"Salahkah aku mencintainya?" -Regina-
"Ini hanya tidur bersama semalam, itu adalah hal biasa" -Arian-
-
Semuanya berawal dari kesalahan semalam, meski pria yang tidur bersamanya adalah pria yang menggetarkan hati. Namun, Regina tidak pernah menyangka jika malam itu adalah awal dari petaka dalam hidupnya.
Rasa rindu, cinta, yang dia rasakan pada pria yang tidak jelas hubungannya dengannya. Seharusnya dia tidak menaruh hati padanya.
Ketika sebuah kabar pertunangan di umumkan, maka Regina harus menerima dan perlahan pergi dari pria yang hanya menganggapnya teman tidur.
Salahkah aku mencintainya? Ketika Regina harus berada diantara pasangan yang sudah terikat perjodohan sejak kecil. Apakan kali ini takdir akan berpihak padanya atau mungkin dia yang harus menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Tergoda
Menikmati hari dimana semuanya harus tetap berjalan, meski kondisi dan keadaan tidak baik-baik saja. Kehamilan yang semakin membesar, perut yang sudah tidak bisa di sembunyikan lagi meski menggunakan pakaian yang longgar. Semua mata mulai menatapnya dengan pandangan aneh ketika dia masuk ke Pabrik. Semua orang pasti menyadari tentang perubahan bentuk tubuhnya.
Regina hanya mengabaikan setiap bisik-bisik orang yang melihatnya, bahkan pandangan yang merendahkan itu. Dia hanya datang untuk bekerja, bukan untuk menanggapi tanggapan orang-orang tentang dirinya.
"Apapun yang terjadi, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menghina anakku. Dia tidak pernah salah dalam hal ini"
Tekad Regina setiap kali untuk menguatkan dirinya sendiri. Dia pernah hampir membunuh bayi tak berdosa dalam kandungannya, maka sekarang dia akan selalu menjaga bayinya ini, karena dia tahu yang salah bukanlah bayinya, tapi dia dan Arian.
"Hari ini kita bekerja lagi ya, tolong kerja sama ya Nak sama Ibu"
Setiap kali dia selalu mengajak mengobrol bayi dalam kandungannya. Ketika ada sebuah pergerakan dari dalam sana, maka itu membuat Regina bahagia. Dia tidak pernah menyangka akan merasakan hal seperti ini. Hal yang baru saja dia rasakan, sebuah debaran hangat ketika dia mendengar detak jantung bayinya untuk pertama kalinya. Rasa hangat langsung menjalar di hatinya, Regina menyayangi bayinya sepenuh hati. Dan dia tidak akan pernah melakukan hal bodoh lagi seperti sebelumnya.
Ketika selesai bekerja hari ini, Regina kembali pulang ke Apartemen. Ketika dia berjalan di lorong Apartemen, dia sudah melihat seseorang yang berdiri di depan pintu Apartemennya. Regina mempercepat langkahnya untuk menghampiri orang itu.
"Tuan Sam"
Sejak kepergiannya ke Kota ini, Regina tidak lagi bertemu dengan Samuel. Karena pastinya pria itu juga pasti sibuk dengan Perusahaan. Sementara disini ada penanggung jawab lain yang menjadi atasan Regina, tidak perlu Samuel yang langsung turun tangan.
Samuel hanya mengangguk pelan ketika Regina mengangguk penuh hormat padanya. Lalu, tatapannya tertuju pada perut Regina yang jelas sekali sudah membesar. Menyadari tatapan Samuel, membuat Regina langsung menunduk dan menutup perutnya dengan kedua tangan.
"Anaknya Arian?"
Regina menundukan wajahnya ketika dia mendengar ucapan Samuel. Itu mungkin bukan hanya sebuah pertanyaan, tapi seolah Samuel sudah mengetahui jika dalam kandungan Regina adalah anaknya Arian.
"Tuan ada apa datang kesini?"
"Mengecek Pabrik. Dan memastikan kau baik-baik saja, karena kekasihku selalu bertanya tentangmu, tapi aku hanya mengatakan jika kau baik-baik saja di suatu tempat. Jadi, karena aku tidak mau berbohong padanya, jadi aku harus melihat dengan jelas jika kau memang baik-baik saja disini"
Regina membawa Samuel masuk ke Apartemen. Duduk di sofa ruang tengah.
"Apa kau sama sekali tidak ingin mengabari orang-orang? Bahkan adikmu sendiri?"
Regina terdiam sejenak, sebenarnya dia juga merindukan adiknya. Tapi, untuk memberitahu dia tentang keberadaannya disini, sama seperti Regina menyerahkan diri pada Arian. Sudah menjadi tekadnya untuk menghilang dari kehidupan Arian, dia membiarkan pria itu menjalani kehidupan yang seharusnya tanpa terikat lagi dengan Regina.
"Untuk saat ini, biarkan saja dulu seperti ini. Aku juga tidak ingin Alea tahu tentang kehamilanku, karena bisa saja dia mengatakan keadaanku padanya. Itu akan merusak semua rencana yang sudah aku lakukan"
Samuel hanya mengangguk pelan, dia berdiri dan mengancingkan jasnya. "Aku tidak akan mengatakan apapun jika kau memang tidak ingin keberadaanmu dan bayimu di ketahui orang lain. Tapi, aku tidak tahu bagaimana Tuhan bisa saja mempertemukan kalian tanpa sengaja"
Regina hanya diam, melihat Samuel yang berlalu keluar dari Apartemen. Bukan tentang takdir Tuhan yang mungkin saja mempertemukan Regina dan Arian tanpa sengaja. Tapi, Regina hanya berharap tidak akan pernah ada kebetulan yang mempertemukannya dengan Arian. Karena dia tidak mau merusak pernikahan orang lain.
*
Pernikahan sudah berjalan 6 bulan lamanya, sudah setengah tahun Evelina menjadi seorang istri dari Arian. Namun, masih belum ada yang terjadi diantara keduanya. Bahkan, sampai saat ini dia masih menjadi seorang gadis yang tidak tersentuh.
Mungkin ucapan Arian jika mereka berdua harus saling mengenal terlebih dahulu karena perjodohan yang belum memberikan waktu untuk mereka saling mengenal satu sama lain, cukup masuk akal pada awalnya. Tapi, sekarang Regina bahkan merasa itu tidak lagi masuk akal. Karena sudah berbulan-bulan mereka menikah, dan tetap tidak ada kemajuan apapun dalam pernikahan ini.
"Kak, malam ini kamu akan memberikan hak untukku?"
Dengan cukup berani Evelina bertanya saat Arian keluar dari ruang ganti setelah mandi dan berganti pakaian. Suaminya itu terlihat cukup kaget dengan pertanyaan istrinya barusan. Ketika menoleh, dia lebih terkejut melihat penampilan Evelina di atas tempat tidur.
Gadis itu hanya menggunakan gaun tidur tipis yang menerawang jelas bentuk tubuhnya. Bahkan pakaian dalam yang digunakan, terlihat jelas.
"Aku sudah siap menjadi istrimu yang seutuhnya, Kak. Karena aku takut jika pernikahan ini mungkin tidak berhasil jika kita tidak benar-benar bersatu"
Arian terdiam, melihat tubuh Evelina yang putih mulus di dalam balutan gaun tipis berwarna pink itu, tentu terlihat sangat kontras. Namun, hasratnya seolah hilang, bahkan Arian merasa biasa saja. Tidak ada hasrat atau gairah yang tumbuh dalam dirinya ketika melihat istrinya seperti ini.
Akhirnya, Arian duduk di pinggir tempat tidur. Membelakangi Evelina. "Eve, sepertinya aku akan berkata jujur padamu tentang apa yang aku alami"
Evelina sudah duduk di belakang Arian, mengelus punggungnya dengan elusan lembut. Memberikan sebuah rangsangan pada suaminya ini. Meski ucapan Arian barusan, jelas cukup membuatnya bertanya-tanya.
"Aku tahu jika kamu belum mencintaiku, Kak. Tapi kita bisa mencoba untuk memulainya. Bukan tentang cinta saja, tapi pernikahan kita di pertaruhkan jika kita tidak bersatu dalam bentuk nyata. Apalagi Papa dan Mama sudah menanyakan seorang cucu padaku"
Arian menggeleng pelan dengan kepalanya yang menunduk. Memegang tangan Evelina yang mengelus dadanya dari belakang, dia menjauhkan perlahan tangan Evelina dari dadanya.
"Bukan hanya tentang itu, Eve. Tapi, aku sama sekali tidak tergoda dengan tubuhmu"
Deg.. Perempuan mana yang tidak akan merasa marah dengan ucapan seperti itu. Evelina sudah begitu berusaha untuk membuat Arian mau menyentuhnya. Tapi, sudah sejauh ini usahanya, tapi Arian malah mengatakan hal yang begitu menyakitkan dan melukai harga dirinya.
Evelina langsung menajuhkan tubuhnya dari Arian. Menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Jahat kamu, Kak! Bahkan aku sudah mengesampingkan rasa malu hanya agar kita bisa menjadi suami istri yang seutuhnya dan pernikahan kita akan langgeng. Tapi, kamu malah melukai harga diriku. Kamu jahat, Kak!"
Regina memukul punggung Arian dengan kesal, air mata mengalir begitu deras. Rasa sakit dalam hatinya atas ucapan Arian barusan, dan malu dalam dirinya menjadi satu.
"Maafkan aku, Eve"
"Kamu benar-benar jahat Kak.. Hiks..."
Bersambung
semoga reghina slalu baik baik dan kandungan nya sehat,,,Samuel beri perlindungan pada reghina..takut ada yg mencelakai nya
Mungkin ada keajaiban esok hari