Di hari pernikahan nya. Keisya mengetahui jika ia bukan lah Anak Kandung dari Papa dan Mama nya. Hari itu, dunia nya serasa han-cur. Bukan hanya kehilangan orang tua. Calon suami pun membatalkan pernikahan mereka. Dalam sehari, Keisya berubah menjadi asing di mata mereka. Harus kah mereka begitu ke-jam?
Dapat kah Keisya menjalani hari-hari nya seperti biasa?
Temukan jawabannya di novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Sudah dua hari Keisya berada di dalam kamar nya. Ia benar-benar menghindar dari Arjuna. Apa yang dikatakan oleh Ella, membuat nya tak ingin mengganggu hubungan mereka berdua.
Arjuna sudah bersusah payah ingin bertemu. Namun Keisya mengatakan ia ingin beristirahat terlebih dahulu.
"Kei, ini sudah dua hari. Apa kamu masih tidak ingin bertemu dengan Abang? Abang hanya khawatir kamu sa-kit. Kamu belum begitu sembuh."
Pintu terbuka. Keisya berdiri di sana dengan pakaian tidur nya. Selama dua hari ini ia berpikir, harus nya ia tak boleh seperti itu mengabaikan Arjuna.
Arjuna begitu baik karena selama ini sudah banyak membantu nya. Setelah ia berpikir, ia tak kan mengabaikan Arjuna hanya karena perasaan di dalam hati nya.
"Maafkan, Kei. Kei nggak bermaksud seperti itu." Ucap Keisya sambil menunduk.
Arjuna yang melihat pemandangan itu langsung memeluk Keisya erat. Pelukan itu, seperti pelukan saat pertama kali mereka bertemu.
Arjuna benar-benar sangat takut jika Keisya meninggal kan nya lagi nanti.
"Kei, jangan abaikan Abang seperti ini. Abang sudah kehilangan mu selama bertahun-tahun."
"Maafkan, Kei."
"Sudahlah tak perlu di pikirkan. Tentang Ella, ia tak benar-benar serius. Ia hanya bercanda."
"Benar kah?" Binar di wajah Keisya langsung tampak berbeda. Senyum manis di wajah nya membuat Arjuna pun semangat.
"Tentu saja. Abang kan nggak pernah bohong."
"Hmmm,, iya deh. Kei kan nggak tahu. Dan Kei nggak mau jadi penghambat hubungan Abang dan Ella nanti nya."
"Penghambat? Hey, dengan siapapun Abang berhubungan, kamu tetap lah yang paling utama, Kei. Abang tidak mau lagi mendengar kata-kata itu."
Keisya mengangguk. Ia pun membalas pelukan Arjuna. Arjuna akhir nya bisa lega karena Keisya sudah mau bertemu dengan nya.
"Kei lapar."
"Lapar? Kalau begitu, akan Abang ajak kita ke sebuah tempat yang ada di sini. Abang jamin kamu pasti suka."
"Baik. Kei siap-siap dulu."
Setelah selesai, Keisya pun pergi hanya berdua saja dengan Arjuna. Sudah lama Keisya tidak berada di luar.
Selama ini, Arjuna mengurung nya demi memulihkan kondisi kesehatan nya. Dan saat ini, kondisi Keisya sudah baik-baik saja.
Mereka pun tiba di sebuah restauran yang begitu megah. Baru kali ini Keisya bisa makan di tempat seperti itu. Apalagi, mereka adalah satu-satunya pengunjung.
Semenjak menjadi anak di keluarga Atmajaya, jangan kan makan di restauran seperti itu. Bisa makan dengan nyaman saja, Keisya sudah sangat bersyukur.
Keluarga itu benar-benar menyuruh Keisya bekerja siang dan malam tanpa berhenti. Keisya pun tak tahu seperti apa yang nama nya memanjakan diri nya.
Semua yang ia lakukan di perusahaan, hanya untuk keluarga itu. Keluarga yang ia anggap adalah keluarga kandung nya selama ini.
"Enak? Kamu suka?" Tanya Arjuna.
"Kei suka. Semua makanan di sini enak-enak."
"Hmmm,, kalau begitu. Setiap hari kita akan makan di sini."
"Abang, tempat ini begitu mewah dan mahal. Kasihan uang nya Abang habis nanti."
hahahahhaha
Arjuna tertawa ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Keisya. Sungguh ia tak menyangka jika Keisya bisa mengatakan hal itu.
"Kei, mulai hari ini kamu tidak perlu memikirkan tentang uang. Tenang saja. Uang Abang tidak akan pernah habis. Malah, kalau tidak di pakai, uang itu akan hilang."
"Benar kah seperti itu? Kok uang Abang aneh, ya.."
"Ya begitulah. Oh ya, besok Abang ada kejutan untuk mu. Malam nanti, tidak boleh tidur telat. Karena besok, adalah hari yang penting buat mu."
"Kejutan? Kira-kira, apa ya?"
"Ya nama nya aja kejutan. Nggak boleh bilang."
"Uuuh,, Abang curang."
"Curang demi kebaikan."
******
Di kediaman Adiwijaya.
Karla akhirnya pulang ke rumah itu tanpa di jemput. Ia pulang di antarkan oleh kedua orang tua nya.
"Nyonya, Karla sudah sehat. Ia akan tinggal bersama suami nya mulai sekarang. Bukan kah mereka sudah menikah?"
"Hmm, tapi. Mengapa wajah nya begitu pucat? Apa ada masalah dengan kesehatan nya?"
"Tidak, Nyonya. Karla baik-baik saja. Benar kan, sayang?"
"Iya, nek. Karla baik-baik saja. Wajah Karla memang seperti ini. Ini semua akibat semua yang terjadi di masa lalu."
"Baiklah. Tak masalah kalau begitu. Tama sedang berada di kantor nya, kamu bisa langsung masuk ke dalam kamar nya dan membawa barang-barang mu."
"Terima kasih, nek."
Karla dan orang tua nya pun berjalan menuju kamar yang di tunjuk oleh salah satu pelayan. Namun langkah mereka terhenti.
"Mau kemana kalian?" Tanya nenek nya Tama.
"Kami? Mau mengantar kan Karla." Ucap Mama nya Karla.
"Mengantar nya? Dia bukan anak TK yang akan masuk sekolah. Dia menantu di keluarga ini. Apa ia begitu takut untuk tinggal di sini? Jika ia takut, lebih baik bawa saja ia pulang."
"Tidak Nyonya! Kami tidak akan mengantar nya. Kami serahkan semua nya pada Nyonya. Kami permisi pulang dulu kalau begitu."
Orang tua nya Karla pun langsung pulang. Tinggal lah Karla di sana seorang diri. Di rumah utama kediaman Adiwijaya.
Pelayan mengantar kan Karla ke kamar milik Tama. Ia pun merebahkan tubuh lemah nya di sana.
Ia pandangi seluruh ruangan itu. Tak ada satu pun yang aneh sehingga ia melihat sebuah kotak kecil yang ada di atas lemari kecil.
Karla bangun dan membuka kotak itu. sebuah cincin berada di dalam nya. Cincin itu sangat lah indah. Berbeda dengan cincin yang ia pakai.
Karla pun mengambil cincin itu dan memakai nya di jari tangan nya yang lain. Ia tersenyum karena cincin itu begitu cocok di tangan nya.
Bukan itu saja. Ia juga membuka sebuah lemari yang di dalam nya terdapat banyak sekali pakaian mahal.
Pakaian itu bahkan belum di pakai sama sekali karena masih ada label nya. Karla langsung mengambil salah satu nya dan mencoba untuk memakai nya.
Namun, seberat apapun ia mencoba. Pakaian itu tak ada satu pun yang cocok dengan nya. Hingga tiba-tiba, ada salah satu pakaian yang sobek bagian belakang. Dan tepat dengan suara sobekan itu, Tama masuk ke dalam kamar nya.
"Apa yang kau lakukan dengan pakaian itu? Cepat buka!"
"Tama, maaf. Aku tak sengaja. Pakaian ini tak muat di badan ku."
"Tentu saja. Apa kau bo-doh dan tak bisa melihat ukuran pakaian itu? Lihat dengan jelas. Pakaian ini adalah pakaian yang aku pesan khusus untuk Keisya. Bukan untuk maling seperti mu."
"Maling? Aku istri mu, Tama."
"Istri? Atas dasar apa? Keluarga ku memang berhutang budi pada keluarga Atmajaya. Akan tetapi, bukan pada mu. Tapi, pada Keisya."
biyuuhh