Ratih yang tidak terima karena anaknya meningal atas kekerasan kembali menuntut balas pada mereka.
Ia menuntut keadilan pada hukum namun tidak di dengar alhasil ia Kembali menganut ilmu hitam, saat para warga kembali mengolok-olok dirinya. Ditambah kematian Rarasati anaknya.
"Hutang nyawa harus dibayar nyawa.." Teriak Ratih dalam kemarahan itu...
Kisah lanjutan Santet Pitung Dino...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Separuh jiwa
Tuan Zacky berhasil menghentikan aksi warga desa yang protes meminta Ratih diusir dari desa. Ia langsung masuk ke dalam rumah Bude Sukma dan melihat Ratih yang terbaring di tanah dengan kaki yang masih dipasung.
"Tih, apa yang terjadi?" Tuan Zacky bertanya, sambil berlari ke arah Ratih.
Bude Sukma menangis, "Tolong Ratih Mas. Mereka semua percaya bahwa Ratih adalah orang yang berbahaya."
Tuan Zacky memeluk Ratih, "Aku ada di sini, Tih. Aku tidak akan meninggalkan kamu." suara Tuan Zacky hampir terisak saat melihat tubuh Ratih terbaring lemas.
Ratih membuka matanya, perlahan, seolah ia hidup segan mati pun, tak mau. "Tuan...?" katanya, dengan suara yang lemah.
Tuan Zacky tersenyum, "Aku ada di sini, Tih. Aku akan membawa kamu ke tempat yang aman."
Bude Sukma membantu Tuan Zacky melepaskan pasungan Ratih. Setelah pasungan dilepas, Ratih langsung berdiri dan jatuh kedalam pelukan Tuan Zacky.
"Jika seadanya kau tahu Tuan, aku juga masih menyembunyikan cinta selama ini, tapi aku merasa sangatlah jauh untuk bisa mencapaimu." Ratih kembali tidak sadar, air matanya jatuh di pelupuk mata, egonya seketika menurun saat Tuan Zacky mendatanginya dan menolongnya dari amukan para warga.
Tuan Zacky memeluk Ratih, ia membopong tubuh Ratih, menuju ke kamar agar Ratih lekas di obati "Aku ada di sini, Tih. Aku akan melindungi kamu." Tuan Zacky hampir menangis haru.
Di luar, beberapa warga desa masih berkerumun, tapi mereka tidak berani mendekati rumah Bude Sukma lagi. Bu lurah sudah tidak ada di sana, tapi Tuan Zacky tahu bahwa Bu lurah masih memiliki rencana jahat.
"Aku akan membawa Ratih ke tempat yang aman, tapi tolong obati luka Ratih dulu Mba," Tuan Zacky berkata kepada Bude Sukma. "Ya, Mas akan aku lakukan ini segera." Bude Sukma mengangguk..
Diluar sepertinya warga mulai bosan dengan kejadian hari ini, mereka langsung kembali kerumah masing-masing, kembali melakukan pekerjaan mereka.
Sementara itu, Bude Sukma mengobati luka Ratih sambil sesekali melihat kearah Tuan Zacky yang nampak khawatir memandang kearah Ratih.
"Mas, kapan Mas kembali, semalam bukankah sampean sudah pergi?"
Tuan Zacky langsung tersentak mendengar ucapan Bude Sukma. "Emmm... Ia Mba, kemarin sore saya menjemput Sinta untuk kembali pulang ke Semarang, tapi saat tiba disana, fikiran saya begitu tidak tenang, saya terus kepikiran dengan Ratih, setelah Sinta saya turunkan dari mobil saya langsung kembali kesini." Jelas Tuan Zacky gamblang. Ia mengakatkan apa adanya pada Bude Sukma..
Bude Sukma tersenyum, "Oh, begitu ya Mas. Saya tidak tahu kalau Mas Zacky begitu peduli dengan Ratih." Akan tetapi hati Bude Sukma berkata lain, kalau keperdulian Tuan Zacky itu, bukan hanya sekedar perduli semata.
Tuan Zacky tersenyum, "Iya, Mba. Saya memang peduli dengan Ratih. Saya tidak bisa membiarkan dia terluka seperti ini." Tuan Zacky terseyum, tatapan matanya tidak lepas dari Ratih. Pertemuannya kembali dengan Ratih, Tuan Zacky merasa tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, karena ia sudah menunggu selama bertahun-tahun, untuk bisa bertemu dengan Ratih.
Bude Sukma mengangguk, "Saya tahu, Mas. Saya juga sangat peduli dengan Ratih. Saya akan melakukan apa saja untuk membantunya."
Tuan Zacky tersenyum, "Terima kasih, Mba. Saya tahu saya bisa mengandalkan kamu."
Ratih masih terbaring di tempat tidur, dengan mata tertutup. Tuan Zacky memegang tangannya, "Tih, aku ada di sini. Aku tidak akan meninggalkan kamu lagi." gumam Tuan Zacky.
Bude Sukma tersenyum, "Saya akan meninggalkan kalian berdua sejenak, saya akan membuatkan teh hangat." kemudia Bude Sukma beranjak dari duduknya.
Tuan Zacky mengangguk, "Terima kasih, Mba."
Setelah Bude Sukma keluar dari kamar, Tuan Zacky memandang Ratih dengan mata yang penuh kasih sayang. "Tih, aku cinta kamu," kalimat yang ia ungkapkan, seolah kembali membuat dadanya sesak saat empat belas tahun yang lalu cintanya tidak di restui.
Ratih tidak menjawab, karena ia masih pingsan, akan tetapi ia berharap kalau Ratih bisa merasakan perasaanya kembali.
"Masnya nangis?" Bude Sukma kembali masuk kedalam kamar membawa secangkir teh hangat untuk Tuan Zacky, akan tetapi ia menangkap kesedihan dan air mata pada wajah Tuan Zacky
Tuan Zacky langsung mengusap air matanya yang jatuh di pelupuk mata. "Tidak Mba, saya kelilipan." Tuan Zacky berusaha menutupi kesedihannya.
"Mas, boleh saya bertanya? kenapa saya merasa sampean sudah lama mengenal Ratih?" Bude Sukma kembali duduk di ranjang, di bagian kaki Ratih.
"Bolehkah saya sedikit bercerita Mba?" Tuan Zacky berusaha terseyum.
Bude Sukma menganguk, siap mendengarkan cerita Tuan Zacky. "Saya dan Ratih pernah berkenalan empat belas tahun yang lalu." Kata Tuan Zacky pandangannya nanar, mungkin ia berusaha mengingat sebagian ingatannya yang masih tersimpan rapih.
"Bahkan saya begitu mencintai Ratih, ia adalah separuh bagian dari hidup saya Mba, saat itu kedua orang tuanya saya juga sudah setuju kami akan menikah, akan tetapi Ratih menunda waktu, dan saat itu Ratih malah terkena gangguan sihir atau apalah itu. Saya tidak tahu, tapi yang pasti saat itu Ratih dibawa ke pesantren dan ternyata Ratih menganut ilmu hitam." Tuan Zacky menelan Salivanya dalam, ia begitu berat menceritakan semuanya pada Bude Sukma.
"Dan semua itu terdengar hinga ketelinga kedua orang tuanya saya, sebelum kami berpisah saya sempat menemuinya mba, tetapi Ratih masih pingsan, dan saya hanya sempat bicara dengan Bu Mirah." Tuan Zacky menarik nafasnya dalam sebelum kembali bercerita.
"Orang tua saya tidak setuju Mba, karena ada salah satu tetangga Ratih yang bilang, kalu ratih pemuja iblis, dan orangtua. Saya membatalkan rencana pernikahan saya dan Ratih." Tuan Zacky memegang ujung matanya yang basah.
"Kenapa sampean tidak kembali menemui Ratih dan membicarakan kejelasan hubungan kalian?" Bude Sukma menatap kearah Tuan Zacky.
"Ibu saya mengurung saya Mba, bahkan saya tidak di beri izin kemana-mana, dan lebih parahnya ibu saya mengambil keputusan yang paling berat. Ya, itu ia bicara langsung pada Ratih saat Ratih sudah sadar kalau ia membatalkan lamaran itu, saya yakin, saat itu pasti Ratih begitu sakit dengan ucapan ibu saya, dan satu minggu kemudian saya baru di keluarkan dari kamar, disitu saya mengambil keputusan untuk kembali menemui Ratih, tapi Ratih malah pindah Mba, tidak ada seorangpun disana yang memberitahu pada saya alamat Ratih." Tuan Zacky mulai terisak, bahunya naik turun terguncang.
"Dan empat tahun kemudian saya di jodohkan dengan Sinta, saya tidak bisa menolak itu, karena dibawah tekanan kedua titah oran tua saya. Dalam ketidak berdayaan saya fikir akan belajar ikhlas Mba, tapi ternyata selama sepuluh tahun ini saya merasakan sakit yang luar biasa, saya merasa berdosa karena menikahi seorang wanita yang tidak saya cintai." Suara Tuan Zacky makin terisak dalam.
"Maaf Mas, karena saya malah mencoba mengigatkan Mas pada masalalu itu." Bude Sukma menatap Tuan Zacky penuh dengan kesedihan yang mendalam.