Tiara pergi ke kantor catatan sipil menemani bibinya yang akan bercerai dengan suaminya. Siapa sangka seorang pria menarik tangannya dan memperkenalkan dirinya sebagai calon istri pada seorang wanita tua yang berada di sebuah kursi roda.
"Ibu, dia calon istriku. Aku pasti akan menikah lagi, dan memberikan Andrew seorang ibu. Sekarang ibu sudah mau di operasi kan?" tanya pria yang menggenggam erat tangan Tiara.
"Eh, pak ini apa..."
Mata Tiara melebar, pria itu menciumnya. Begitu saja. Lalu berbisik pada Tiara.
"Bekerja samalah dengan ku. Aku akan berikan apapun yang kamu mau!"
"Wah, kalian benar-benar mesra. Baiklah, kalau begitu langsung masuk saja. Ibu baru mau dioperasi kalau kalian sudah dapat sertifikat pernikahan!"
Rahang Tiara nyaris jatuh.
"Me.. menikah? nyonya, aku masih SMA" kata Tiara tergagap.
Pria matang dan dewasa yang menciumnya tadi cukup terkejut.
'Dia masih SMA?' batinnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Tak lama kemudian, tak sampai menunggu kecambah yang ada di atas pot di depan rumahnya itu menjadi tauge. Tiara sudah sampai di depan gang rumahnya. Rumahnya kan memang berada di dalam gang, meski mobil bisa masuk, tapi jangan harap bisa keluar, karena memang tidak ada jalan untuk putar balik. Bahkan mobil ayahnya Tiara, juga diparkir di tempat parkir khusus dimana semua mobil orang-orang yang tinggal di gang itu memang di parkir disana.
Situasi ini bisa terjadi, seiring bertambahnya penduduk di tempat ini. Semakin padat pemukiman, membuat lahan semakin sempit. Ya, seperti itulah.
Dan Tiara pun segera berlari ke arah rumahnya. Parah biru semampai itu menyambutnya. Tiara membukanya tanpa basa-basi, dan segera mengangkat pot bunga pukul empat yang ada di dalam pagarnya.
"Eh..."
Tiara cukup terkejut. Rupanya kuncinya sudah tidak ada. Tiara pun bergegas ke arah pintu utama. Karena memang yang tahu dimana letak kunci pintu itu, hanya dirinya, kedua orang tuanya, kakaknya yang tampan tapi sangat menyebalkan itu. Dan juga bibinya.
"Bibi mungkin sudah pulang" gumamnya sambil membuka pintu.
Ceklek
Rose yang sedang memikat kepalanya, segera menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara pintu terbuka, dan secercah cahaya menyinari wajahnya.
Rose yang tadinya duduk sambil memijat kepala, sesekali memijat kakinya langsung berdiri di ruang tamu dengan ekspresi lelah.
Otaknya masih tertinggal di kantor catatan sipil, tempat Tiara lenyap. Rose sudah menanyai satpam, petugas loket, bahkan pot bunga plastik yang tampak paling mungkin menyimpan rahasia. Tidak ada. Tiara menguap, seolah disedot lubang hitam birokrasii.
Dan sekarang, keponakannya itu ada di hadapannya. Rose membeku. Matanya mengucek dirinya sendiri, memastikan ini bukan efek samping menghirup aroma map arsip terlalu lama.
Rose melihatnya. Tiara berdiri tegak, rapi, hidup, lengkap dengan bayangan di lantai.
Tiara melangkah masuk. Lantai keramik berderak.
"Huh, syukurlah bibi sudah pulang. Aku kira bibi masih ada di kantor catatan sipil?" tanya Tiara yang segera menghampiri bibinya.
Di kepala Rose, logika berlarian tanpa sepatu.
"Haih Tiara, bibi nyaris lapor pak RT, kamu bilang. Kamu darimana? kan bibi sudah bilang, tunggu sebentar, bibi ke toilet sebentar loh Tiara. Tahu-tahu kamu sudah hilang. Bibi panik loh, nih kaki bibi pegel bener bolak-balik nyariin kamu dari lantai tiga ke lantai satu, balik lagi dari lantai satu ke lantai tiga!" keluh Rose.
Tapi sambil mengeluh. Rose berdiri dan memeluk Tiara. Dia merasa sangat lega, Tiara sudah kembali. Dan dalam keadaan utuh. Rose lihat matanya masih dua, tangannya masih dua, kakinya juga masih dua.
Tiara tersenyum. Dia memang sedang diomeli. Tapi dia merasa sangat senang. Bibinya sangat perduli padanya. Tiara memeluk rose.
"Maaf ya bi. Tiara bikin bibi panik!" kata Tiara yang sebenarnya juga merasa cukup bersalah sudah membuat bibinya itu panik.
Rose menghela nafas panjang.
"Ya sudah, kamu sudah makan belum? tadinya bibi tuh mau ajak kamu makan mie ayamnya kohapu, enak banget itu mie ayam. Tapi kamu hilang! eh... telepon ibu kamu dulu, tadi dia buru-buru pulang karena kamu hilang!" kata Rose yang kembali mengambil ponselnya.
Tiara mengangguk, dia memutuskan kembali ke kamarnya. Memakai riasan dan pakaian seperti itu membuatnya sedikit tidak nyaman sebenarnya.
"Mbak..."
[Iya Rose, jangan panik. Ini mbak sama mas mu sudah hampir sampai]
"Mbak, gak usah buru-buru. Balik lagi saja ke toko. Tiara sudah pulang" kata Rose.
[Loh gimana mau balik lagi. Ini tinggal, satu gang lagi sampai di rumah. Syukurlah kalau Tiara sudah pulang. Darimana dia? kamu tanya gak dari mana dia?]
Rose menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
[Ya sudah, ini mbak sudah mau sampai. Nanti biar mbak yang tanya]
**
Di rumah sakit, tadinya Nicholas berada di depan ruangan operasi itu untuk menunggu ibunya. Sedangkan Will, mengurus berkas yang memang sudah ditandatangani Tiara. Juga membeli beberapa hadiah yang akan di bawa ke rumah Tiara.
Namun ketika Will kembali, Tiara tidak ada di ruangannya. Dia segera memeriksa rekaman kamera pengawas di koridor ruangan itu. Dan melihat Tiara memang sudah pergi. Sudah masuk ke dalam lift dan meninggalkan rumah sakit itu dengan sebuah taksi.
Mendapat laporan itu, Nicholas kembali memegang kepalanya.
"Bagaimana kalau ibu sadar dan ibu menanyakannya. Gadis itu nakal sekali!" gerutu Nicholas.
Will sedikit mengangkat alisnya. Bukannya terkesan mengomeli seorang istri sebenarnya yang dia dengar itu. Malah lebih ke seperti mengomel pada anaknya yang nakal.
Lagipula, kenapa menyalahkan Tiara. Suruh siapa Nicholas menyandra ponselnya, kan dia jadi tidak bisa memberi kabar pada bibinya. Dan benar saja, di rumahnya bibinya sudah heboh. Sampai mau lapor polisi dan lapor pak RT, untung Rose tidak kepikiran mau lapor pemadam kebakaran.
"Cari tahu dimana rumahnya. Aku harus cepat selesaikan masalah ini..."
Dan kedatangan seorang pemuda yang terlihat terburu-buru membuat Nicholas tidak melanjutkan ucapannya.
"Bagaimana nenek, Will?" tanya Andrew yang baru datang.
"Nyonya..."
Nicholas mengangkat tangannya. Bisa-bisanya anaknya itu memanggil Will yang jelas-jelas usianya 10 tahun lebih tua darinya dengan hanya panggilan namanya saja.
"Panggil dia, paman!" kata Nicholas.
Ketika Nicholas mengatakan itu, Will malah menyentuh dagunya.
'Hah, apa aku setua itu?' batinnya.
Andrew yang memang selalu berdebat dengan ayahnya mendengus kasar.
"Dia masih bujangan kan? bukan duda tua sepertimu. Berhentilah mengajariku. Memangnya yang kamu lakukan selama ini sudah benar?" tanya Andrew dengan wajah tengil.
Will mulai sedikit mengerutkan alisnya. Sebenarnya pemandangan seperti ini sudah sangat biasa untuknya. Ayah dan anak ini memang tidak akur sama sekali. Sebenarnya tidak akan ada asap kalau tidak ada api. Tapi ceritanya panjang. Sangat panjang sampai butuh durasi mendengarkan lagu Rock with
you sampai selesai, untuk mendengarkan cerita, kenapa Andrew dan ayahnya menjadi cat and dog.
"Tuan muda, ini rumah sakit. Tolong tenang sedikit. Nyonya besar menjalani operasi ketiganya. Kata dokter, jika operasi ini sukses maka nyonya besar akan benar-benar sembuh dari penyakitnya!" jelas Will yang mencoba untuk meredakan perang dingin antara ayah dan anak di depannya itu.
Namun Andrew mengernyitkan keningnya.
"Bukannya nenek bilang tidak mau, dia bilang sebelum duda tua ini menikah dia tidak mau operasi. Jangan-jangan kamu sudah menikah? kamu benar-benar menduakan ibuku, menggantikan tempatnya dengan wanita murahann lain?" Andrew tersebar marah.
Nicholas menghela nafas panjang dan berat. Dia juga tidak ingin menikah. Dia tidak pernah bisa menemukan solusi hubungannya yang buruk dengan Andrew. Tapi bagaimana lagi, dia juga tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.
"Tuan muda, tuan melakukan ini demi nyonya besar..."
"Bulshettt, dia melakukan ini untuk kesenangannya sendiri!" kata Andrew yang memilih menjauh dari Nicholas dan Will..
Pemuda itu duduk di bangku yang cukup jauh dari ruangan itu.
Will mendekati Nicholas.
"Tuan, tuan muda sekarang sudah dewasa. Apa sebaiknya tidak katakan yang sebenarnya?" tanya Will.
Nicholas mengangkat tangannya.
"Tidak perlu Will, setidaknya dia punya kenangan baik tentang mendiang ibunya. Sudahlah, cepat cari alamat gadis nakal itu!"
"Baik tuan"
***
Bersambung...
malu Ama umur pak? tengah jalan di culik anak mu baru tau rasa🫣
kalau tuan nya ditalak 3😜🤣🤣
kira kira Tiara akan nurut gak ya 🤔🤔
jadi gaes,selama masih bisa dengerin Omelan mamah kalian
nikmati aja. percayalah ketika itu sudah ga kedengaran. rasanya malah hampa🥹
tapi ada benernya si
tapi..kalau mau disalahkan,ya bibinya
ngapain anak gadis ditinggalkan sendirian
kangen mamah ku🥹🥹🥹
tapi emang beda sih horang kayah smaa yg kayah" pas dulu cari receh di Singapura laki CEO bininya setara lah pergi cuma pakai sederhana make up pun tipis
pasti klu Andrew tau ya cuman dikit ada perang dunia ke3😃😃
biar seruuu
aku mau tau si Andrew playboy cap Kampak itu Tau mantannya jadi ibu tiri 🤣🤣😜
ug bertanggung jawab,penuh dukungan Ampe kadang rada jorokin.
Ama bau uit lah kyk om nicho🫣😜🤣
kalau mau ngurusin pernikahan Tiara itu gampang tinggal nanti aja setelah Tiara lulus bikin resepsi mewah, kan menantu mu si gapura kabupaten orang kaya tujuh turunan 🤣
bener apa enggak belakang
🤣🤣