Dijodohkan secara mendadak oleh sang paman, membuat Iswa Putri Sakinah harus menerima kenyataan menikah di usia yang sangat muda, yakni 19 tahun, terpaksa ia menerima perjodohan ini karena sang paman tak tega melihat Iswa hidup sendiri, sedangkan istri sang paman tak mau merawat Iswa setelah kedua orang tua gadis itu meninggal karena kecelakaan.
Aku gak mau menikah dengan gadis itu, Pa. Aku sudah punya pacar, tolak Sakti anak sulung Pak Yasha, teman paman Iswa.
Aku mau menikah dengan gadis itu asalkan siri, si bungsu terpaksa menerima perjodohan ini.
Apakah perjodohan ini berakhir bahagia bagi Iswa?
Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MATA-MATA
Weekend ini, Iswa akan melakukan refreshing dengan orang klinik. Perkembangan anak didik yanh berjalan hampir dua bulan ini menunjukkan hasil yang positif. Para orang tua puas dengan kinerja klinik ini, sehingga anak yang menjadi korban bullying mulai menampakkan peningkatan rasa percaya diri. Sedangkan pelaku pembully sudah bisa mengalihkan kelebihan energinya pada hal-hal positif seperti membuat karya berbekal skill IT yang mereka miliki. Bahkan ada yang sudah berhasil menjual karya poster tentang bullying kepada sebuah lembaga pemerintah daerah. Meski begitu pendampingan pada psikis mereka terus dipantau dan diterapi.
Rombongan klinik sudah naik bus menuju area camping dan outbound. Iswa duduk bersama Mbak Julia, mereka siap bersenang-senang bersama.
"Wa, kamu dekat dengan Mustika?" tanya Mbak Julia tiba-tiba saat keduanya menikmati buah potong yang dibawa Iswa, pepaya dan semangka.
"Mustika anak bendahara ya Mbak?" tanya Iswa yang merasa akhir-akhir ini sering sekali ditatap aneh oleh gadis itu. Mbak Julia mengangguk, Julia sendiri pernah memergoki Mustika memotret Iswa, terutama kalau berdekatan dengan Al.
"Apa mungkin dia naksir sama Al ya? Makanya agak aneh sama kamu."
"Saya gak ada hubungan apa-apa sama Al, Mbak. Kita cuma teman."
"Paham, tapi orang lain enggak kan. Apalagi Bu Calista kelihatan ramah banget sama kamu, tahu sendiri lah Bu Calista tidak mudah berbaur dengan karyawan lain. Bahkan sama Mustika saja enggak ramah kok."
"Iya kah?" tanya Iswa memastikan, ternyata Calista dan Al hampir mirip sifatnya, tak mudah bergaul. Namun Iswa tak merasa ada masalah dengan Mustika.
Rombongan tiba setelah satu jam perjalanan. Mereka sudah disambut oleh tim outbound yang sudah disewa oleh Calista. Gathering sepertinya ini memang sering dilakukan di klinik Calista, agar pegawainya tidak spaneng saat bekerja. Perlu ada penyegaran kepada pegawai agar energi positif selalu hadir saat bekerja.
Berbagai permainan tim maupun individu dilakukan dengan ceria, tak ada tuh mengeluh seperti saat di kantor, hanya teriakan bahagia. Apalagi saat melakukan flying fox, semua antri demi mencoba wahana yang memacu adrenalin itu. Selain outbound, mereka juga mampir ke jungle buatan, namun ada hewan buas asli. Bahkan Al sengaja mengagetkan Iswa saat mereka berjalan di area hewan melata, ada ular sanca yang besar sekali di pohon, membuat Iswa geli setengah mati.
"Ular, Wa!" goda Al dan membuat Iswa berteriak geli, kemudian memukul pundak Al, rekan lain ikut tertawa melihat keusilan Al, sedangkan Iswa kesal setengah mati, hendak memukul Al lagi, namun tangannya dicekal. Interaksi dan tawa mereka tertangkap kamera Mustika.
Kaisar kembali mendapat foto Iswa dan Al lagi, ingin rasanya mengabaikan namun Kai juga penasaran dengan kegiatan Iswa yang tak diceritakan. Harusnya Kaisar kalau sudah percaya dengan Iswa segera menghentikan Adel untuk mengirimi foto Iswa dong, tapi dia tak mengambil sikap tegas, dan membiarkan Adel mengirim foto Iswa terus, dan kebanyakan saat Iswa bersama Al.
Awalnya Kaisar tak terpengaruh dengan foto itu, namun lama kelamaan ingin bertanya langsung pada Iswa apalagi saat Al sudah potong rambut, dan bersama teman kelas lainnya di taman fakultas, mereka berdelapan, ada laki-laki dan perempuan, mungkin mereka sedang kerja kelompok. Tapi Kaisar tak suka karena Iswa duduk dekat Al kembali, terlebih saat Al memainkan gitar, lelaki itu menyanyi Secangkir Madu Merah, suaranya yang serak dan berat membuat teman-temannya kaget setengah mati.
"Ini mah versi rocker," ujar salah satu teman cewek Iswa. Sedangkan Iswa sendiri berkomentar.
"Sumpah suara lo keren banget, Al!" ucap Iswa.
Entah bagaimana caranya Adel mendapat foto dan video Iswa, apa mungkin ada mata-mata di klinik maupun kampus, sehingga dokumentasi Iswa begitu lengkap dikirim oleh Adel.
Hanya saja Kaisar tak menanggapi Adel, ia hanya melihat tanpa berkomentar. Sedangkan hatinya bergemuruh saat video call dengan Iswa, ingin bertanya tapi khawatir mereka bertengkar. Sejauh ini Iswa memang jujur tentang kegiatannya, namun Kaisar juga maklum kalau ceritanya tak detail, apalagi memuji suara Al keren, Kaisar pikir asal ceplos, toh ia juga pernah menjadi mahasiswa, tahu lah bagaimana randomnya saat mengerjakan tugas kelompok.
Masalah mulai muncul saat Mustika kepergok memotret Al dan Iswa saat keduanya berdiskusi di ruang meeting. Saat itu Iswa duduk di depannya ada laptop, dan Al berada di dekat Iswa sembari membungkuk, sepertinya mereka sedang fokus pada suatu pekerjaan di laptop Iswa. Saat Mustika memotret dan mengirimkan foto itu ke seseorang tertangkap oleh Calista.
Mustika dipanggil oleh Calista ke ruangannya, "Ngapain kamu foto mereka?" tanya Calista sembari mengadahkan tangan meminta ponsel Mustika. Namun gadis itu menolak untuk menyerahkan ponselnya karena ponsel termasuk privasi. "Saya tidak akan mengusik privasi kamu kalau kamu tidak menganggu privasi adik saya. Ingat Al itu adik saya. Sebagai kakak saya wajib melindungi dia. Sekarang kamu mau diselesaikan baik-baik dengan saya atau saya pecat kamu. Kita bekerja di layanan jasa, attitude kita harus dijaga, terutama soal privasi. Bagaimana saya bisa percaya sama kamu kalau kamu dengan seenaknya memotret orang tanpa izin dan menyebarkannya. Kalau ada yang tahu kelakuan kamu dan menyangkut pautkan dengan klinik tempat kamu bekerja, jelas saya juga kena!" omel Calista tak main-main, sebagai psikater profesional jelas dia punya kode etik soal pengambilan gambar dan atas persetujuan kedua belah pihak, tapi Mustika.
"Saya rela dipecat, Bu!"
"Oke, asalkan foto Al kamu hapus di depan mata saya!" Calista tegas tak mau ada kecurangan apapun saat mereka bekerja di lembaganya. Mustika bingung. Tangannya gemetar saat menunjukkan galerinya. Calista dibuat melongo banyak foto Iswa dan Al dalam ponsel Mustika.
"Jujur kamu melakukan ini semua demi siapa?" tanya Calista dengan menurunkan ego agar dalang di balik pemotretan ini terungkap.
"Saya dibayar oleh seseorang, Bu. Untuk memata-matai Iswa."
Calista langsung lemas seketika mendengar pengakuan Mustika. Dirinya jadi takut pada Mustika atau karyawan lain, jangan-jangan ada oknum pesaing atau musuh Calista yang menjadi mata-mata di klinik ini, memang kasus Iswa ini tidak melibatkan klien dan kredibilitas klinik, bisa jadi mata-mata untuk urusan lain juga ada, tapi belum ketahuan saja.
Mustika dipaksa untuk mengaku, dan dia dibayar oleh seseorang bernama Adel yang mengaku pacarnya direbut oleh Iswa. Calista pun memanggil Iswa dan Al. Ia menceritakan tentang tingkah laku Mustika, Al langsung mendelik, begitu juga Iswa.
Setelah tahu siapa dalangnya, Iswa langsung tertuju pada Kaisar. Gak mungkin Adel menyuruh Mustika tanpa ada hubungannya dengan Kaisar. Malam itu, Iswa langsung video call Kaisar.
"Sejak kapan kamu berhubungan lagi dengan Adel?" tanya Iswa saat panggilan video diangkat oleh Kaisar, tanpa salam dan tanpa sapaan lembut seperti biasanya.
bang sat ( satya ) , bang kai ( kaisar )
kaya sebatas alasan doang ga ada artinya deh,,cihhhh kasah dari mana ucapan bo doh ,itu pun nyata ko marah