NovelToon NovelToon
Penjinak Hati Duda Hot

Penjinak Hati Duda Hot

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

“Sadarlah, Kamu itu kunikahi semata-mata karena aku ingin mendapatkan keturunan bukan karena cinta! Janganlah menganggap kamu itu wanita yang paling berharga di hidupku! Jadi mulai detik ini kamu bukan lagi istriku! Pulanglah ke kampung halamanmu!”

Ucapan itu bagaikan petir di siang bolong menghancurkan dunianya Citra.

“Ya Allah takdir apa yang telah Engkau tetapkan dan gariskan untukku? Disaat diriku kehilangan calon buah hatiku disaat itu pula suamiku yang doyan nikah begitu tega menceraikan diriku.”

Citra meratapi nasibnya yang begitu malang diceraikan oleh suaminya disaat baru saja kehilangan calon anak kembarnya.

Semakin diperparah ketika suaminya tanpa belas kasih tidak mau membantu membayar biaya pengobatannya selama di rawat di rumah sakit.

Akankah Citra mampu menghadapi ujian yang bertubi-tubi menghampiri kehidupannya yang begitu malang ataukah akan semakin terpuruk dalam jurang putus asa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 8

“Aku tidak menyangka kalau setelah aku ceraikan kamu, sekarang malah berduaan dengan pria tua!” Sarkas Ardiansyah sambil berdecak kesal, wajahnya menegang melihat Citra duduk bersama Pak Ridho.

Terlihat jelas kalau ada gurat cemburu di balik wajah gantengnya yang tertutupi oleh sifatnya yang kasar sehingga terkesan sangar dan galak.

Citra hanya tersenyum miring. “Maaf, Mas Ardian datang ke sini hanya untuk menghina dan memfitnah aku, sepertinya lebih baik Mas pulang saja. Karena kedatangan Mas di sini sama sekali nggak dibutuhkan.”

Ardiansyah mendengus, melipat tangan di dadanya dengan songongnya seakan-akan alasan kenapa mereka bercerai karena Citra padahal letak kesalahannya ada pada dirinya sendiri.

“Hidup kamu memang selalu begitu, Citra. Dari dulu suka numpang sama laki-laki!” bentak Ardiansyah sambil menunjuk wajah mantan istrinya. “Sekarang bukan cuma sama bapak-bapak, tapi aki-aki bau tanah pula! Kamu tuh nggak punya malu? Perempuan murahan!”

Beberapa pasien di bangsal spontan menoleh. Ada yang mendesah, ada yang geleng-geleng kepala. Suasana mendadak mencekam.

Namun Citra tetap tidak terpancing. Ia menghela napas pelan, seolah amarah laki-laki di depannya hanya angin lewat. Tatapannya teduh, tidak gentar, tidak bergetar.

“Mas,” ucapnya lembut tapi mantap, “dulu kita pernah serumah. Mas masih belum bisa membedakan antara bantuan dan numpang hidup? Tidak semua laki-laki seperti Mas, yang memberi sambil menghitung untung-rugi. Ada laki-laki yang membantu tanpa menuntut apapun, semata-mata karena hati mereka ikhlas dan berharap ridho Ilahi.”

Ardiansyah mendengus kasar, wajahnya memerah, urat lehernya tegang hanya mendapatkan balasan kata-kata yang pantas dari mantan istrinya.

“Sok suci sekali mulutmu!” caci-maki Ardiansyah dengan tatapan matanya yang tajam seolah ingin menerkam dan menelan bulat-bulat Citra ke dalam perutnya.

“Kamu itu perempuan gagal! Gagal memberikan keturunan buatku! Gagal jaga rumah tangga kita dulu! Makanya kamu pantas ditinggal! Sadar kamu sangat pantasss!” hinanya Ardian yang tak peduli dengan tatapan dan bisik-bisik orang-orang disekitarnya saat ini.

Beberapa keluarga pasien kasihan melihat Citra, tetapi mereka takut ikut campur dan tak ingin memperkeruh suasana yang sudah caos dan tidak kondusif lagi.

Pak Ridho mengamatinya dari samping. Wajahnya tenang, tapi tubuhnya sedikit condong ke depan siap menahan jika Ardiansyah bertindak di luar batas misalnya bertindak kasar.

Citra tersenyum samar. Senyum yang bukan meremehkan, tapi menandakan ia sudah selesai dengan masa lalunya dan tak ingin kembali ke masa lalu yang membuatnya hancur.

“Mas, keturunan itu amanah, bukan ajang pamer kejantanan. Kalau memang jodoh, pasti Tuhan titipkan kepada kita apapun kondisi dan alasannya. Tapi kalau Tuhan belum memberi, bukan berarti perempuan itu gagal. Justru yang gagal adalah laki-laki yang tidak bisa menjaga amanah rumah tangga hingga memilih pelarian berupa selingkuh dan parahnya lagi selingkuh dengan keluarga istri sendiri.”

Ardiansyah makin beringas tak terkendali. “Jangan bawa-bawa Tuhan untuk menutupi aibmu wanita jaallaang! Kamu itu perempuan yang tidak laku kalau tidak menempel sama lelaki! Dari dulu miskin, pemalas, tidak punya masa depan! Makanya kamu selalu cari laki-laki buat ditumpangi hidup seperti parasit!” sarkasnya Ardian yang semakin menjadi jadi.

Kata-katanya menusuk hingga ke relung hatinya Citra yang terdalam, tapi Citra tetap tak bergeming untuk membalas ucapannya dengan kasar yang sarat kata-kata hinaan.

“Mas,” balasnya lembut namun cukup menohok.

“Kemiskinan itu bisa diubah dengan kerja keras. Tapi rendahnya akhlak itu yang paling susah diobati. Dan tentang masalah menempel pada lelaki, kalau saya benar seperti itu, mungkin saya tidak akan pernah menolak Mas meski Mas sudah berkali-kali menghinaku.”

Citra menghela napas sejenak, lalu menatap Ardiansyah tanpa gentar.

“Lagipula seharusnya Mas sadar dengan apa yang barusan Mas katakan. Bukankah kita berpisah bukan karena saya gagal ingat itu bukan karena gagal, tapi karena Mas yang selingkuh dan terpaksa menikahi adik sepupuku secara siri karena dia terlanjur hamil?”

Terlihat beberapa pasien membesarkan kelopak matanya saking terkejutnya mendengar ucapan dari Citra. Ada yang menutupi mulut menahan rasa kagetnya.

“Apa menghamili anak gadis itu adalah kebanggaan yah Mas? Atau mungkin itu sebuah kehormatan tersendiri bagi keluarga Mas?”

Citra menatap lembut pria yang dahulu teramat dicintainya, bukan mengejek justru seolah menasehati secara tak langsung berharap mantan suaminya mendapatkan hidayah untuk segera berubah sebelum terlambat dan ajal menjemputnya.

“Mas, laki-laki yang hebat bukan yang bisa menghamili banyak perempuan, tapi yang bisa bertanggung jawab pada satu perempuan tanpa menyakitinya.” ujar Citra sambil sesekali memegangi perutnya bekas jahitan pasca operasi.

Nafasnya Ardiansyah tercekat karena ini adalah untuk pertama kalinya, ia tidak langsung dan sanggup membalas perkataan Citra yang sudah dihina habis-habisan.

Citra menundukkan kepalanya, dan tersenyum sopan namun sorot matanya tegas.

“Mas boleh menghinaku, karena mulut memang milik Mas. Tapi ingat setiap ucapan adalah cerminan hati. Apa yang Mas katakan hari ini akan kembali kepada Mas cepat atau lambat ingat itu baik-baik!”

Pak Ridho akhirnya melangkah mendekat, memberi sinyal halus agar Ardiansyah segera pergi dari sana agar tidak semakin mempermalukan dirinya sendiri.

Beberapa keluarga pasien saling melirik karena tak habis pikir kembali ada tamu berkunjung yang bersifat kejam sehingga suasana bangsal mendadak tegang yang semula damai penuh dengan suasana kekeluargaan.

Ardiansyah yang tadinya hanya mencibir kini benar-benar kehilangan kendali. Wajahnya merah padam, napasnya memburu.

“Saya muak sama kamu, Citra!” umpatnya, suaranya menggema di seluruh bangsal.

“Perempuan tidak tahu diri! Tidak punya harga diri! Tidak bisa kasih keturunan! Tidak bisa layani suami dengan baik! Tidak bisa jaga kehormatan rumah tangga! Hidupmu cuma nyusahin orang, dan Mas bersyukur SANGAT bersyukur aku bisa cerai dari perempuan sekelas kamu! Kamu itu aib dalam hidup Mas!”

Beberapa pasien bergidik ngeri. Ada seorang ibu yang menunduk sambil beristighfar.

Ardiansyah belum selesai dengan ucapannya yang sungguh kelewat batas dan tak terkendali.

Ardian menunjuk tepat ke wajahnya Citra yang memperbaiki posisi duduknya, “Dan ingat! Kamu tidak akan pernah bahagia! Kamu bakal hidup sengsara selamanya! Tidak akan ada laki-laki yang mau sama kamu kecuali yang butuh babu! Tidak ada masa depan buat perempuan kayak kamu!”

Setelah melontarkan sumpah serapah itu, ia menatap Citra dengan tatapan puas atau tepatnya ingin terlihat puas seperti orang yang tujuan hidupnya hanya ingin melihat mantan istrinya menderita.

Namun yang ia lihat bukan ketakutan, bukan pula air mata dan amarah malah yang dilihatnya adalah Citra yang hanya tersenyum kecil, tenang, tatapan lembut namun sangat menusuk.

Citra merapikan selimutnya pelan sebelum menjawab.

“Mas sumpah serapah itu biasanya keluar dari orang yang hatinya tidak pernah damai. Orang yang bahagia tidak akan tega mengutuk orang lain.” imbuhnya.

Ardiansyah terlihat mengerutkan dahinya, tak menyangka Citra membalas tanpa suara tinggi dan tak meledak-ledak padahal sudah mengeluarkan ucapan yang sungguh kejam dan pedes.

Citra melanjutkan, nadanya tetap lembut namun pukulannya tepat sasaran.

“Soal saya tidak bahagia, Mas tidak perlu kuatir. Saya tidak menggantungkan kebahagiaan saya pada laki-laki, apalagi pada orang yang sudah meninggalkan saya saat saya kehilangan anak kami.”

Beberapa orang spontan menoleh ke arah Ardiansyah. Citra tersenyum lebih dalam bukan merendahkan, tapi berniat menegur.

“Dan mengenai kutukan Mas lupa satu hal.”

Dia menatap mantan suaminya tanpa gentar ataupun ketakutan.

“Kata-kata buruk itu tidak pernah kembali kepada orang yang difitnah. Biasanya kembali kepada orang yang mengucapkannya.”

Ardiansyah membuka mulut, ingin marah lagi, tapi malahan tidak ada satupun kata yang keluar dari bibirnya.

Citra kemudian berkata pelan, namun setiap katanya bagaikan belati halus yang membuat Ardiansyah terdiam di tempat.

“Mas, saya mungkin tidak sempurna. Tapi saya tidak pernah menyakiti Mas. Saya tidak pernah memukul Mas. Saya tidak pernah menghina keluarga Mas. Saya hanya perempuan biasa yang berusaha bertahan.” tuturnya.

Ia mencondongkan tubuh sedikit yang sebenarnya kelelahan.

“Dan kalau menurut Mas saya tidak punya masa depan biarkan waktu yang membuktikan. Tetapi saya yakin Tuhan tidak pernah menutup jalan untuk orang yang disakiti tanpa sebab.”

Ardiansyah terdiam, rahangnya mengeras dan nafasnya tercekat. Matanya berkedip cepat seperti mencari kata-kata yang tepat diucapkan untuk membalas Citra.

Citra lalu mengakhiri pembicaraannya dengan elegan, tanpa meninggikan suara.

“Mas boleh pergi sekarang. Bawalah amarah itu bersama Mas karena amarah itu tidak pernah berasal dari orang yang benar.” jelasnya.

Ardiansyah menatapnya tajam, namun akhirnya ia membalikkan badan dan berjalan tergesa-gesa dan ada rasa malu yang dirasakannya lalu pergi tanpa satu kata pun.

Pak Ridho hanya mengangguk kecil, bangga karena Citra berhasil mempertahankan harga dirinya tanpa satu pun sumpah serapah.

Begitu Ardiansyah membalikkan badan, hendak melangkah pergi dengan sisa amarah yang menggumpal dibenak dan jiwanya, Citra memejamkan matanya sejenak. Bukan untuk menahan rasa sakit, tapi untuk menenangkan hatinya sendiri.

Ketika ia membuka mata, suaranya terdengar pelan namun jernih.

“Mas Ardiansyah sebentar.” seru Citra.

Spontan langkah kaki Ardian terhenti. Ia menoleh setengah, enggan tapi dibuat penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh Citra.

Citra menatapnya tanpa ada dendam dan kebencian. Tatapan mata itu masih seperti sebelum kedatangan Ardiansyah menemuinya, namun sudah memancarkan keteguhan dan kedewasaan yang tidak dimiliki banyak orang seumurannya.

“Mas,” ucapnya pelan, “saya tahu hati Mas lagi dipenuhi amarah. Tapi saya tidak mau menambah beban Mas dengan perasaan benci saya kepadamu.”

Ardian menggertakkan gigi-giginya, tapi tidak menyela satupun kata yang terucap.

Citra meneruskan, suaranya lembut, seolah berbicara dari ruang hati yang paling bersih.

“Saya cuma mau bilang semoga kedepannya Mas bisa hidup lebih tenang. Semoga rumah tangga Mas dengan Rose diberi keberkahan, dijauhkan dari masalah, dan Mas bisa menjadi suami dan ayah yang baik untuk anak yang akan lahir nanti.” nasehatnya Citra.

Beberapa orang di bangsal langsung menatap Citra dengan rasa terkagum. Bahkan Pak Ridho sampai menghela napas panjang tanpa suara antara takjub dan juga terharu.

Ardiansyah memalingkan wajah, namun sorot matanya terlihat goyah. Citra tidak berhenti bukan untuk menunjukkan diri, tapi karena hatinya memang bersih.

“Saya juga berdoa semoga Rose diberi kesehatan, kelancaran persalinan, dan semoga dia mendapatkan suami yang bisa membimbing dan menghargainya.”

Nada bicara Citra sangat tulus, bahkan tak ada guratan iri atau dendam.

Ardian menatapnya dengan tatapan yang sulit diterjemahkan apakah marah, malu, dan tercabik-cabik oleh kata-kata yang sama sekali tidak menyakitinya ataukah malahan justru menyadarkannya atas kekeliruan yang telah dilakukannya selama ini.

Citra mengangguk kecil, penuh ketenangan.

“Mas, saya tidak ingin menyesali apa yang pernah kita lewati. Semua itu sudah menjadi bagian dari takdir saya. Dan saya percaya Allah SWT tidak mungkin menakdirkan sesuatu tanpa maksud baik dibalik semua itu.”

Ia tersenyum lembut, senyum yang tidak dibuat-buat.

“Semoga Mas dan Rose diberi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Semoga Tuhan menghapuskan amarah dalam hati Mas dan menggantinya dengan ketenangan.”

Kata terakhir itu membuat Ardiansyah benar-benar terpaku.

Beberapa detik ia hanya diam, seperti menelan ludah yang rasanya sepah dan pahit.

Akhirnya, dengan suara yang hampir tenggelam, ia berkata lirih, “Citra cukup.”

Tapi Citra hanya mengangguk.

“Baik, Mas. Semoga hari-hari Mas baik dan dipermudah segalanya.”

Ardian tidak mampu membalas. Tatapannya kosong, seperti seseorang yang baru saja dipukul bukan dengan tangan melainkan dengan kebaikan yang tak ia sangka dan duga.

Ia akhirnya benar-benar melangkah pergi.

Tanpa kata dan tanpa harga diri yang utuh.

Pak Ridho mendekat, menepuk pelan bahu Citra seperti seorang bapak kepada anaknya.

“Kamu itu anak muda yang hatinya lebih tua daripada usiamu.”

Citra hanya tersenyum kecil.

“Pak, kalau kita balas jahat dengan kejahatan, kapan hatinya bisa sembuh?”

1
Aqella Lindi
tetap d tguya thor semangat💪
Aqella Lindi
jgn lama2 ya thor nti lupa ceritany
Dew666
🍒🍒🍒🍒🍒
Evi Lusiana
dasar laki² gila lo yg nyakitin,nyerai in tp msih jg mo ngganggu hidupny dasr gak waras
Evi Lusiana
sungguh kluarga ardian yg toxic itu pst dpt balasan tlh menyakiti mendholimi mnsia ber akhlak baik sprti citra
Evi Lusiana
menggelikan satu kluarga toxic tunggu sj karma kalian
Dew666
💥💥💥💥💥
Dew666
💃💃💃💃💃
Sastri Dalila
😅😅😅 semangat Citra
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Dew666
🔥🔥🔥🔥🔥
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
Adrian tabur tuai pasti ada .ingat apa yg kamu tuai itu yg akan kamu dpt, dasar mantan suami iblis
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
Bagus Citra.. usah di balas dgn kejahatan pd org yg tlh berbuat jahat kpd kamu.
Sastri Dalila
👍👍👍
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
semoga bener Citra itu anak pak Ridho yg hilang. aduhhh Citra terima saja pekerjaan yg ditawarkan semoga kehidupan kamu berubah dgn lbh baik lagi.
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
rose pasti akan menerima nasib yg sama seperti Citra, jgn terlalu sombong kerna karma itu ada. apa yg dituai itu yg kamu dpt begitu juga dgn ibu serta sdra Andrian yg sudah menyakiti hati dan mental Cutra
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
siapa yg dtg ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: ditebak kira-kira siapa???
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
ayuh Citra ga usah peduli dgn kata2 pedas dari keluarga mantan sok percaya diri bgt mereka.
Zie Zie
cerita yg menarik mencetuskan emosi yg berbagai
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak kakak sudah mampir ditunggu updatenya yah 😘🙏🏻🥰
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
kk mampir di sini thor
itu suami kayak bagaimana ya ga ada perasaan dan hati nurani kpd istrinya yg baru saja keguguran.
Soraya
lanjut thor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak sudah mampir kakak 🙏🏻😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!