Ashella Zyla Aurora, gadis yang sangat suka membaca komik. Ia sangat suka membaca novel online atau komik, tapi yang paling Ashel suka adalah membaca komik karena ia bisa melihat langsung karakter tokoh yang sangat tampan dengan gambar yang di buat oleh sang penulis.
Namun sesuatu terjadi, ini sangat diluar akal sehat. Bagaimana bisa saat ia sedang membaca komik, ia malah masuk ke dalam komik tersebut. Dan yang paling parah ia memasuki tokoh antagonis yang sering membully, bahkan saat ia memasuki komik tersebut ia sedang membully seorang cowok culun yang memakai kacamata.
"Udahlah Sha, kasian tuh cowok culun udah babak belur."
"Lo ngomong sama gue? "
"Iya Aleesha."
"Aleesha? gue? " tunjuk Ashella pada dirinya sendiri.
"Ya lo lah, yang namanya Aleesha iris Zephyrine kan cuman lo."
Nama yang sangat familiar, Ashel sangat tahu siapa pemilik nama tersebut. Itu adalah nama antagonis perempuan di komik Charm Obsession.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 - Perhatian?
Sinar matahari mengusik tidur seorang gadis yang masih bergelut dengan selimut tebalnya. Dengan perlahan ia membuka matanya lalu melihat jam yang menunjukkan jam 06.50.
"Oh bentar lagi jam 7 tidur lagi ah," ucap gadis itu yang malah tidur lagi.
Gedoran pintu mengusik tidurnya. Terdengar teriakan seseorang di iringi gedoran pintu yang sangat keras.
"Aleesha bangun bentar lagi masuk sekolah," teriak seseorang yang masih menggedor pintunya.
"Masuk sekolah apanya gue kan udah lulus," ucap gadis itu belum menyadari sesuatu.
"Tunggu ini kan bukan kamar gue."
Setelah ingat sesuatu gadis itu dengan cepat masuk ke kamar mandi."Bodoh, pikun banget sih lo, kan lo masuk ke tubuh Aleesha."
Setelah mandi dengan secepat kilat, ia memakai seragam sekolahnya.
"Bakal gak sempat make up, udahlah pakai skincare aja yang penting terus pakai lipbalm."
Setelah selesai ia mengambil tasnya, dan mengambil kaos kaki yang terlihat saja lalu memakai sepatu dengan mengikatnya asal-asalan. Mungkin karena panik dan terburu-buru ia memakai seragamnya tidak rapi dan sepatu yang diikat asal-asalan.
Ia membuka pintu, terlihat disana Sheryn menatap penampilannya yang berantakan.
"Sha penampi-" ucapannya terpotong karena Aleesha menarik tangan Sheryn.
"Gak ada waktu ayo cepat Sheryn keburu telat."
Mereka pun berlari bersama dengan Aleesha yang menarik tangan Sheryn untuk ikut berlari bersamanya.
Sesampainya di sekolah gerbang sekolah sudah di tutup. Terlihat beberapa murid yang juga telat. Aleesha menghela nafasnya gusar, padahal seumur hidupnya ia tidak pernah telat, tapi kali ini ia baru pertama kali telat entah mengapa rasanya malu.
Satpam yang bertugas melihat ada Aleesha dan Sheryn. Dengan cepat ia membuka gerbangnya.
"Non maaf bapak gak lihat kalian, jangan pecat bapak ya, silahkan masuk non Aleesha dan non Sheryn," ucap pak satpam itu terlihat gugup.
Aleesha menatap itu bingung kenapa pak satpam ini meminta maaf kepadanya.
"Ah iya gakpapa pak, makasih ya," setelah mengucapkan itu Sheryn menarik tangan Aleesha untuk masuk ke sekolah. Melihat Aleesha dan Sheryn yang dibukakan gerbang oleh pak satpam membuat mereka menatap iri Aleesha dan Sheryn.
Sheryn melihat kebingungan di wajah Aleesha."Kenapa lo kayak bingung gitu? "
"Kenapa kita dibukain gerbangnya bukannya kita telat ya harusnya kita juga berdiri disana dan mendapatkan hukuman? " Aleesha malah bertanya balik.
"Lo aneh, biasanya juga kayak gitu. Kitakan bebas mau berangkat jam berapa pun, bakal dibukain gerbangnya. Lo aja waktu itu datang pas istirahat pertama dibukain tuh pintunya," ujar Sheryn.
Sepertinya Aleesha lupa bahwa ia memasuki tubuh orang yang sangat berpengaruh disini. Mulai sekarang ia harus terbiasa dengan kenyamanan ini. Aleesha tersenyum memikirkan itu. Sheryn menatap aneh Aleesha yang tersenyum.
"Kenapa lo senyum-senyum gitu merinding tahu."
"Gakpapa pengen senyum aja," ucap Aleesha masih tersenyum.
Tanpa terasa mereka sudah sampai di kelas. Saat melangkah Aleesha terjatuh, karena ia menginjak tali sepatunya sendiri. Aleesha sudah memejamkan matanya bersiap merasakan jatuh, tapi ia tidak jatuh karena dibantu oleh seseorang.
Jika kalian membayangkan Aleesha tidak jatuh karena ada yang memeluk pinggangnya seperti adegan yang biasanya terjadi di drakor, kalian salah besar. Aleesha tidak jatuh karena ada yang memegang kerah belakang seragam sekolahnya. Ia memang tidak merasakan sakitnya jatuh tapi lehernya terasa tercekik. Setelah bisa menyeimbangkan tubuhnya, dengan kasar Aleesha menghempaskan tangan yang memegang kerah belakang seragam sekolahnya.
Melihat orang itu, Aleesha marah."Kenapa lo narik kerah belakang seragam gue? Lo mau bunuh gue? "
"Gue itu nolongin lo, bukannya makasih malah marah-marah gak jelas kayak gini," ucap Grey tidak terima disalahkan.
"Mending gue jatuh daripada leher gue rasanya tercekik," dengan perasaan yang masih diliputi amarah Aleesha berjalan menuju bangkunya. Namun langkahnya terhenti karena Ethan menghalangi jalannya.
Aleesha menatap Ethan kesal tak tahukah dia bahwa Aleesha saat ini sedang marah."Minggir," ucapnya dingin.
Pemuda bersurai pirang itu malah berlutut, hal itu membuat satu kelas menatap Ethan kaget. Aleesha terdiam ketika Ethan mengikatkan tali sepatunya. Lalu ia berdiri membenarkan letak dasi dan memakai kancing jas sekolah Aleesha. Kini seragam sekolah Aleesha terlihat rapi.
Ethan mendekatkan wajahnya ke telinga Aleesha. Lalu membisikkan sesuatu."Harusnya lo dihukum karena pakai kaos kaki warna pink, tapi gue biarin soalnya itu kelihatan lucu kalau lo yang pakai."
Seperti tidak terjadi apa-apa Ethan kembali duduk di bangkunya dan membuka bukunya. Semua murid menatap bingung, kaget, dan heran disaat bersamaan melihat perlakuan Ethan kepada Aleesha. Mereka saja bingung apalagi Aleesha yang mengalaminya langsung.
Aleesha menunduk melihat kebawah dan benar saja kaos kakinya berwarna pink. Tanpa sadar semburat merah muncul di pipinya.
Ternyata benar ucapan dia, plis gue malu banget, tenang Aleesha bersikaplah seperti biasa
Dengan memasang wajah yang datar untuk menyembunyikan rasa malunya, Aleesha duduk di bangkunya seolah kejadian barusan bukan apa-apa.
Sheryn yang masih berdiri pun karena terkejut, segera menghampiri Aleesha dan duduk di bangkunya.
"Itu beneran Ethan, Sha? " tanya Sheryn yang masih tidak percaya kejadian barusan.
"Gue juga bingung dengan sikap dia barusan."
"Ethan yang selalu cuekin lo tiba-tiba perhatian sama lo, fiks sih lo pake pelet ya buat Ethan terpesona sama lo? " Sheryn menatap curiga Aleesha.
Sheryn meringis ketika Aleesha menyentil dahinya keras. Ia melotot tajam tapi dibalas tatapan tajam pula oleh Aleesha.
"Sakit tahu," Sheryn mengelus dahinya yang agak memerah.
"Lagian lo ngomongnya ngaco," kesal Aleesha.
"Gue kan cuman ngomong gitu kenapa lo marah? apa jangan benar ya lo pelet Ethan," tuduh Sheryn.
"Ngaco lo, gak mungkin lah gue ngelakuin itu."
"Siapa yang tahu coba? kan kalau cinta ditolak dukun bertindak."
"Lo mau gue sentil ginjal lo? " kesal Aleesha mendengar ucapan Sheryn yang absurd.
"Sejak kapan lo jadi nyeremin gini, Sha? " Aleesha menghiraukan ucapan Sheryn yang semakin ngaco.
Di sisi lain interaksi antara Ethan dan Aleesha beberapa saat lalu, membuat Grey marah. Entah mengapa rasa tidak suka muncul melihat Ethan yang perhatian kepada Aleesha.
Grey menatap tajam Ethan yang sedang membaca buku. Merasa ada tatapan yang mengarah padanya, Ethan melihat ke depan dan melihat Grey menatap tajam kepadanya. Ethan tersenyum miring melihat Grey yang sepertinya cemburu. Melihat senyum menyebalkan dari Ethan, Grey memilih mengalihkan pandangannya dan berjalan menuju bangkunya. Tatapannya tertuju kepada Aleesha yang terlihat kesal kepada temannya.
Aleesha ucapan gue waktu itu bukan main-main, gue bakal gangguin hidup lo karena sudah mengusik dan membuat otak gue terus memikirkan lo, Aleesha.