NovelToon NovelToon
Pemain Terahir DiGame Sampah Mendapatkan Class Dewa!

Pemain Terahir DiGame Sampah Mendapatkan Class Dewa!

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nocturnalz

Di dunia yang dipenuhi oleh para gamer kompetitif, Kenji adalah sebuah anomali. Ia memiliki satu prinsip mutlak: setiap game yang ia mulai, harus ia selesaikan, tidak peduli seberapa "ampas" game tersebut. Prinsip inilah yang membuatnya menjadi satu-satunya pemain aktif di "Realms of Oblivion", sebuah MMORPG yang telah lama ditinggalkan oleh semua orang karena bug, ketidakseimbangan, dan konten yang monoton. Selama lima tahun, ia mendedikasikan dirinya untuk menaklukkan dunia digital yang gagal itu, mempelajari setiap glitch, setiap rahasia tersembunyi, dan setiap kelemahan musuh yang ada.
Pada sebuah malam di tahun 2027, di dalam apartemennya di kota metropolitan Zenith yang gemerlap, Kenji akhirnya berhasil mengalahkan bos terakhir. Namun, alih-alih layar ending credit yang ia harapkan, s

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturnalz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23: Penjaga yang Hening

Kami mendarat di lantai dua yang remang-remang, bau jamur dan pembusukan yang pekat langsung menyerang indra kami. Di depan kami, di ruang rekreasi yang perabotannya telah hancur, tiga [Mayat Kembung] berbalik serempak. Gerakan mereka lambat, terseret-seret, tetapi tatapan kosong mereka dan tubuh bengkak mereka yang berdenyut-denyut membuat bulu kudukku berdiri.

"Mulai!" bisikku, dan pertempuran untuk merebut rumah baru kami pun dimulai.

Ini adalah pertarungan yang membutuhkan kesabaran dan presisi, bukan kekuatan mentah. Aku maju lebih dulu, kapak besiku di tangan. Gada Ogre-ku tidak akan berguna di sini. Tugasku adalah menjadi dinding—dinding yang memisahkan monster-monster menjijikkan ini dari Anya. Aku menangkis lengan membengkak yang mengayun ke arahku, kapakku hanya meninggalkan luka dangkal di daging yang seperti spons itu.

Saat aku menahan perhatian ketiga monster itu, Anya menjadi bayangan yang mematikan. Ia melesat dari sisiku, [Moonfang Dagger]-nya berkilauan di bawah cahaya redup. Ia tidak menyerang tubuh mereka yang tebal, melainkan mengincar kaki mereka. Dengan serangkaian tebasan cepat dan akurat, ia merobek tendon-tendon yang membusuk, membuat gerakan para mayat itu semakin lambat dan kikuk.

"Yang pertama hampir jatuh!" teriaknya, setelah memfokuskan serangannya pada satu target.

Aku melihat bar HP monster itu sudah kritis. "Mundur, Anya! Cepat!"

Anya langsung melesat mundur ke ujung ruangan. Aku mengambil kesempatan, mengayunkan kapakku dengan sekuat tenaga dan memenggal kepala mayat itu. Kepalanya jatuh dengan bunyi basah, tetapi tubuhnya tetap berdiri selama sesaat, membengkak dengan cepat seperti balon.

PFFFSSSHHH!

Tubuh itu meledak, menyebarkan awan spora hijau kekuningan yang tebal. Aku melompat mundur, tetapi ujung awan itu masih sempat menyapuku.

[Anda telah terinfeksi oleh 'Spora Korosif'!]

[AGI -20%. Anda menerima 5 kerusakan per detik selama 10 detik.]

Sensasi terbakar dan kaku langsung menjalar di tubuhku. Gerakanku menjadi lebih lambat. Sialan. Debuff ini sangat mengganggu.

Kami belajar dari pengalaman. Untuk dua mayat berikutnya, strategi kami lebih halus. Aku memancing mereka ke dalam sebuah kamar tidur kecil, membatasi ruang gerak mereka. Anya melumpuhkan kaki mereka dari ambang pintu. Saat HP mereka rendah, kami berdua mundur keluar dan aku melemparkan kapak cadanganku untuk memberikan pukulan terakhir dari jarak yang aman. Awan spora meledak di dalam ruangan yang sempit, membuat kami tetap aman.

Kami menghabiskan satu jam berikutnya dengan metode yang lambat namun aman ini, membersihkan seluruh lantai dua, kamar demi kamar. Ini adalah pekerjaan yang melelahkan dan kotor, tetapi saat kami akhirnya berdiri di koridor yang sunyi, kami tahu setengah dari benteng ini telah menjadi milik kami.

Tangga utama menuju lantai dasar tampak seperti pintu masuk ke neraka. Bau busuk dari bawah jauh lebih kuat, dan suara seretan yang basah terdengar dari banyak arah.

"Mereka jauh lebih banyak di bawah," bisik Anya, telinganya merapat ke kepalanya.

Aku mengintip dari atas tangga. Garasi utama, tempat truk-truk pemadam kebakaran dulu parkir, kini menjadi pusat infestasi. Setidaknya ada enam atau tujuh [Mayat Kembung] yang berkeliaran tanpa tujuan. Dan di tengah-tengah mereka, ada satu yang berbeda. Jauh lebih besar, tubuhnya lebih merupakan gumpalan jamur raksasa yang berbentuk humanoid daripada mayat.

[Abominasi Jamur - Level 10]. Itu pasti sumber dari wabah ini.

Melawan mereka semua secara langsung di ruang terbuka itu adalah bunuh diri. Ledakan spora dari begitu banyak monster akan mengubah seluruh lantai dasar menjadi zona kematian beracun.

"Kita butuh keuntungan lain," gumamku, pikiranku berpacu. Aku memindai sekeliling lantai dua, mencari sesuatu—apa pun—yang bisa kami gunakan. Mataku lalu tertuju pada sebuah tiang kuningan yang membentang dari lantai dua ke tengah-tengah garasi di bawah. Tiang luncur pemadam kebakaran.

Dan di sebelahnya, ada sebuah ruangan dengan plakat bertuliskan 'Kantor Kepala Stasiun'.

Saat itulah sebuah ingatan samar dari lore game muncul ke permukaan, kini diperjelas oleh [Ingatan Sempurna]-ku. Sesuatu tentang stasiun pemadam kebakaran di Zenith yang dilengkapi dengan sistem darurat eksperimental.

Kami mendobrak pintu kantor itu. Di dalamnya, di antara meja yang berdebu dan piala-piala yang ternoda, ada sebuah panel kontrol besar di dinding. Sebagian besar tombolnya mati, tetapi satu tuas darurat besar berwarna merah berada di tengah, dengan tulisan yang nyaris tak terbaca: [SISTEM PEMURNIAN KRIOGENIK - AKTIVASI MANUAL].

Ini dia. Senjata pamungkas kami.

"Ryo!" teriakku melalui jendela yang pecah. "Dengar! Ada tuas darurat di sini! Apakah generator utama gedung ini menunjukkan tanda-tanda kehidupan?"

"Negatif!" balas Ryo dari bawah. "Listriknya mati total!"

Tentu saja. Tuas manual ini pasti membutuhkan kekuatan fisik yang luar biasa untuk diaktifkan. Aku mencengkeram tuas itu dan menariknya dengan seluruh kekuatanku. Benda itu nyaris tidak bergerak, hanya bergeser beberapa milimeter dengan suara erangan logam yang menyakitkan. Bahkan dengan STR-ku yang tinggi, ini hampir mustahil.

"Biar aku bantu!" kata Anya sambil ikut memegang tuas itu.

Kami berdua menarik bersamaan. Tuas itu bergeser sedikit lagi, tapi kemudian berhenti total, seolah-olah mekanisme di dalamnya telah berkarat selama bertahun-tahun. Kami tidak akan bisa melakukannya. Rasa putus asa mulai merayapiku. Apakah kami harus meninggalkan benteng impian kami ini?

Saat itulah, sebuah suara yang lembut dan merdu terdengar dari belakang kami, begitu jernih dan tenang hingga terasa sama sekali tidak pada tempatnya di dunia yang hancur ini.

"Mungkin... aku bisa membantu."

Aku dan Anya berbalik secepat kilat, senjata kami terangkat. Berdiri di ambang pintu kantor yang telah kami dobrak, adalah seorang wanita. Seorang gadis Elf.

Dia tinggi dan anggun, dengan rambut perak panjang yang berkilauan bahkan di dalam cahaya yang remang-remang. Matanya berwarna biru langit, memancarkan ketenangan dan kebijaksanaan yang kuno. Ia mengenakan jubah putih bersih yang dihiasi dengan sulaman perak, pakaian yang seharusnya ada di istana raja, bukan di stasiun pemadam kebakaran yang membusuk. Tidak ada setitik pun kotoran atau noda darah padanya. Ia tampak... tak tersentuh oleh kiamat ini.

Bagaimana ia bisa sampai di sini tanpa kami dengar? Bahkan [Indra Tajam] Anya tidak mendeteksinya.

[Mata Sang Penamat]-ku langsung bekerja, dan informasi yang kuterima membuatku lebih terkejut lagi.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Nama: Elara

Ras: Elf

Level: 9

Class: Chanter

HP: 400/400 MP: 800/800

Status: Tenang, Mengamati.

Catatan Analisis: Terikat oleh sebuah sumpah kuno. Memiliki kemampuan untuk menyembunyikan kehadirannya dari deteksi biasa.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Level 9. Sama sepertiku. Dan Class-nya... Chanter. Sebuah class buffer dan support murni yang sangat langka, bahkan di dalam game. Terikat oleh sumpah kuno? Apa artinya itu?

"Siapa kau?" tanyaku, kapakku masih terangkat, meskipun aku tidak merasakan niat jahat darinya.

Gadis Elf itu, Elara, sedikit memiringkan kepalanya. "Aku adalah penjaga tempat ini," jawabnya dengan suara yang seperti alunan musik. "Aku telah mengamati kalian sejak kalian tiba. Taktik kalian efisien. Kerja sama kalian menunjukkan potensi. Kalian tidak menghancurkan tempat ini dengan membabi buta. Kalian membersihkannya."

Ia melirik ke arah tuas besar yang sedang kami perjuangkan. "Kalian ingin mengaktifkan sistem pemurnian. Kekuatan fisik kalian tidak cukup. Tapi sihirku bisa memperkuat kalian."

Aku menatapnya dengan curiga, tetapi aku juga seorang pragmatis. Ini adalah jalan keluar kami. Kesempatan terbaik kami.

"Apa yang kau inginkan sebagai imbalan?" tanyaku.

"Menyelesaikan tugasku," jawabnya dengan senyum tipis. "Sumpahku adalah untuk menjaga arsip di tempat ini tetap murni. Infestasi ini telah mengotorinya. Dengan membersihkannya, kalian telah membantuku. Biarkan aku membantu kalian menyelesaikan pekerjaan ini."

Aku menatap Anya, yang tampak sama bingungnya denganku. Tapi kami tidak punya banyak waktu. Di bawah, para Mayat Kembung mulai bergerak menuju tangga, tertarik oleh suara kami.

"Baiklah," kataku. "Lakukan."

Elara mengangguk. Ia mengangkat tangannya yang pucat dan mulai bernyanyi. Itu bukan nyanyian dengan kata-kata yang bisa kumengerti, melainkan alunan melodi kuno yang bergetar dengan kekuatan. Rune-rune berwarna emas mulai terbentuk di udara di sekelilingku, berputar-putar sebelum akhirnya meresap ke dalam otot-ototku.

Sebuah notifikasi muncul di hadapanku.

[Anda telah diberkati oleh [Nyanyian Titan]!]

[STR +30 selama 2 menit.]

Kekuatan yang luar biasa membanjiri tubuhku. Aku merasa bisa merobohkan dinding dengan tangan kosong.

"Sekarang!" kata Elara.

Aku mencengkeram tuas itu lagi. Kali ini, saat aku menariknya, rasanya sangat berbeda. Logam yang tadinya terasa menyatu dengan dinding kini bergerak. Dengan geraman yang kuat, aku menarik tuas itu ke bawah dengan satu gerakan yang mantap. Terdengar bunyi 'KLANK!' yang memuaskan saat tuas itu terkunci di posisinya.

Di bawah kami, di lantai dasar, suara desisan yang keras terdengar. Ventilasi di langit-langit garasi terbuka, dan kabut putih yang tebal mulai menyembur keluar, memenuhi seluruh ruangan. Nitrogen cair.

Para Mayat Kembung dan Abominasi Jamur berhenti bergerak. Mereka menatap ke atas dengan kebingungan sesaat sebelum kabut beku itu menyelimuti mereka. Dalam hitungan detik, seluruh pasukan mayat hidup itu membeku menjadi patung-patung es yang mengerikan. Lapisan jamur di tubuh mereka retak dan hancur. Suara seretan dan erangan mereka lenyap, digantikan oleh keheningan yang dingin dan absolut.

Ancaman itu... telah dilenyapkan sepenuhnya. Tanpa pertarungan langsung.

Kami bertiga—aku, Anya, dan Ryo yang baru saja naik untuk melihat apa yang terjadi—menatap pemandangan di bawah dengan mulut ternganga. Lalu kami menoleh pada Elara, yang berdiri dengan tenang seolah-olah ia baru saja merapikan tempat tidur.

"Sumpahku... telah terpenuhi," katanya pelan, sebuah ekspresi yang aneh melintas di wajahnya—campuran antara kelegaan dan kehilangan. "Tempat ini telah dimurnikan. Aku... bebas."

"Bebas?" tanyaku. "Apa maksudmu? Siapa kau sebenarnya?"

Elara menatap kami, matanya yang biru tampak melihat jauh ke dalam diri kami. "Aku adalah Elara, yang terakhir dari para Penjaga Arsip Zenith. Keluargaku telah bersumpah untuk melindungi pengetahuan yang tersembunyi di bawah stasiun ini sejak sebelum kota ini dibangun. Aku terikat di sini oleh sumpah itu, tidak bisa pergi jauh."

Ia berhenti sejenak. "Kalian telah membersihkan ancaman terakhir terhadap arsip ini. Tugasku sudah selesai. Dan sekarang... aku mendapati diriku tanpa tujuan di dunia yang tidak lagi kukenali."

Ia menatapku langsung, sebuah permohonan yang halus di matanya. "Kau memiliki pengetahuan yang aneh, 'K'. Kau bergerak dengan tujuan di dunia yang kacau ini. Mungkin... jalan kita dimaksudkan untuk bertemu untuk sementara waktu. Izinkan aku untuk bepergian bersamamu. Sebagai imbalan atas tempat di party-mu, aku akan menawarkan kemampuanku."

Tawaran itu menggantung di udara. Seorang buffer Level 9 yang kuat dan misterius, menawarkan diri untuk bergabung dengan kami. Ini adalah hadiah yang jauh lebih besar daripada dungeon mana pun.

Aku menatap Anya dan Ryo. Mereka mengangguk, menyerahkan keputusan padaku. Jawabannya sudah jelas.

"Selamat datang di tim, Elara."

1
Babymouse M
Uppppp🔥
Mamimi Samejima
Gak pernah kepikiran plot twist-nya seunik ini! 🤯
Shishio Makoto
Cepat update, jangan biarkan kami menunggu terlalu lama!
Nocturnalz: terimakasih dukungannya, saya usahakan untuk update secepatnya
🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!