bukan sekadar kebanggaan sepupu. Frekuensi detak jantungnya meningkat secara signifikan saat aku memuji keberhasilannya. Ini adalah ketertarikan. Cinta. Sebagai Arta, aku terbiasa hanya melihat kekagayaan, bukan kasih sayang tanpa syarat. Para Dewi di alam Dewa mencintaiku karena kekuasaanku. Wanita fana ini mencintai Arta yang berada di dalam tubuh Bima yang dulu hampir hancur karena utang.}
Bima menanggapi dengan kontrol diri yang sempurna, mengabaikan gejolak emosional yang mulai muncul di balik logika dingin Dewa Kekayaan.
“Terima kasih,” balas Bima tenang. “Sekarang, kita harus membicarakan langkah selanjutnya.”
Bima menggeser laptopnya di atas meja, menampilkan proposal investasi Rp 250.000.000. Dia menjelaskan bahwa dana tersebut bukan hanya untuk modal, tetapi untuk mengamankan kontrak pengadaan aset skala korporat, yang akan menyelesaikan masalah pasokan yang disebabkan oleh kompetitor seperti Pak Tejo.
“Aku sudah mencapai batas atas dari pasar rongsokan individual,” jelas Bima, suaranya dipenuhi otoritas seorang CEO. “Untuk mencapai Rp 250.000.000, aku perlu melompat ke skala vertikal, langsung ke sumber aset yang lebih besar, seperti pelelangan pabrik atau sisa aset kantor.”
Risa menyimak, mencoba memahami istilah-istilah bisnis yang jauh dari dunia catwalk. Dia mengerti bahwa Bima membutuhkan koneksi, bukan sekadar uang.
“Aku membutuhkan seseorang yang dapat menjadi jembatan ke lingkaran sosial yang tepat,” lanjut Bima, menatap mata Risa. “Lingkaran yang berisi angel investor atau manajer pengadaan korporat. Jaringan yang tidak bisa disentuh oleh ‘CEO toko rongsokan’ sepertiku.”
{Ini adalah fase penanaman ide. Aku tidak meminta, aku hanya menjelaskan kebutuhan sistem. Risa harus menyadari nilai jejaringnya sendiri sebagai aset, bukan hanya sebagai model.}
Bima kemudian tersenyum tipis, kali ini senyum yang lebih ramah, sengaja melembutkan ketegangan profesional. “Justru di sinilah Nilai Tersembunyimu yang sesungguhnya berada, Risa. Sebagai figur publik, kamu berinteraksi dengan orang-orang yang melihat kekayaan bukan hanya di saldo bank, tetapi di kesempatan investasi yang unik.”
Risa tersentuh oleh cara Bima menghargai dirinya, tidak hanya berdasarkan kecantikan, tetapi berdasarkan potensi jaringan yang ia miliki. Rasa ingin dambakan yang ia rasakan sebelumnya kini berubah menjadi kebanggaan fungsional.
“Aku mengerti, Bima,” kata Risa mantap. “Aku sering menghadiri acara amal atau pesta peluncuran yang dihadiri banyak pengusaha besar. Aku bisa mencoba mencari celah untukmu.”
Risa berpikir sejenak, lalu mengingat agenda yang baru ia terima. “Minggu depan, aku diundang ke pesta gala tahunan yang diadakan oleh sebuah konsultan investasi. Mereka mengundang semua klien besar dan mitra strategis. Ini adalah acara yang sangat tertutup.”
Mata Bima (Arta) langsung bersinar, mengidentifikasi titik masuk yang sempurna. Aset Jaringan Sosial telah memberikan rute yang jelas.
{Aset Jaringan Sosial berhasil diaktifkan. Acara gala tersebut adalah gerbang menuju Validasi Kepercayaan Jangka Panjang. Aku harus memastikan Risa muncul di sana, tidak hanya sebagai model, tetapi sebagai asosiasi terdekat CEO Yura. Aku harus mengakui, ketulusannya ini adalah Nilai Tambah. Aku tidak bisa membalas perasaannya sekarang, karena fokus harus pada Konsolidasi Modal. Tapi perasaan ini, akan aku simpan. Aku akan menjaganya seperti aset berharga yang harus aku lindungi.}
“Itu adalah kesempatan yang sangat berharga, Risa,” kata Bima, menutup laptopnya. “Bawalah kartu namaku. Beri tahu mereka bahwa kamu adalah sepupu dan Jaring Pengaman Sosial dari CEO Yura Restorasi Aset. Perkenalan yang datang darimu akan memiliki Validasi Sosial yang seratus kali lebih kuat daripada perkenalan yang aku lakukan sendiri.”
Risa mengangguk penuh tekad. “Aku akan melakukannya. Aku akan pastikan orang-orang di sana tahu siapa Bima yang baru.”
Bima menatap mata sepupunya. Tekad yang dipadukan dengan rona merah tulus di wajah Risa mengirimkan kejutan energi yang unik bagi Dewa Kekayaan.
{Aku merasakan ini. Ini lebih murni dari kekaguman pada aset atau kekuatan. Di alam dewata, aku adalah sumber Kekayaan; aku tidak pernah menjadi penerima Kasih Murni. Semua Dewi memujaku karena kemampuanku memberi, bukan karena diriku. Risa melihat Bima yang miskin dan memilih untuk berdiri di sisinya, bahkan ketika dia belum sepenuhnya kaya. Kasih tulus ini adalah aset non-likuid yang tak ternilai. Ini adalah pertama kalinya Arta dicintai dengan murni. Aku menerima perasaan ini sebagai aset emosional jangka panjang yang harus dilindungi. Namun, prioritas utamaku tetap Konsolidasi Modal. Validasi Jaringan harus tuntas sebelum Konsolidasi Hati.}
Dinda, yang sudah menghabiskan pizzanya, menyela dengan suara riang. “Kakak Risa, kalau Kak Bima jadi investor besar, apa kita bisa makan pizza ini setiap hari?”
Tawa Risa dan Bima pecah bersamaan. Bima mengacak rambut adiknya.
“Kita tidak hanya akan makan pizza, Dinda,” kata Bima. “Kita akan memastikan bahwa setiap sen yang kita gunakan hari ini, adalah investasi kecil untuk pertumbuhan modal yang jauh lebih besar besok.”
Rencana Jembatan Sosial Bima telah berhasil, mengubah makan malam sederhana menjadi pertemuan strategi untuk ekspansi bisnis berikutnya. Target modal Rp 250.000.000 kini hanya berjarak satu acara gala.