NovelToon NovelToon
Perjalanan Mengubah Nasib

Perjalanan Mengubah Nasib

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO
Popularitas:556
Nilai: 5
Nama Author: clara_yang

Bagaimana jadinya jika seorang wanita yang dulunya selalu diabaikan suaminya bereinkarnasi kembali kemasalalu untuk mengubah nasibnya agar tidak berakhir tragis. jika ingin tau kelanjutannya ikuti cerita nya,,!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon clara_yang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Rumah Kenny dipenuhi aroma kayu manis dan jahe ketika mereka tiba siang itu. Ibunya memang sengaja memasak wedang hangat untuk menyambut kepulangan putra satu-satunya. Ruang tamu tampak rapi dan bersih—seperti rumah yang sudah disiapkan untuk menyambut pasien yang baru saja kembali dari pertempuran panjang.

Kenny melangkah perlahan masuk ke dalam rumah, dengan Keyla yang setia memegangi lengannya. Setiap langkah masih terlihat berat, tetapi ada senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya.

“Rumah sendiri rasanya beda, ya,” gumam Kenny sambil menarik napas dalam-dalam. “Beda banget sama rumah sakit.”

Keyla tersenyum. “Jelas beda. Di sini nggak ada perawat bawel.”

“Dan nggak ada yang ngasih aku obat tiap dua jam.”

“Kalo itu…” Keyla mengangkat alis. “Aku bisa gantiin perawatnya.”

Kenny memutar bola mata lalu tertawa. “Bagus sih… asalkan kamu nggak bawel.”

Keyla mengancamnya dengan tatapan pura-pura galak. “Jangan bikin aku bawel, kalau nggak, aku suruh kamu minum obat tiap setengah jam.”

Kenny tertawa lagi, meski kemudian tangannya memegang dada dengan hati-hati. “Aduh. Jangan banyakin aku ketawa dulu. Masih sakit.”

Keyla langsung panik kecil. “Maaf! Ya ampun. Kamu nggak apa-apa?”

Kenny tersenyum kecil. “Nggak apa-apa kok. Kamu lucu aja kalau panik.”

Keyla mendecak. “Ken, kalau kamu terus ngegodain aku, kamu sembuhnya lama.”

“Kalau pun lama… aku kan ada kamu.” Kenny menjawab santai.

Keyla langsung terdiam. Wajahnya memerah lagi—momen yang akhir-akhir ini sering terjadi karena Kenny tidak ragu menunjukkan perasaan yang selama ini ia sembunyikan.

Siang itu, keluarga Kenny mengumpulkan mereka di ruang tengah. Ibunya menghidangkan makanan hangat yang sudah lama tidak dirasakan Kenny. Meski masih harus makan yang lembut dan tidak berbumbu tajam, pemandangan meja penuh hidangan membuat perutnya ikut bergemuruh.

“Pelan-pelan makannya, Nak,” pesan ibunya.

“Iya, Ma.”

Keyla duduk di sampingnya, memerhatikan setiap gerakannya. Bukan karena ia tidak percaya Kenny bisa makan sendiri, tapi karena kebiasaan barunya—peduli tanpa bisa dikendalikan.

“Aku bisa makan sendiri loh, Key,” ujar Kenny sambil tersenyum geli.

Keyla mengerucutkan bibir. “Aku cuma memastikan kamu nggak batuk atau kesedak.”

“Kalau kesedak, kamu mau napokin aku?”

“Bisa aja,” jawab Keyla sambil memutar bola mata.

Keluarga mereka tertawa melihat interaksi mereka. Ayah Kenny bahkan berdeham sambil berkata, “Kalau begini terus, bapak nggak perlu mikir lama-lama buat meresmikan hubungan kalian.”

Keyla hampir tersedak air minumnya. Sementara Kenny langsung memerah lebih hebat dari sebelumnya.

“Pa!” protes Kenny.

“Lho, memang salah?” Ayahnya terkekeh, tak peduli wajah pasangan muda itu sudah merah seperti kepiting rebus.

Ibunya menyahut, “Yang penting kalian jaga satu sama lain. Mama nggak mau ada yang terluka lagi.”

Ucapan itu membuat suasana sejenak hening. Semua teringat pada kejadian yang hampir merenggut dua nyawa itu. Namun Keyla menunduk dan menjawab pelan, “Aku janji, Tante. Aku bakal jaga Kenny.”

Kenny menatapnya—ada sorot yang tidak bisa ia sembunyikan. Campuran haru, sayang, dan rasa percaya.

Setelah makan siang, Keyla membantu Kenny naik ke kamarnya. Ia mendukung tubuh Kenny perlahan hingga akhirnya mereka tiba di ranjang.

Begitu Kenny duduk, ia memejamkan mata sejenak memperbaiki posisi napasnya. Keyla duduk di tepi ranjang dengan ekspresi cemas.

“Kamu capek?” tanya Keyla pelan.

“Sedikit. Tapi lebih capek nahan rasa malu karena tadi Papa bilang begitu.”

Keyla tertawa kecil. “Aku juga malu.”

Kenny membuka mata perlahan, menatap Keyla. “Tapi kamu nggak keberatan… kan?”

Keyla terdiam sebentar. “Soal apa?”

“Soal… kita.” Kenny menarik napas pelan. “Kita yang sekarang. Kita yang udah jujur sama perasaan masing-masing.”

Keyla menunduk. “Aku nggak keberatan, Ken.”

Kenny mengangguk kecil, seakan sebuah beban yang ia simpan sejak kemarin akhirnya terangkat.

“Bagus.” Kenny tersenyum kecil. “Karena aku mau kamu di sini. Aku mau kamu ada dalam hidup aku. Bukan cuma sebagai teman…”

Keyla mengangkat wajahnya, menatap mata Kenny.

“…tapi sebagai seseorang yang aku sayang.”

Keyla membeku. Suara Kenny begitu lembut, begitu jujur. Tanpa disadari, Keyla meraih tangan Kenny dan menggenggamnya.

“Ken…” bisiknya. “Aku sayang kamu juga. Bukan cuma karena kamu nyelametin aku. Tapi karena kamu Kenny. Kamu yang keras kepala, yang baik, yang selalu mikirin orang lain sebelum diri sendiri.”

Kenny menatapnya lama. “Aku takut kamu ngomong itu cuma karena kejadian kemarin.”

“Enggak.” Keyla menggeleng mantap. “Aku suka kamu bahkan sebelum semua itu terjadi. Aku cuma nggak berani bilang.”

Kenny tersenyum—senyum yang terlihat seolah menyalakan seluruh ruangan.

“Kalau gitu… mulai sekarang kita jujur, ya.”

“Jujur tentang apa?”

“Jujur tentang apa yang kita rasain. Apa pun itu.”

Keyla mengangguk. “Oke. Kita jujur.”

Mereka saling menatap—lama, hangat, dan tanpa kata-kata. Seakan kedua hati mereka berkomunikasi sendiri.

Sore harinya, Keyla membantu merapikan kamar Kenny. Ia menata meja yang berantakan, menyapu debu, dan mengganti selimut. Ketika ia hendak mengambil gelas di atas lemari kecil, Kenny memanggilnya pelan.

“Key…”

“Hm?” Keyla berbalik.

Kenny menatapnya lama. “Kamu… mau di sini terus kan? Maksud aku… nemenin aku sampai sembuh?”

Keyla tersenyum lembut. “Aku bakal ada di sini. Sampai kapan pun kamu butuh.”

Jawaban itu membuat hati Kenny berdegup lebih kencang. “Kalau aku butuh kamu selamanya?”

Keyla menatapnya. Ada keheningan beberapa detik sebelum ia menjawab.

“Kalau itu maunya kamu…” Keyla tersenyum manis. “…aku nggak keberatan sama sekali.”

Kenny membeku seperti patung selama tiga detik. Lalu wajahnya memerah seperti tomat.

Keyla tertawa melihat reaksinya. “Ya ampun, kamu lucu banget kalau grogi gitu.”

“Aku nggak grogi,” bantah Kenny cepat.

“Bohong.”

Kenny menghela napas, menyerah. “Oke. Aku grogi.”

Keyla mendekat, lalu duduk di sampingnya. “Nggak perlu grogi.”

“Aku grogi karena kamu selalu bikin aku kayak… gini.” Kenny menunjuk dadanya. “Deg-degan.”

Keyla tersenyum hangat dan menggenggam tangannya. “Aku juga deg-degan, Ken.”

Hening sejenak, tetapi hening yang nyaman.

“Key…” Kenny memanggil lagi, suaranya pelan.

“Ya?”

“Aku boleh bilang sesuatu yang agak… serius?”

Keyla mengangguk. “Boleh.”

Kenny menarik napas. “Aku nggak cuma suka kamu. Aku… aku beneran lihat masa depan sama kamu.”

Keyla terdiam, bukan karena ragu—tapi karena kata-kata itu masuk terlalu dalam.

“Aku tahu kita masih muda,” lanjut Kenny. “Masih banyak hal yang bisa berubah. Tapi setelah semua yang terjadi… aku sadar kalau aku nggak mau ada hidup di mana kamu nggak ada di dalamnya.”

Perlahan, mata Keyla berkaca-kaca.

“Ken…”

“Kalau kamu nggak siap ngomong apa-apa, nggak apa-apa. Kamu nggak harus jawab sekarang. Aku cuma… aku butuh kamu tahu.”

Keyla memegang pipinya, menatapnya penuh cinta.

“Kenny,” bisiknya. “Aku juga ngerasain itu.”

Kenny membeku lagi. “Kamu…?”

Keyla mengangguk kecil. “Aku juga lihat masa depan… yang ada kamu di dalamnya.”

Kenny menutup mata, menahan emosi yang hampir pecah. “Terima kasih, Key…”

Keyla menyentuh pipinya lembut. “Kita pelan-pelan, ya. Tapi kita jalan bareng.”

Kenny membuka mata, mengangguk. “Oke. Kita bareng.”

Dan untuk pertama kalinya sejak mereka jujur tentang perasaan masing-masing, Keyla menunduk perlahan… dan mengecup kening Kenny dengan lembut.

Ciuman singkat, tapi penuh janji.

Janji bahwa hubungan mereka tidak lagi terhenti pada ketakutan—tetapi bergerak maju, perlahan namun pasti.

Dan di bawah langit senja yang mengintip dari jendela, keduanya tahu…

Mereka sedang memulai babak baru dari kisah yang akhirnya punya arah yang sama.

1
SHAIDDY STHEFANÍA AGUIRRE
Nangkring terus
Tsuyuri
Ngga kecewa sama sekali.
sweet_ice_cream
Jangan berhenti menulis, cerita yang menarik selalu dinantikan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!