NovelToon NovelToon
Di Balik Kontrak

Di Balik Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Cha Aiyyu

Pernikahan Briela dan Hadwin bukanlah hubungan yang didasari oleh perasaan cinta—

Sebuah kontrak perjanjian pernikahan terpaksa Briela tanda tangani demi kelangsungan nasib perusahaannya. Briela yang dingin dan ambisius hanya memikirkan keuntungan dari balik pernikahannya. Sedangkan Hadwin berpikir, mungkin saja ini kesempatan baginya untuk bisa bersanding dengan wanita yang sejak dulu menggetarkan hatinya.

Pernikahan yang disangka akan semulus isi kontraknya, ternyata tidak semulus itu. Banyak hal terjadi di dalamnya, mulai dari ketulusan Hadwin yang lambat laun menyentil hati Briela sampai rintangan-rintangan kecil dan besar terjadi silih berganti.

Akankah benar-benar ada cinta dari pernikahan yang dipaksakan? Ataukah semuanya hanya akan tetap menjadi sebuah kontrak?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cha Aiyyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TANDA TANGAN KONTRAK

Briela melanjutkan langkah kakinya, meninggalkan Arthur yang berteriak frustasi. Bukankah seharusnya Arthur senang? Pria itu tidak perlu repot-repot mengeluarkan uang dari saku kekayaannya untuk membayar hutang Zoya & co. Tetapi, mengapa pria itu terlihat tidak senang atas penolakan Briela?

Briela sama sekali tidak mengerti. Bahkan alasan Arthur menerima perjodohan yang diusulkan Tuan Turner pun sampai saat ini belum di ketahui. Mungkinkah Arthur memiliki hutang budi atau semacamnya pada ayahnya? Entahlah, Briela benar-benar tidak tahu.

Sebab mau dipikirkan bagaimana pun, akan sulit untuk dimengerti, perjodohan yang tidak menguntungkan salah satu pihak sangat tidak mungkin bisa diterima. Briela menggelengkan kepalanya pelan, menepis segala pikiran yang memenuhi kepalanya.

Wanita itu menekan tombol panggil pada nomor Hadwin. Ia memilih menghubunginya terlebih dahulu. Briela tidak ingin merasa berhutang.

Keduanya bertemu di Bar Heaven. Briela datang lebih dulu, dan sebuah gelas berisi koktail favoritnya menemani di atas meja.

Seorang pria berambut blonde mendekati Briela. "Boleh aku duduk di sini, Nona?" tanya pria muda yang sepertinya baru berusia awal dua puluh tahun itu dengan nadanya yang menggoda.

Briela menoleh, melihat pada pria muda itu. Ia berniat menolak, namun urung. Sebab Hadwin lebih dulu berkata, "Kursi itu milikku, kau bisa cari kursimu sendiri."

Briela tersenyum simpul, ia merasa terselamatkan akan kehadiran Hadwin di waktu yang tepat.

Pria muda berambut blonde itu perlahan pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Hadwin menumpahkan bobot tubuhnya di samping Briela. "Sudah lama?"

"Baru lima belas menit yang lalu."

Hadwin mengangguk-anggukkan kepalanya. "Jadi, ada perlu apa?"

"Aku pikir, aku berhutang penjelasan padamu perihal tempo hari— Maaf untuk hal itu." Pipi Briela memerah, kali ini rasa malu menguasainya. Lalu meneguk habis koktail di gelasnya.

"Hm, tidak masalah. Dan tidak perlu menjelaskan apapun, aku mengerti." Hadwin memanggil bartender dan memesan koktail yang sama seperti milik Briela.

"Jadi bagaimana aku harus membayarmu atas bantuan yang kau berikan tempo hari?"

"Hm, tidak perlu." Hadwin memegang gagang gelas koktailnya.

"Tidak, katakan sesuatu agar aku tidak perlu merasa berhutang." Briela menatap Hadwin dengan penuh harap.

"Bukankah kita hanya perlu menikah?" Hadwin menarik sebelah sudut bibirnya, mendekat pada Briela lalu berbisik. "Bukankah kita berdua saling mencintai?"

Briela merampas gelas koktail dari tangan Hadwin dan meminumnya dengan sekali teguk. Pipinya benar-benar merah, Briela rasanya ingin menyembunyikan wajahnya saat itu, jika ia bisa. Wanita itu hanya menunduk, tanpa berani mengangkat wajahnya.

Hadwin tersenyum kecil melihat tingkah Briela. "Jika kau berkeras ingin membalasnya, aku akan menyimpannya untuk saat ini dan menagihmu di lain waktu."

Briela akhirnya berani mengangkat kepala, ia menatap Hadwin yang masih tersenyum.

"Karena tadi kau sudah membahasnya, jadi apakah aku sudah diizinkan untuk menandatangani kontrak?" Briela bertanya pada Hadwin dengan lirih.

"Tentu saja, tetapi aku tidak membawa kontraknya."

Briela mengambil ponselnya, ia menandatangani e-contract yang dikirim Hadwin lalu mengirimnya lewat surel. Hadwin menerimanya, sudut bibirnya terangkat. Lalu melakukan hal yang sama seperti Briela.

"Ini untuk sementara, kita bertemu lagi besok untuk menandatangani versi cetaknya." Hadwin berdiri dari duduknya. "Bangunlah aku akan mengantarmu pulang," lanjutnya.

"Aku membawa mobilku sendiri. Kau tidak perlu mengantarku," tolak Briela.

"Kau minum alkohol Briela, jangan mencari masalah!" Hadwin memarahi Briela layaknya anak kecil.

Briela mengerutkan bibirnya. "Bukankah kau sendiri juga minum?"

"Kau merebut minumanku, jika kau lupa."

Briela menutup mulutnya, lagi-lagi ia membuat masalah. Pipi wanita itu kembali memerah.

"Aku bisa memanggil sopir pengganti nanti." Briela kembali berkilah, ia masih merasa malu.

"Tidak perlu, aku membawa sopirku. Dan, aku yang akan mengantarmu." Hadwin tidak memberikan alasan lagi untuk Briela menolak tawarannya, pria itu melihat jam di tangannya. "Kau sudah mau pulang atau mau nanti saja?"

"Baiklah, aku pulang sekarang." Briela berdiri dengan lesu lalu berjalan mendahului Hadwin. Briela seperti anak kecil yang dipaksa pulang dari taman bermain.

Hadwin dengan langkahnya yang tegap mengikuti Briela di belakang setelah membayar sejumlah uang pada bartender.

Hadwin meminta kunci mobil Briela dan mengantar wanita yang sejak tadi mengerucutkan bibirnya. Kali ini Hadwin mengantar Briela ke apartemennya bukan lagi ke hotel seperti terakhir kali.

Malam merangkak dengan begitu cepat sejak Hadwin meninggalkan Briela di parkiran apartemen. Briela terbangun dari tidurnya saat dering panggilan telepon di ponselnya tak kunjung diam.

Hadwin meneleponnya, memastikan Briela bangun dan tidak terlambat ke kantor. Dan meminta Briela bertemu di jam makan siang.

Briela menggeliat, menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri menghilangkan kaku pada tubuhnya. Matanya menoleh ke atas nakas, sebuah obat pereda pengar yang Hadwin beli saat perjalanan pulang semalam.

"Dia pasti akan jadi suami yang baik. Sayang sekali, pria perhatian seperti itu harus terikat kontrak pernikahan denganku," gumam Briela.

Briela meminum obat pengar itu, lalu beranjak dari tempat tidurnya untuk mandi.

Kegiatan kantor berjalan seperti biasa, tidak ada hal istimewa. Jam makan siang sebentar lagi dan Hadwin sudah mengirimkan nama restoran untuk pertemuannya. Briela membacanya sekilas, restoran itu dekat dengan kantornya. Apakah Hadwin sengaja memilih restoran yang dekat dengan kantor Briela demi dirinya atau karena hal lain? Entahlah— Siapa yang tahu?

Briela masuk ke dalam restoran dan berjalan menuju meja yang sudah Hadwin kirim lokasinya lewat pesan.

"Aku memesan sup ayam, dan salad sayur. Atau kau mau yang lain?" tanya Hadwin begitu Briela duduk di kursinya.

"Tidak, itu lebih dari cukup."

"Untuk minumnya aku memesankanmu jus semangka. Atau ..."

Briela memotong kalimat Hadwin. "Kau memesan itu semua untuk membantuku menghilangkan pengar?"

"Aku mencari di internet dan makanan itu yang di sarankan."

"Aku bahkan sudah tidak mengalami pengar, obat yang kau belikan semalam cukup manjur. Atau mungkin karena aku tidak terlalu mabuk semalam."

"Atau kita batalkan saja dan memilih menu lain?" Hadwin memberi Briela pilihan.

"Tidak perlu, kebetulan aku ingin makan itu. Sup ayam dan salad di sini enak." Briela tersenyum.

Sembari menunggu makanan mereka diantarkan. Hadwin mengeluarkan berkas kontrak pernikahan versi cetak ke atas meja. Ia menandatanganinya dengan mantap dan menyerahkan pada Briela.

"Kau yakin tidak ingin mengubah isinya?"

"Tidak," ucap Hadwin mantap.

Briela menandatanganinya dan mengambil lembar miliknya untuk disimpan. Lalu ia menyerahkan satu lembar lagi pada Hadwin.

Hadwin menatap sebuah kontrak yang kini sudah di bubuhi tanda tangan di atas materai yang membuat kontrak itu resmi. Hadwin mengulas senyum di wajahnya.

"Dua hari lagi aku akan membawa orang tuaku menemui Tuan Turner," tegas Hadwin.

"APA?" Briela berteriak nyaring.

1
Reni Anjarwani
lanjut thor
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut
Reni Anjarwani
lanjut thor
iyz.e15: makasih yaa udah setia nungguin up nya. Aku lagi kurang enak badan tapi baca komen kamu yang dukung karyaku, bikin aku bersemangat. /Smile//Smile/
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
iyz.e15: q up satu bab dulu ya.. kalo banyak yang baca nanti aku up dobel. bantu share ya biar banyak yang baca dan aku jadi makin semangat buat up nya ☺️☺️ makasih udah mau baca karya ku ☺️
total 1 replies
Verlit Ivana
sabarnya Hadwin/Smile/
iyz.e15: sabar kek lelaki idaman kan?
total 1 replies
Anyelir
ohh Hadwin suka sama Briela kah?
Anyelir: tebaknya sih ada, tapi keknya masih lebih ke arah punya kesan
iyz.e15: ayo tebak. Suka nggak??
total 2 replies
🔵❤️⃟Wᵃf⧗⃟ᷢʷঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂
ku baca sampai sini duyu
iyz.e15: oke makasih yaa /Smile/
total 1 replies
🔵❤️⃟Wᵃf⧗⃟ᷢʷঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂
baru bangun udah di lamar /Shy/
iyz.e15: eeh iya juga ya 😄
total 1 replies
🔵❤️⃟Wᵃf⧗⃟ᷢʷঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂
eh ketangkep jodoh 🤭🤣
🔵❤️⃟Wᵃf⧗⃟ᷢʷঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂
perjodohan bisnis
🔵❤️⃟Wᵃf⧗⃟ᷢʷঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂
wah LDR
Farhan1212
seru ceritanya,jangan lupa mampirnya
CF
berseok2 gk tuhhhh
CF
waduuuhhhh otakk w sktika trapeling
iyz.e15: hayolo traveling ke mana tuh?
total 1 replies
Anyah aatma
menatap ak sabar pada 'SEKERTAS'

sekertaris keknya beb. ada typo.
iyz.e15: iya keknya waktu revisi aku udah ngantuk 😄😄
total 1 replies
Anyah aatma
keknya Hadwin ini beneran suka sama Briela
Anyah aatma: suka dong
iyz.e15: Hayo suk nggak ya?
total 2 replies
Ry zee
yang cepet up nya thor
iyz.e15: Noted ☺️
total 1 replies
Anyue
lanjut nanti karena waktu maghrib
iyz.e15: oke makasih ya udah mau baca ☺️
total 1 replies
Azthar_ noor
lanjut akkaka😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!