NovelToon NovelToon
ISTRI DADAKAN MAS SANTRI

ISTRI DADAKAN MAS SANTRI

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikahmuda / Poligami / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Pernikahan rahasia
Popularitas:705
Nilai: 5
Nama Author: Miss Flou

Arshaka Beyazid Aksara, pemuda taat agama yang harus merelakan hatinya melepas Ning Nadheera Adzillatul Ilma, cinta pertamanya, calon istrinya, putri pimpinan pondok pesantren tempat ia menimba ilmu. Mengikhlaskan hati untuk menerima takdir yang digariskan olehNya. Berkali-kali merestock kesabaran yang luar biasa untuk mendidik Sandra, istri nakalnya tersebut yang kerap kali meminta cerai.
Prinsipnya yang berdiri tegak bahwa pernikahan adalah hal yang sakral, sekeras Sandra meminta cerai, sekeras dia mempertahankan pernikahannya.
Namun bagaimana jika Sandra sengaja menyeleweng dengan lelaki lain hanya untuk bercerai dengan Arshaka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Flou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Selimut Dalam Tidurmu

“Apakah yang ada di pikiranmu hanya perceraian? Buat apa menikah jika hanya untuk bercerai?” Sebelah alis Arshaka naik tinggi.

“Karena aku cuma mau nikah sama orang yang aku cinta.”

“Kalau benar ada lelaki yang kamu cinta, kenapa kamu cium saya waktu di kafe?” tanya Arshaka.

Sandra terdiam beberapa detik, otaknya bekerja keras mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan pemuda yang tengah memilin rambutnya tersebut.

“Karena dia nggak suka sama aku,” jawab Sandra sekenanya.

“Jelas tidak mau, sebab kamu hanya berkhayal.”

“Aku juga nggak minta kamu buat percaya.”

Arshaka berdecak pelan. “Terserah kamu saja. Mau makan sekarang atau nanti? Sudah matang mungkin buburnya.”

“Nggak mau. Pahit.” Sandra menolak.

“Bagaimana kamu bisa minum obat kalau tidak ada makanan yang masuk ke perutmu, Sandra. Sedikit saja tidak apa-apa, asal tidak kosong perutmu.”

Sandra kukuh, dia menggelengkan kepala. “Nggak mau. Nggak usah maksa!”

“Ya sudah, lepas kalau kamu tidak mau makan,” ancam Arshaka.

Sandra mencebikkan bibirnya. Ia menyingkir, menggulingkan tubuh ke sisi kanan dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Namun hal itu hanya terjadi sekitar satu menit.

Arshaka tidak bisa menahan kekehannya saat Sandra membuka selimut dengan wajah semakin merah dan napas memburu. Gadis itu kepanasan. “Sudah saya bilang, satu-satunya yang boleh memiliki sifat sombong adalah Allah.”

“Berisik!” dengus Sandra sembari memeluk guling dengan erat.

Arshaka mengacak rambut Sandra. “Tunggu sebentar,” ujarnya lalu pergi ke dapur dan kembali dengan membawa nampan berisi mangkuk bubur, segelas jus, air mineral serta obat dan vitamin.

“Bangun dulu, Sri,” kata Arshaka sembari mendaratkan bokong di tepi ranjang dengan sebelah kaki yang ia lipat ke atas pembaringan.

“Males ah.”

“Makan sedikit saja.” Telapak tangan Arshaka membuka selimut Sandra. Saat dia ingin bicara ia memalingkan wajah ke sisi kiri sembari menutup sebagian wajahnya dengan tangan kiri tatkala ia bersin. “Alhamdulillah.”

Sandra mendengus pelan. Perlahan ia duduk, bersandar pada headbord ranjang. “Dikit aja,” ketusnya.

“Iya sedikit. Cuma sepuluh sendok,” sahut Arshaka membuat Sandra melotot.

“Ck! Aku aja,” decak Sandra saat Arshaka ingin menyuapinya.

Disingkirnya pelan tangan Sandra yang hendak menyambar mangkuk, Arshaka berucap, “Patuh sama suami!”

“Suami paksa!”

“Jangan terus mengelak. Tidak ada yang bisa menghindar dari pesona saya. Jatuh cinta, sedetik tidak melihat, rindu terus kamu sama saya.”

“Sifatnya sombong hanya boleh dimiliki Tuhan.” Sandra menyindir dengan mengulang perkataan Arshaka.

Lagi, Arshaka kian tertawa geli hingga deretan giginya terlihat pun matanya menyipit membentuk bulan sabit. Ia geleng-geleng kepala, lalu mulai menyuapi Sandra dengan telaten. “Suka?”

Sandra menggeleng, tidak ada rasa di lidahnya selain pahit. Arshaka pun tidak memprotes dan tetap menyuapi istrinya tersebut.

“Udah.”

“Sedikit lagi, habiskan.”

Gadis itu kukuh menolak, tidak ada nafsu makan sedikitpun walau perut ia terasa lapar.

Arshaka menghela napas, mengangguk lalu dia taruh mangkuk tersebut di atas nampan dan mengambil segelas air yang langsung Sandra teguk. “Saya tinggal dulu sebentar tak apa?” Setelah memastikan Sandra minum obat, Arshaka melemparkan pertanyaan.

Sandra lantas membawa pandangannya, dan sedikit mengerutkan kening melihat hidung Arshaka yang memerah. Sinar mata Sandra yang penuh tanya, tetapi gengsi untuk bertanya membuat Arshaka menjawab, “Saya mau ke kamar bawah sebentar.”

Adalah tidak benar ucapan Arshaka , ia masuk ke satu ruang pribadinya yang tidak pernah dia izinkan masuk ke dalam terkecuali kedua orang tuanya. Sampai di sana dia mengambil satu kotak berisi obat-obatan. Merobek beberapa butir bungkus obat tersebut dan melangkah menuju dapur.

Kepalanya terasa sangat berat, serta indera penciumannya kian menurun. Sering kali tubuhnya bereaksi demikian. Sebagai pengidap asma dan sinusitis, ia harus menghindari asap rokok serta hal-hal yang membuat dadanya sesak. Akan tetapi, dua hari belakangan Arshaka tidak bisa menghindari hal tersebut saat membaur dengan Pak Hamdan yang merupakan perokok aktif.

Drtt, drtt, drtt!

Kasih ibu sepanjang masa, firasatnya tak pernah salah. Arshaka tersenyum, lantas menjawab panggilan masuk dari Deeba.

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Umma apa kabar?” sapa Arshaka seraya mendaratkan bokongnya di atas kursi mini bar.

“Waalaikumssalam warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah baik, Nak. Apakah kamu baik-baik saja?”

“Alhamdulillah ku baik-baik saja.” Ia merutuk dalam hati ketika dirinya bersin selepas menjawab pertanyaan Deeba.

“Jangan pernah membohongi ibumu. Kamu merokok?” tuding Deeba.

Arshaka terkekeh seraya menyumbat hidung dengan tissue. “Afwan, Umma. Tidak, cari mati namanya. Hanya sedikit berinteraksi dengan perokok.”

“Kamu bisa menghindar atau meminta pengertian mereka, Nak. Rebus air dan uap hidungmu. Nanti Ibu datang.”

“Iya ini sedang merebus air. Ibu tidak usah kemari. Aku sudah beristri, rasanya aneh kalau masih diurus orang tua. Lagi pula aku sudah biasa.”

“Ck! Kamu selalu bertindak seperti tidak membutuhkan ibumu lagi.”

“Kata siapa? Aku sangat membutuhkan Umma, terutama sujud dan doa Umma yang mujarab itu,” sahut Arshaka tertawa kecil seraya menggoda.

Terdengar dengusan dari sana dan Arshaka tersenyum simpul. “Bagaimana kabar menantu ibu?”

“Sandra sedang sakit.”

“Loh, kenapa tidak memberi tahu Ibu? Sakit apa dia? Sudah dibawa ke dokter atau kamu panggilkan dokter?” tanyanya dengan cemas.

“Sandra hanya kelelahan sebab aku membuat peraturan agar dia tidak nakal lagi.”

“Kamu buat peraturan apa? Jangan dipress seperti itu, Nak!”

“Tidak, Bu. Aku hanya membiasakannya untuk salat lima waktu dan memakai pakaian yang benar. Itu saja.”

“Sudah dibawa ke dokter?”

“Belum. Sandra tidak mau. Rencananya nanti malam akan aku panggilkan dokter kalau demamnya belum turun.”

“Ya sudah, jika sempat nanti Ibu mampir ke tempatmu selepas dari tempat Tante kamu.”

“Dengan Ayah?” Sembari mematikan kompor, Arshaka bertanya.

“Tidak, dengan Arvhi dan calon adik iparmu.”

Arshaka menggosok hidung dan berucap lirih, “Baiklah.”

“Dalam dua atau tiga hari kedepan kamu memiliki waktu, Nak?”

“Apa yang bisa kubantu?”

“Temani Arvhi dan ayahmu ke As-Shobirin untuk memberikan undangan pernikahan untuk Kyai Yaseer.”

Spontan Arshaka terdiam mendengar permintaan Deeba. Terlintas lagi sosok Nadheera di pikirannya dan seketika denyutan sakit pun tercipta di dalam sana.

“Insyaa Allah, ya, Bu. Nanti aku usahakan, kalau tidak bentrok dengan tugas,” balasnya dengan suara serak. Tenggorokannya tiba-tiba sakit.

Tidak memikirkan hatinya yang entah seperti apa, Arshaka langsung menguap hidung dengan air hangat setelah panggilan berakhir dan ia kembali naik ke atas lima belas menit kemudian.

Sudah pukul sembilan, Arshaka masih melakukan zoom meeting dengan panitia Haflah di As-Shobirin. Syukurnya malam Iki diskusi dipimpin oleh Hesti sebagai perwakilan dari Nadheera karena gadis itu memiliki keperluan yang tidak bisa ditinggalkan, sehingga Arshaka tidak perlu merasakan gelisah galau dan merana.

Jeda musyarawah. Arshaka memutuskan beranjak sejenak untuk memastikan kondisi Sandra. Paracetamol yang diberikannya tidak bekerja dengan baik, suhu tubuh Sandra semakin tinggi.

Tak pelak hal tersebut membuatnya lekas menghubungi dokter pribadi Aksara. Zoom meeting pun ia tinggalkan dengan berat hati.

Setelah diperiksa, dokter mengatakan bahwa Sandra mengalami dehidrasi akibat stres kronis yang membuat aldosterone dalam tubuh berkurang hingga menyebabkan ketidakseimbangan cairan dalam tubuh. Belum lagi dengan tempo hari dia meminum alkohol dalam kadar yang tidak sedikit.

Alhasil Sandra terpaksa mendapatkan asupan cairan infus dan Arshaka pun mendapat omelan dari sang ibunda.

“Sudah, Kak. Aku tidak mau melihat kerutan di wajahmu semakin banyak. Jangan marah-marah terus.” Narestha mengerlingkan sebelah matanya pada Deeba lalu dia kecup pipi istrinya tersebut. “Aku masih terlalu muda, nanti dinilai orang kamu adalah ibuku.”

Arshaka tidak bisa menahan tawanya. Memang Deeba lebih tua daripada Narestha yang hingga saat ini tak jarang memanggil kekasih hatinya dengan panggilan kakak.

“Suami kurang ajar memang,” delik Deeba melototkan mata dan tergelak lah Narestha bersama putra sulungnya yang semakin menjadi.

“Beginilah sifatnya wanita. Saat belum menjadi ibu, dia masih berlakon layaknya gadis lugu nan pemalu. Tapi kalau sudah memiliki anak, sifat bawaannya muncul semakin kentara. Galak dan menyeramkan,” kekeh Narestha, "sudah ayo pulang, biarkan mereka istirahat."

Lengang. Sepeninggal keduanya, unian tersebut kembali sepi. Menyisakan Arshaka yang

“Hp-nya ditunda dulu, Sandra,” peringat Arshaka pada Sandra yang sejak tadi diam sembari bermain ponsel.

“Lagi telpon Mama,” jawab Sandra sembari menatap layar ponsel, menunggu Mia mengangkat panggilannya.

“Sudah malam, mungkin sudah tidur. Besok lagi saja.”

Menghela napas panjang, Sandra meletakkan ponsel di sisi kanannya. Lalu ia memiringkan tubuh ke kiri, melihat tangannya yang terpasang selang infus.

“Tidur, saya temani.” Arshaka mengusap kepala Sandra dengan lembut.

Tidak ada tenaga untuk Sandra mengoceh malam ini. Sekujur tubuhnya terasa begitu ngilu, bahkan tarikan napas pun terasa sangat pendek dan panas. Ia hanya mampu manut dengan Arshaka yang duduk di kursi tepat di sisi ranjang sambil menggenggam telapak tangan kirinya.

Dengan sinar matanya yang lembut, Arshaka tilik lekat wajah Sandra. Ada rasa bersalah yang menyelinap masuk ke dalam sanubari sebab telah membuat gadis keras kepala itu sakit. Namun, itu adalah cara Arshaka untuk mendidik Sandra.

“Tidak bisa tidur?”

Sandra mengangguk setelah sepuluh menit dia berusaha untuk terlelap tetapi tak kunjung juga tidur.

“Boleh saya melakukanya malam ini atau sampai kamu terlelap?” Arshaka bertanya dengan hati-hati.

“Apa?”

“Menjadi selimut saat tidurmu.”

1
Marlina Selian
haha lucu banget
Marlina Selian
lanjut thoor tetap semagat 🥰🥰🥰🥰
Marlina Selian
ikutan hayut dalam cerita ya hati ku teriris jugak
윤기 :3
Gila aja nih cerita, bikin gue baper dan seneng banget!
Miss Flou: Hallo, terima kasih sudah mampir, Kak. Semoga betah ya di sini sampe ending🥰
total 1 replies
Miss Flou
Annyeong, selamat datang😍
Ini novel pertama saya, semoga kalian suka ya. Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar, Sayangku🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!