Fracture Luigi von Rosario, atau yang lebih dikenal dengan nama Frac, merupakan seorang pemuda yang dibesarkan dalam sebuah keluarga bangsawan pihak ibunya yang keras dan dingin, keluarga Rosario. Di sepanjang hidupnya, Frac merasa ada sesuatu yang salah di dalam dirinya—kekuatan aneh yang muncul saat emosinya sedang tidak stabil, mimpi-mimpi aneh yang terus berulang seperti sebuah memori yang menghantui. Frac akhirnya mengetahui sebuah kebenaran saat dirinya berulang tahun yang ke-21. Karena muak dengan segala konflik di dalam keluarga Rosario dan kebenaran akan dirinya sendiri, Frac melarikan diri dari dunia bangsawan. Dalam pelariannya, dia bertemu dengan seorang wanita Elf, pewaris Hutan Suci Priestess Elsie, Araya Khavira Lizie. Penasaran dengan kisah lengkapnya? Ikuti terus cerita novel Hidden.
Novel ini menciptakan nuansa hangat, konflik dingin antara politik dan keluarga, romansa fantasi menyentuh sekaligus gelap, serta beberapa hal yang tidak cocok untuk anak di bawah umur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon иⱥиⱥツ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(15) - Dua Sisi Koin
Marigold hanya dapat tertawa cemas. Dia tidak tahu apakah ucapan Spirus dapat dipegang atau tidak, yang dia tahu adalah bangsa Iblis tidak boleh dipercaya—walaupun tidak bisa dipukul rata seperti itu.
"Kau tidak percaya?" tanya Spirus. "Aku benar-benar tidak akan melakukan apa-apa, sungguh!" Dia tampak yakin dengan ucapannya. Dia juga menambahkan, "Jika kau ingin aku bersumpah, aku akan melakukannya."
Marigold menggelengkan kepalanya. Dia tidak mengerti kenapa Spirus terkesan seperti orang yang sedang mengungkapkan perasaan—padahal Spirus memang sedang mengungkapkan perasaannya, hanya saja dalam konteks pendekatan yang lebih halus.
"Tidak perlu. Aku hanya sedikit kaget karena kamu bilang kamu adalah keturunan Imperial. Jadi, untuk apa kamu datang ke sini? Kenapa pula kamu bisa tertangkap?"
🎈 🎀 🎈 🎀 🎈 🎀 🎈 🎀 🎈 🎀
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Nila melihat sahabatnya memancarkan aura yang begitu kuat, yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Dia menyadari bahwa ucapan Raya sungguh adanya—bukan hanya tentang dendam dua orang muda yang menanggung darah keluarga mereka, atau pasangan yang sedang dimabuk cinta. Langkah mereka ini adalah langkah yang menentukan apakah mereka akan gagal dan mati, atau justru malah berhasil dan tetap hidup.
Jemari Nila mengetuk penutup cangkir teh. Dia masih menimbang-nimbang permintaan dari Raya. "Bukannya aku tidak mau meminjamkan Kuil Stallion kepada kalian," katanya. "Tapi kamu juga tahu sendiri kalau tempat itu sangat suci, menjadi simbol spiritual Kekaisaran. Aku bahkan harus minta izin kepada Ayahanda jika ingin menggunakannya."
"Kalau begitu umumkan saja," Raya menyeringai. "Umumkan saja kepada dunia bahwa pewaris Hutan Suci Priestess Elsie, satu-satunya pewaris yang hilang, telah kembali. Dengan begitu, mereka tidak akan protes ketika kamu mengizinkanku untuk menggunakan Kuil Stallion."
"Apakah kamu sudah kehilangan akal sehatmu?!" seru Nila. Dia ingin sekali berteriak, tapi dia masih sadar bahwa mereka sedang dalam Perjamuan Pagi. "Jika aku mengumumkan kepada dunia bahwa kamu adalah pewaris tunggal dari Priestess Elsie, itu sama saja mengatakan kepada dunia untuk memburumu."
"Pikirkan hal baiknya," balas Raya dengan nada tenang. "Ketika Kaisar mengetahui bahwa kamu berteman baik dengan pewaris Priestess Elsie, kamu akan dipercaya sepenuhnya. Tapi, konsekuensinya hanya satu, kamu harus naik takhta menjadi Putri Mahkota dan berurusan dengan dunia perpolitikan. Jika kamu ingin dasar fondasi yang kuat, aku dan Fracture bisa memberikannya kepadamu."
"Ehem!" Yurai berdeham keras hingga ruangan itu menjadi hening. "Aku sudah selesai. Aku pamit lebih dulu. Selamat pagi." Dia langsung pergi setelah berpamitan singkat dengan orang-orang.
Raya dan Nila saling bertatapan. Mereka tahu apa artinya itu: Mereka berdua disuruh mengikuti Yurai dan membahas hal personal di tempat lain. Nila langsung berdiri dan menghela napas. "Aku juga sudah selesai. Kalian, lanjutkanlah. Aku masih memiliki beberapa urusan untuk dilakukan. Dan, Araya, ikut aku." Lalu, dia berjalan meninggalkan ruangan.
Raya bangkit dari duduknya. Dan, saat berpapasan dengan Frac, dia berhenti sejenak dan mencondongkan tubuhnya untuk berbisik kepada pemuda itu, "Kami akan pergi ke Jintan Terusi. Aku sudah melakukannya seperti yang kita bicarakan sepanjang malam. Kamu boleh mencari tahu tentang beberapa hal di sini, sesuai dengan rencana."
Raya pergi menyusul Nila setelah mendapat anggukan kecil tanda persetujuan dari Frac.
Sementara itu Frac tetap tinggal di ruang perjamuan. Dia melihat ke sekeliling. Yang dikenalnya memang hanya Bangsawan Roquefort.
Frac pelan-pelan memasukkan steak ke dalam mulutnya sambil mengawasi sekitar. Namun, tak disangka Bangsawan Roquefort malah mengajaknya berbicara, "Bukankah kau adalah anak dari Bangsawan Rosario?"
Frac tersenyum. Kesempatan ini akhirnya datang, batinnya.
"Oh, Anda mungkin belum tau. Aku memang diangkat menjadi anak oleh Bangsawan Rosario," jawab Frac sambil menyeruput teh. "Tapi, aku sebenarnya adalah anak dari adik perempuannya."
"Adik perempuan? Maksudmu adalah adik perempuannya yang sudah lama hilang bertahun-tahun itu?" tanya Bangsawan Roquefort.
Licik sekali. Kau berkata pada semua orang bahwa adikmu telah hilang, ya? pikir Frac. Tapi, ada benarnya. Dia sudah kau hilangkan nyawanya. Hilang, kehilangan nyawa, semuanya sama saja.
"Benar. Aku adalah anak dari adik Bangsawan Rosario yang telah lama hilang. Itulah sebabnya aku memiliki mata indah ini." Frac memamerkan manik mata amber milik ibunya.
Bangsawan Roquefort langsung memperhatikan manik mata amber milik Frac dengan seksama. "Ini memang milik adik Bangsawan Rosario. Dia cantik sekali, ibumu, Marigold Devina von Rosario. Dari seluruh wanita di daratan Kekaisaran Royal Bay, dia adalah yang paling cantik dan berbakat. Sayang sekali, dia menghilang," ucapnya.
"Ibuku… beliau sudah meninggal dunia," Frac berkata sembari menyunggingkan senyuman tipis, seolah hal itu tidak menjadi masalah. Padahal, hatinya panas dan dia ingin marah besar. Namun, dia tidak bisa melakukannya, tidak di saat-saat seperti ini.
Bangsawan Roquefort tampak sangat kaget. Dia tampak mengetahui sesuatu, tapi berusaha menutupinya. "Aku… turut berdukacita."
"Itu tak menjadi masalah," ujar Frac dengan tenang. "Benar juga, Bangsawan Roquefort, aku ingin mengundang Anda ke acara pernikahanku yang akan diadakan tiga hari lagi."
"Aku mendengar dari Tuan Putri bahwa sahabatnya akan menikah. Apakah kau adalah pasangan dari Lady Araya? Kalian menjalin hubungan?"
"Benar sekali. Aku mengharapkan kedatangan Anda di hari pernikahanku."
Di sisi lain, Raya dan Nila mengikuti langkah kaki Yurai dan sampai di Jintan Terusi. Saat semuanya masuk ke dalam dan pelayan menutup pintu, Yurai langsung angkat bicara, "Apakah Anda yakin dengan keputusan Anda untuk mengungkap bahwa Anda adalah pewaris dari Hutan Suci Priestess Elsie?"
"Yurai Dewantara Wahyu Bay, kamu melakukan peran yang baik sebagai kakekku," kata Raya. "Tapi, aku harus mengungkapkannya. Jika tidak, aku tidak yakin akan mendapatkan kesempatan lagi. Semua keluargaku dibantai dan kamu menemukan aku di Avalanche. Kamu mengenalkan aku kepada kakakmu dan berpura-pura menjadi keluargaku yang tersisa. Aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengungkapkan identitasku dan membebaskanmu dari gelar sebagai kakekku. Kamu tidak bisa hidup selamanya sebagai Yurai Khavira Aston."
"Jadi, kamu benar-benar ingin menjadikan saat ini sebagai batu loncatan untuk melawan Hugar Devijk von Rosario?" tanya Nila. "Kamu akan mengacaukan sistem yang selama ini kamu lindungi, Raya. Kamu bisa saja ditargetkan, terbunuh, atau apapun. Kamu juga bisa dicap sebagai pengkhianat oleh kaum Elf. Kamu tahu kalau setelah kejadian Mendiang Buyutmu tidak ada lagi yang berani memakai Partchment Sweetest Bond."
"Justru itu. Jika terlalu takut untuk memulai sesuatu, tidak ada yang bisa mendapatkan hasil yang diinginkan," jawab Raya. Dia menyatukan kedua tangannya dan merapatkan semua jarinya. Dia menutup mata dan mulai merapal sebuah mantra. Di hadapannya perlahan-lahan muncul sebuah busur giok yang indah. "Aku tidak akan lari lagi. Musuh dari musuhmu adalah teman. Dendam harus dibalas, tak peduli seberapa sulit rintangan yang harus dilewati."