Kenneth memutuskan untuk mengasuh Keyra ketika gadis kecil itu ditinggal wafat ayahnya.
Seiring waktu, Keyra pun tumbuh dewasa, kebersamaannya dengan Kenneth ternyata memiliki arti yang special bagi Keyra dewasa.
Kenneth sang duda mapan itupun menyayangi Keyra dengan sepenuh hatinya.
Yuk simak perjalanan romantis mereka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YuKa Fortuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12. Sekolah Kepribadian
12
Pagi Minggu itu, suasana rumah yang biasanya tenang berubah total.
Madame Elvira berjalan di koridor seperti ratu yang memeriksa istananya.
Langkahnya ringan, tapi berwibawa.
Wangi parfumnya saja terasa seperti sesuatu yang mahal dan disiplin.
Keyra mengikuti dari belakang sambil bermuka masam.
“Kita mulai dengan ruanganmu,” ujar Madame Elvira tanpa menoleh.
Keyra mendengus pelan. “Kamar aku baik-baik aja, kok.”
“Aku tidak bilang buruk,” jawab Elvira sambil membuka pintu kamar Keyra. “Tapi aku ingin lihat apakah ruangannya mencerminkan gadis bangsawan… atau remaja yang masih kebingungan.”
Sret.
Tirai jendela dibuka lebar.
Tempat tidur Keyra rapi, tapi ada beberapa buku berserakan, sedikit skincare terbuka, dan seragam yang digantung sembarangan.
Madame Elvira tidak berteriak.
Tidak memarahi.
Tidak mengkritik keras.
Ia hanya menatap.
Tenang.
Elegan.
Tapi menembus jantung.
“Keyra,” katanya lembut, “ruangan menunjukkan pikiran. Kepala yang berantakan akan tercermin pada lingkungan yang berantakan.”
Keyra mengangguk malas.
Elvira melanjutkan, “Mulai hari ini, kita biasakan pola baru: bangun pukul lima, peregangan tubuh, mandi air hangat, menyusun kamar, lalu sarapan sehat.”
Keyra memutar bola mata. “Jam lima? Aku mau sekolah, bukan ikut pelatihan militer...”
Elvira mengangkat tangan, menghentikan.
“Wanita terhormat dilatih sejak pagi agar pikirannya jernih, tubuhnya segar, dan sikapnya terkendali.”
Keyra ingin membantah lebih keras…
tapi dari ujung mata ia melihat Kenneth berdiri di ambang pintu.
Tersenyum lembut.
Bangga.
Seolah hal ini adalah keputusan terbaik yang pernah ia buat.
Dan itu sudah cukup untuk membuat Keyra menutup mulut, menghela napas, dan berkata…
“Baik… Madame.”
Elvira tersenyum tipis. “Pintar.”
**
Pelajaran Jalan, Sikap, dan Bicara
Di ruang tengah, Elvira berdiri di depan Keyra dengan sebuah buku di kepala.
“Berjalanlah dari sini ke ujung ruangan.”
Keyra memprotes, “Kayak mau ikut kontes ratu kecantikan aja…”
“Wanita dari keluarga terhormat,” kata Elvira kalem, “harus bisa berjalan dengan pondasi kuat namun tetap anggun.”
Keyra akhirnya berjalan pelan, buku nyaris jatuh.
“Punggungmu,” tegur Elvira pelan.
Keyra meluruskan punggung.
“Bahumu.”
Keyra menegakkan bahu.
“Dagumu.”
Keyra mengangkat dagu sedikit.
“Lihat? Jauh lebih baik,” Elvira tersenyum.
Keyra terpaksa ikut tersenyum tipis…
sementara matanya melirik Kenneth yang menonton dari sofa.
Ken memberi acungan jempol kecil.
Dan hati Keyra langsung meleleh.
Ah… dia bangga…
Sekejap, semua kekesalannya seperti lenyap.
**
Etiket Makan
Siang harinya, mereka duduk di meja makan.
Madame Elvira menatap posisi garpu dan pisau Keyra.
“Tidak seperti itu.”
Keyra menghela nafas keras. “Aku lapar, bukan mau ikut makan malam kerajaan...”
“Semakin lapar seseorang,” Elvira membalas, “semakin terlihat karakternya saat makan.”
Kenneth tertawa kecil mendengar itu.
Ia berusaha menutupinya dengan mengusap bibir.
Keyra langsung merona, antara malu dan kesal.
Untuk ke sekian kalinya, ia menuruti instruksi Elvira.
Tidak karena ia setuju…
tapi karena ia ingin terlihat baik di mata Kenneth.
Karena setiap kali ia mematuhi, Kenneth terlihat… bahagia.
Dan hal itu seperti dorongan terbesar untuk Keyra.
**
Sore Hari...
Setelah beberapa jam latihan yang melelahkan, Keyra akhirnya merebahkan diri di sofa.
Elvira berdiri tegak seperti biasa.
“Besok kita lanjutkan dengan latihan pengendalian emosi, public speaking, serta seni merespons secara elegan.”
Keyra mengerang seperti anak kecil.
“Tolong bilang ke Ken kalo ini penyiksaan…”
Saat itu, Ken muncul dari dapur dengan dua gelas jus segar.
“Ini buat kalian,” ujarnya hangat.
Keyra langsung duduk tegak, tersipu.
Elvira menerima jus itu dengan anggun. “Terima kasih, Tuan Miles.”
Keyra menerima jus itu sambil melirik Ken dengan tatapan… penuh harapan.
Ia menunggu komentar.
Ucapan pujian kecil saja.
Apa pun.
Ken mengusap puncak kepala Keyra lembut.
“Om bangga padamu. Kamu hebat hari ini.”
Dan hati Keyra langsung bergetar.
Semua rasa kesal, jengkel, lelah...
semuanya hilang dalam satu sentuhan dan satu kalimat itu.
Keyra meneguk jusnya sambil menunduk…
berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.
Karena sejujurnya…
Alasan ia menurut bukan karena Elvira.
Tapi karena Kenneth.
**
Malam itu, setelah latihan selesai, Keyra mandi lalu berdiam di kamarnya. Rambutnya masih basah, tubuhnya pegal luar biasa. Ia hanya ingin rebah di kasur dan tidak bergerak.
Namun suara percakapan dari ruang tengah membuat telinganya gatal.
Suara Ken…
Dan suara Madame Elvira.
Keyra otomatis menghentikan gerakan, lalu berdiri di ambang pintu, tidak benar-benar mengintip, tapi cukup dekat untuk mendengar percakapan mereka.
Percakapan Madame Elvira dan Ken
Madame Elvira duduk tegak seperti aristokrat, sedangkan Ken bersandar di sofa di seberangnya, satu tangan meremas pelipisnya seolah memikirkan banyak hal.
“Bagaimana menurut Anda, Madame?” tanya Ken pelan.
“Saya rasa,” jawab Madame Elvira sambil menyesap teh, “Keyra bukan hanya ingin berubah. Dia ingin mengambil hati seseorang.”
Ken terdiam sejenak.
Napasnya terdengar pelan, tetapi jelas sedikit terguncang.
Madame Elvira melanjutkan dengan nada lebih lembut,
“Dan seseorang itu… tampaknya adalah Anda, Tuan Miles.”
Ken menundukkan kepala, tertawa kecil namun tak sanggup menyangkal.
“Dia hanya… ingin diterima. Itu saja.”
Madame Elvira mengangkat satu alis, tatapannya tajam namun tidak menyudutkan.
“Tidak. Bukan hanya diterima. Dia ingin Anda melihatnya sebagai wanita. Itu berbeda.”
Ken memejamkan mata sejenak.
“…Saya tahu.”
Jawaban itu lirih.
Hampir seperti pengakuan yang sedari tadi ia tahan.
Madame Elvira tersenyum samar.
“Dan Anda pun… tampak tidak kebal terhadapnya.”
Ken menoleh, sedikit kaget, tapi tidak membantah.
Hanya mata Ken yang menerawang, seperti memikirkan Keyra, tawa kerasnya, kejujurannya, kesembronoannya, dan cara ia patuh hanya ketika Ken yang bicara.
“Dia masih muda,” ujar Ken akhirnya.
“Terlalu muda untuk arah pikiran seperti itu…”
“Tapi tidak terlalu muda untuk jatuh cinta,” sahut Madame Elvira lembut.
Ken terdiam lama.
“Justru itu yang membuat semuanya rumit.”
Nada suaranya membuat dada Keyra tercubit halus, seperti rasa sakit kecil yang tidak ia harapkan.
Dari balik ambang pintu, Keyra menggigit bibir.
Ada rasa panas yang merambat di dadanya.
Ken berbicara begitu lama, dengan suara yang sangat tenang, dengan wanita elegan itu.
Dan entah kenapa itu membuat Keyra merasa… tergantikan.
Madame Elvira terlihat baik di samping Ken.
Dewasa, anggun, pintar bicara, paham etika.
Sesuatu yang Keyra belum miliki.
Rasanya tidak adil.
Ken bicara lebih banyak dengan Madame Elvira malam ini
…daripada dengan dirinya seharian penuh.
Keyra mengerutkan alis, hatinya mengetat tanpa alasan jelas.
"Apa Ken lebih suka tipe perempuan seperti Madame…?"
Pertanyaan itu menyengat lebih tajam dari yang ia sangka.
Keyra mundur perlahan, masuk ke kamarnya, lalu menutup pintu pelan, tak ingin mereka tahu ia menguping.
Ia membanting diri ke kasur, memeluk bantal, wajahnya cemberut berat.
“Ken ngomong sama dia lama banget…”
gumamnya kesal, tanpa sadar suaranya merajuk.
“Cih… ngapain juga aku cemburu…”
Tapi pipinya panas.
Jantungnya kesal tanpa alasan.
Dan untuk pertama kalinya…
Keyra benar-benar merasakan cemburu.
Mampukah Keyra menahan luapan emosi?
.
YuKa/ 021125
keburu Keyra digondol Rafael😏
gitu aja terus Ken. sampe Keyra berhenti mengharapkanmu, baru tau rasa kamu. klo suka bilang aja suka gitu loh Ken. sat set jadi cowok. hati udah merasakan cemburu, masih aja nyangkal dengan alasan, kamu tanggung jawabku😭😭😭