Ketika mimpi tidak sesuai dengan realita!
Kaira, seorang gadis sederhana, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis ketika dinikahi oleh pria kaya keturunan bangsawan terhormat, Kairo Archipelago Attar. Pria yang selama ini tampak ramah dan penuh pesona justru menunjukkan wajah aslinya setelah mereka menikah.
Bagi Kairo, Kaira bukanlah istri—melainkan pion. Tujuannya hanya satu: membuka kedok para pengkhianat dalam keluarga bangsawan Archipelago Attar, meski harus mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Namun, pernikahan itu menyeret Kaira ke dalam pusaran intrik, politik, dan dendam. Ia menerima penghinaan dan perlakuan kasar dari keluarga bangsawan yang membencinya. Di tengah kekacauan itu, hanya satu pertanyaan yang terus menghantui:
Apakah Kairo akhirnya akan membuka mata dan melindungi istrinya?
Atau tetap memilih mengorbankannya demi rencana yang sudah ia bangun?
“Aku menikahi mu untuk menghancurkan mereka… tapi justru aku yang hancur karena mencinta mu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Royals — BAB 08
PERNIKAHAN DADAKAN?
Di saat semuanya masih diam, Kairo mulai berdiri dari duduknya dan menatap tegas ke keluarga nya. “Besok kami akan menikah, dan aku berharap tidak ada yang keberatan.” Ucap Kairo membuat semuanya terkejut termasuk Kaira yang nampak kebingungan dengan apa yang pria itu lakukan.
Padahal di awal, Kairo mengatakan bahwa mereka hanya akan makan malam.
“Cih, apa kau segera ingin mewarisi Archipelago Attar huh?!” sindir Caesar seraya meneguk wine nya sembari menyeringai kesal.
“Anggap saja seperti itu. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi jika ayahku yang meminta, maka akan aku lakukan. Siapkan pernikahan ku, dan kita bisa menandatangani nya besok, Paman!” kata Kairo yang kini menatap ke arah Raziq.
Sedangkan Kusuma terlihat kaget sekaligus gelisah hingga berkerut alis penuh keheranan. -‘Apa dia tidak membaca surat yang aku kirim? Apa Sri belum memberikannya? Kemana dia pergi?’ batin Kusuma benar-benar ikut gelisah sendiri.
Sementara siapa yang tidak suka dengan keputusan Kairo, mereka terlihat diam menatap tajam dengan tangan terkepal.
.
.
.
“Aku rasa untuk menikah— ”
“Katakan saja jika kau butuh sesuatu agar aku bisa menikahi mu.” Ucap Kairo yang kini duduk di sebelah Kaira.
Wanita itu tersenyum kecil namun heran dengan perkataan Kairo. Masih tak ada balasan dari Kaira, pria berkemeja putih kembali menatap lurus disaat Elon masih fokus menyetir mobil.
“Maaf, kenapa Anda ingin menikahiku? Maksudku... Ada banyak wanita— ”
“Karena kau sangat menyukaiku. Bukan begitu.”
Sungguh, Kaira terlihat tak tahu harus bereaksi seperti apa, namun dia mencoba tenang dan berpikir positif. Ia kembali tersenyum kecil menoleh ke Kairo.
“Jika aku menjadi istrimu, apa aku juga akan tinggal di sana?” tanya Kaira yang tidak tahu harus berbicara apa dan memilih topik pembicaraan apa.
Kairo tersenyum kecil tanpa menoleh. “Ya! Kau akan memiliki semua yang kau mau.” Kata Kairo yang sudah cukup membuat Kaira terdiam.
Namun jujur saja, wanita itu masih ragu bila menerima pernikahan itu. Dia memang suka dengan keluarga Archipelago Attar karena kerendahan hati Sultan Wijaya. Dia juga suka dengan paras anak-anaknya termasuk Kairo Archipelago Attar.
Namun yang membuat Kaira terheran adalah, saat Kairo memaksanya menikah dengannya dengan alasan sederhana. Wanita mana yang tidak suka jika diajak menikah dan dijamin kehidupan nya akan bergelimang harta dan tidak kesusahan.
“Aku tidak mengerti, apa yang sedang Kairo lakukan? Bagaimana bisa dia menikah dengan wanita sederhana secara keseluruhan. Astaga...” Gerutu Kalindi yang kini tengah berkumpul dengan Raziq di ruangannya.
“Sebaiknya kita persiapkan saja pernikahan untuk besok.” Kata Raziq yang sontak membuat Kalindi menoleh dan menatap tercengang.
“Persiapan? Bukan ini yang kita mau Raziq! Aku sengaja menjodohkan Kairo dengan Amira agar aku bisa memanipulasi gadis itu.” Ungkap Kalindi yang menatap marah ke Raziq.
Raziq menatap tegas dan datar saat Kalindi mengatakan semua itu, hingga ia berbalik membelakangi wanita itu dan berjalan maju menuju ke arah jendela besar sembari menatap lurus dengan kedua tangan kebelakang.
“Kau masih bisa melakukannya kepada istri Kairo, siapapun mereka. Berhentilah khawatir berlebihan, itu hanya akan membuat semuanya hancur.”
“Cih! Gadis itu. Aku tidak sudi!”
“Kau selalu melihat luarnya saja Kalindi. Pikirkan matang-matang, dia gadis sederhana, dari kalangan bawah banyak hal yang menekan kehidupannya. Lugu dan polos, sebaiknya kau melihat kedalam matanya, ada kepercayaan penuh terhadap Archipelago. Itu akan lebih mudah menguasai nya daripada menguasai gadis seperti Amira zoltan.” Jelas Raziq yang kini membuat Kalindi terdiam memikirkannya.
Wanita dengan kebaya hitam itu mulai tersenyum kecil hingga lebar. Dia tak menyangka pikiran Raziq akan luas seperti itu.
“Kenapa aku tidak memikirkan hal itu?! Baiklah! Siapkan semuanya dan kita akan segera melaksanakan pernikahan itu.” Kata Kalindi dengan penuh semangat dan senyuman lebar.
Wanita itu bergegas keluar untuk menyiapkan semuanya. Sementara Raziq masih diam di tempatnya dan memikirkan sesuatu yang harus dia cegah— yaitu surat wasiat Sultan Wijaya yang besok harus ditandatangani oleh Kairo setelah menikah nanti.
...***...
Dengan kepala pusing yang luar biasa, Kusuma mencoba bangkit di tengah malam dari ranjangnya yang empuk. Wajahnya yang pucat pasih benar-benar mengkhawatirkan siapapun yang melihatnya.
“Aku ketiduran. Kairo— ” Lirihnya saat ingat dia harus berbicara sesuatu dengan putranya.
Saat Kusuma berjalan tertatih ke arah pintu, wanita itu terdiam sesaat ketika dia merasakan ada seseorang di belakangnya. Namun saat ia menoleh, tak ada siapapun di sana melainkan keheningan saja.
Tok! Tok! Tok!
Dengan cepat Kusuma membuka pintu kamarnya dan melihat keberadaan Kalindi. Ketegangan hilang saat Kusuma melihat istri pertama suaminya itu.
“Kenapa kau belum tidur? Apa ada sesuatu yang mengganggu mu?!” kata Kalindi seolah memberikan sebuah kode.
Wajah tenang Kusuma menjadi lebih serius saat dia mengingat akan sesuatu. “Aku bicara denganmu.” Ucapnya yang kembali masuk ke dalam kamarnya.
Dengan wajah heran, Kalindi pasrah dan masuk mengikutinya.
“Ada apa?” tanya nya sedikit ketus.
Kusuma berbalik badan dan menatapnya antara marah, kesal dan kecewa. Mendapat tatapan seperti itu, tentu saja Kalindi semakin terheran.
“Terus terang saja kepadaku. Apa yang ingin kalian lakukan sebenarnya?”
Hening seketika membuat suasana di kamar menjadi semakin mencengangkan.
“Apa maksudmu?”
“Aku ada di kamar Sultan Wijaya saat kau menemuinya malam itu Kakak. Tapi aku tidak mendengar apapun karena kedap suara. Saat kepergian mu, aku sudah melihatnya sekarat di atas ranjang. Dan dia mengatakan sesuatu, Sultan menyebut namamu.” jelas Kusuma yang membuat Kalindi menahan emosi dan ketidakterimaan.
“Jaga ucapanmu, Kusuma. Di sini, aku yang tersakiti sejak Sultan membawa istri barunya.” Jelas Kalindi menatap tajam dan membuat Kusuma terdiam. Karena dia sadar saat itu Sultan Wijaya sudah punya istri, tapi dia masih mau menerima pernikahan yang diajukan oleh Sultan Wijaya.
“Aku hanya ingin membenarkan sesuatu, sesuatu agar putraku tidak terluka. Apa yang sebenarnya kau inginkan? Dan apa yang ingin dikatakan oleh Sultan tentang dirimu?” tanya Kusuma mencoba tegas di saat tubuhnya melemah.
Wajah Kalindi benar-benar menahan lupa amarahnya. “Kau tidak seharusnya tahu, kau tidak akan lama di sini. Biarkan aku yang akan menjaga semuanya.” Kata Kalindi yang semakin membuat Kusuma berkerut alis.
Kalindi berjalan maju sehingga Kusuma memasang kewaspadaan saat itu juga.
“Kau ingin tahu apa yang aku bicarakan dengan Sultan. Dia membicarakan tentang kebenaran dan aku membicarakan tentang hak putraku.” Kalindi mendekat ke telinga Kusuma dan berbisik sesuatu yang cukup mengejutkan.
“Akan aku ambil hak itu, walaupun dari tangan Kairo sendiri.”
Kalindi menjauh dengan tatapan serius, sedangkan Kusuma tak terima hingga mencoba menghentikannya. “Kau tidak akan melakukan hal yang hanya akan menghancurkan kelurga ini, Kalindi.” Kesal Kusuma bernada tinggi.
“Siapa kau yang berani menentukan? Sudah kubilang hidupmu tidak akan lama, sebaiknya nikmati apa yang belum pernah kau lakukan.” Ucap Kalindi tersenyum santai.
“Aku tidak akan membiarkan itu terjadi.”
“Kalau begitu lakukan, hentikan aku. Atau tidak sama sekali” balas Kalindi menyeringai kecil dan berjalan santai menuju ke pintu keluar.
Trus u Kaira jg dibiat menye2 lah karakternya. Calon istri sultan harus badas dan cerdik bukan malah senyum2 sendiri blm2 bayangin anak sultan
apakah kalindi memenjarakan seseorang..
jd musuh yg sebenarnya kalindi & raziq anggota keraja,an sendirikah???
kaira mencari tahu krn merasa di sudutkan oleh kelg suaminya & bahkan suami nya jg menyuruh nya mencari dalang kematian ibu nya ..
kaira itu sebenarnya tegas & pemberani..
cuman dia kesal karena merasa kairo memanfa,atkan nya 🙂🤣😂😍🫢🤭
isi amlop nya masih teka-teki yah guys 🤣😄
apakah kairo tahu klu caesar itu anak raziq..