NovelToon NovelToon
Anjani Istri Yang Diremehkan

Anjani Istri Yang Diremehkan

Status: tamat
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Tamat
Popularitas:684.7k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Uang miliaran di rekening. Tanah luas. Tiga ratus pintu kontrakan.

Anjani punya segalanya—kecuali harga diri di mata suaminya dan keluarganya.

Hari ulang tahunnya dilupakan. Status WhatsApp menyakitkan menyambutnya: suaminya disuapi wanita lain. Dan adik iparnya dengan bangga menyebut perempuan itu "calon kakak ipar".

Cukup.

"Aku akan tunjukkan siapa aku sebenarnya. Bukan demi mereka. Tapi demi harga diriku sendiri."

Dan saat semua rahasia terbongkar, siapa yang akan menyesal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 9

Dengan uring-uringan, akhirnya Mirna menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Wajahnya masam, dan tentu saja yang jadi sasaran omelannya adalah Nina dan Nani.

"Ih, ibu balik lagi ke mode galak. Kayaknya stok amunisi dari Bang Riki udah habis," sindir Nina sambil nyengir.

"Tau! Jadi pengen kabur deh dari rumah," sahut Nani.

"Sabar, sabar. Nanti kalau Bang Riki nikah sama Mbak Lusi, kita bisa porotin dia. Kan kita yang bantu hubungan mereka," lanjut Nina sambil tertawa kecil.

Menjelang maghrib, Adi pulang dengan wajah letih. Begitu masuk rumah, ia langsung berseru, "Bu, tolong buatkan aku kopi, ya."

Tak lama kemudian, Mirna datang membawa secangkir kopi. Adi menyeruputnya, lalu mengernyit.

"Kenapa manis banget gini, Bu?"

"Manis gimana sih, Pak? Sama-sama pakai gula kok," jawab Mirna dengan nada kesal.

"Ini bukan gula rendah kalori, ya?"

"Alah, Bapak ini sok-sokan banget! Gula rendah kalori itu mahal, Pak. Udah, gula biasa aja cukup."

"Ya nanti gula darah Bapak naik lagi, Bu."

"Gula rendah kalori mahal, Pak” Keluh mirna

.”Dulu waktu Anjani pegang uang bisa beli gula rendah kalori, kenapa waktu dupegang ibu jadi ga bisa beli bu” ucap adi “ jangan boroskan yang riki bu, kasihan dia kerja keras uangnya ibu hambur-hamburkan”.

Brak!Tangan Mirna menghantam meja.

"Ngomong kamu enak banget, Pak! Dari pagi aku nyapu, nyuci, masak, ngatur keuangan yang pas-pasan, enggak ada sisa sedikit pun! Sekarang dibilang boros? Kalau mau makan enak dan sehat, ya bantu uang dapur dong! Heran deh, katanya bisnis dari pagi sampai sore, tapi hasilnya enggak kelihatan. Daripada keluyuran, mending bantuin ibu di rumah. Si Nina sama Nani juga kerjanya cuma nambah capek!"

Adi terdiam. Menyesal sudah komentar soal kopi.

"Ya, dia kembali ke Mirna enam bulan yang lalu. Aku ngomong satu kata, dia jawab seratus kata,"pikir Adi, entah mendengarkan atau tidak.

Dan satu hal yang pasti—kepergian Anjani baru tiga hari saja, sudah cukup membuat rumah ini kembali seperti dulu: penuh omelan, tegang, dan berisik.

...

Riki beberapa kali melirik ponselnya, gelisah. Tangannya menggenggam erat setir mobil, matanya sesekali melirik ke notifikasi yang tak kunjung muncul.

"Ke mana Anjani? Biasanya jam segini dia udah nanyain aku pulang jam berapa..." gumamnya pelan sambil tetap fokus pada jalanan yang mulai padat.

Ada yang terasa kosong. Biasanya, pagi, siang, dan sore, Anjani akan menghubunginya. Entah menanyakan kabar, mengingatkan makan, atau sekadar mengirim stiker lucu. Meskipun akhir-akhir ini, pesan-pesan itu lebih sering ia abaikan.

"Anjani... aku sebenarnya masih sangat mencintaimu. Tapi ibu benar, katanya istri yang enggak punya gelar atau pekerjaan bisa bikin malu di depan rekan-rekan kerja. Harusnya kamu terima saja saran dari Bapak. Kan kamu tetap bisa nerima nafkah dari aku..." pikir Riki, berusaha meyakinkan diri sendiri.

“Lusi itu tipe istri yang pas buat aku ajak ke mana-mana. Kariernya bagus, gaya bicaranya pintar. Tapi... aku juga butuh istri yang bisa nenangin hati kayak kamu, Anjani...” batinnya beradu, di antara logika dan perasaan.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Lusi muncul di layar.

"Ki, kamu di mana?" suara Lusi terdengar terburu-buru.

"Aku di jalan, mau pulang," jawab Riki singkat.

"Ki, bisa tolong aku enggak? ATM-ku bermasalah. Aku lagi belanja, ini udah di kasir tapi kartuku enggak bisa dipakai."

"Loh, bukannya kemarin udah diperbaiki?"

"Enggak tahu, rusak lagi. Tolong ya, Ki."

Riki menghela napas berat. "Iya, aku ke sana."

Sambil membelokkan mobil, Riki menggerutu, "Baru seminggu kenal, udah keluar uang banyak buat Lusi. Beli baju aja dua juta se-stel. Enggak kayak Anjani… dikasih berapa pun, selalu disyukuri."

Lalu ia teringat sesuatu. “Terakhir aku beliin Anjani cincin dua gram waktu ulang tahunnya…” Matanya membelalak.

"Gila... gimana aku bisa lupa? Ulang tahun Anjani kan barengan sama Lusi... Astaga, pantas dia marah. Aku benar-benar keterlaluan."

Ia menggigit bibir. “Harusnya aku cari Anjani sekarang…”

Tapi pikirannya terhenti. "Kalau Lusi ngadu ke Ibu, habislah aku. Ibu pasti marah besar."

Dan seperti biasanya, Riki kembali membuat pilihan.

Ia berbelok ke arah tempat Lusi berada. Lagi-lagi, ia memilih wanita lain—dan mengabaikan istrinya sendiri

Riki memarkir mobilnya tepat di depan butik mewah tempat Lusi menunggu. Dari balik kaca, ia melihat wanita itu berdiri dengan anggun, mengenakan blouse merah yang membentuk siluet tubuhnya sempurna. Rambut panjangnya tergerai rapi, dan di tangannya menggantung dua kantong belanja berisi pakaian baru.

“Ki!” Lusi melambai ceria saat Riki melangkah masuk.

“Maaf lama,” ucap Riki seraya buru-buru mengeluarkan kartu ATM-nya ke kasir.

Lusi tersenyum manja. “Kalau kamu yang bayarin, aku sih enggak masalah,” godanya.

Tanpa banyak bicara, Riki membayar belanjaan yang hampir mencapai tiga juta rupiah. Begitu selesai, Lusi langsung menggamit lengan Riki erat-erat.

“Makan yuk? Aku belum makan dari siang tadi,” ucapnya sambil memeluk lengan Riki.

Riki sempat ragu. Tapi melihat wajah Lusi yang tampak penuh harap, ia akhirnya mengangguk. “Oke, tapi sebentar aja. Aku harus pulang.”

Mereka menuju restoran Italia di lantai atas mal. Suasana di sana temaram, hanya diterangi cahaya lilin dan lampu gantung klasik. Aroma pasta dan keju memenuhi udara.

Sepanjang makan malam, Lusi terus bercerita tentang apartemen temannya, tentang rencana liburan, dan sesekali menggoda Riki dengan candaan kecil. Namun di balik senyum Riki, hatinya tidak tenang. Ada bayangan wajah Anjani yang terus muncul.

“Ki, kamu setuju kan dengan perjodohan kita?” tanya Lusi tiba-tiba.

Riki terdiam sejenak, lalu menarik napas panjang. “Lusi, kamu yakin mau menikah denganku?”

“Aku yakin. Aku mencintai kamu sejak dulu,” jawab Lusi mantap.

“Tapi aku sudah punya istri. Kamu yakin bisa menerima itu?”

Lusi tertawa pelan. “Itu bukan masalah buatku. Lelaki sukses seperti kamu wajar punya istri lebih dari satu.”

“Kalau aku punya tiga istri?”

“Asal kamu adil, aku siap,” jawab Lusi, meski matanya sempat berkedip gugup.

Riki menatapnya lekat. Ia bisa membaca kebohongan kecil di wajah Lusi, tapi memilih diam.

“Aku serius sama kamu. Tapi kamu harus tahu, aku enggak bisa melepaskan Anjani,” ucap Riki perlahan.

Di bawah meja, tangan Lusi mengepal. Tapi wajahnya tetap tenang.

“Ya, itu bukan urusanku. Yang penting aku siap jadi istrimu.”

“Iya... dia memang belum sebijak kamu,” balas Riki, mencoba membenarkan keputusannya.

Tatapan mereka bertemu. Lusi meraih tengkuk Riki dan mengecup bibirnya. Ciuman itu semakin dalam. Riki membalas, tubuh mereka mendekat, dan tangan Lusi mulai menjelajahi dada Riki.

Namun di kejauhan, dari balik kaca restoran, seorang pria bertudung hitam diam-diam mengangkat ponselnya. Klik. Klik.

Beberapa jepretan berhasil ia ambil. Senyum puas terlukis di wajahnya sebelum ia berlalu, menghilang ke kerumunan malam.

Sementara itu, Lusi masih memeluk Riki erat. “Maaf, aku enggak bisa tahan. Aku udah enggak sabar mau jadi istrimu.”

“Sabar, ya... kurang lebih satu bulan lagi. Kita akan menikah,” ucap Riki.

“Thanks, sayang,” bisik Lusi.

“Foto dulu, yuk!” ajaknya.

Mereka berpose mesra, tanpa menyadari bahwa malam itu menyisakan jejak yang tak akan mudah dihapus.

Lusi mengirimkan fotonya bersama Riki ke Nina. Centang biru langsung muncul.

Nina:

Ciee... kakak ipar! Cepetin halalin dong!

Lusi:

Kirim ke grup.

Nina:

Siap, Kapten! Tapi jangan lupa pulsa ya 😜

Lusi:

Deal.

Beberapa menit kemudian, foto itu muncul di grup WhatsApp keluarga besar Riki.

Nina:

Masya Allah... abang Riki makin cocok sama Kak Lusi. Gimana, Bu? Siap-siap lamaran nih! 💍

Mirna:

Alhamdulillah. Beda auranya! Ini baru calon menantu idaman.

Nani:

Setuju! Lusi tuh elegan dan paham gaya hidup.

Adi:

Kalau sudah cocok, ya lanjut aja.

Tak ada yang sadar—satu nama masih ada di grup itu: Anjani.

Ia membaca semuanya. Jemarinya gemetar, tapi wajahnya tenang.

“Terima kasih... sudah membukakan mataku,” bisiknya.

Tanpa suara, ia keluar dari grup.

[Anjani telah keluar dari grup “Keluarga Besar Riki”]

Nani:

Halah, baper. Memang enggak cocok di keluarga ini.

1
Erna Fkpg
emang y kalau udah dr lahir cerdik maka dlm situasi apapun otaknya langsung tercerahkan makanya JD orang sukses kakek pitter
Erna Fkpg
ternyata Anjani turunan orang hebat makanya dia dan abangnya bisa sukses dengan otaknya yang cerdas
Erna Fkpg
duh makin menegangkan
Rehaan Aamir
Naahh Kaann...Satu Lagi Kesalahan Sang Penulis....Pdhl Bpk Nya Lusi Udah Lamaaaaa D Tangkap Polisi Krn Kasus Korupsi...Koq Bisa2 Nya Si Anjani Ngomong Ky Gini....
Bnr2 Keblingeeeeeerrrrr Penulisnya...
Rehaan Aamir
laaahhh...Aneehh...Koq Kasus Nhe Lagi....Kasus Nhe Bukan Nya Udah D Bbrp Bab Terdahulu??Otak Authornya Eroooooorrr Ky Nya Gara2 Jln Crt Nya Muteerrr2 D Situ Mulu....
Rehaan Aamir
Laras itu Siapa Lagi Thoorrrr????Kk Nya Raka Yg D Penjara Bukan Nya Tiara Ya Namanya...Koq Berubah Jd Laras...
Erna Fkpg
makan tu kehancuranmu dan keluarga makanya JD orang jangan sombong apalagi sok suci dengan bawa2 dalil agama
Hesti Yuliana
sangat menarik😍
Azalea New
luar biasa
Andri Haryono
Laras..??. itukan kakaknya Raka... dari awal cerita namanya Tiara. kenapa jadi berubah Laras... bukan Tiara.
Ratu Sanjaya
percaya banget Anjani sama orang baru padahal Jamal udah selametin nyawanya
Rehaan Aamir
Seriuuuuss Loe Thor Ada Parfum Bisa Kecium Cmn Lewat Foto Si Pemakai????Koq Gk Masuk Logika Bngtttt
Alfiah Maseran Raziqhusna
Terima kasih dan tahniah thor, bagus ceritanya....
Ai Diah
betul itu paktanya
Sapna Anah
Anjani kaya pinter TPI bodoh kenapa ga bilang sama hakimnya jadi janda jga ga msalh,,
Mama Gezkara
dasar perempuan gak bener
Mama Gezkara
kenapa jadi Laras..kan Tiara
Zafira
/Angry//Angry//Angry//Kiss//Wilt//Rose/
Afifah Nahda Rafanda
Luar biasa
Putrii Marfuah
realita yg terjadi di negeriku tercinta ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!