NovelToon NovelToon
Bunga Kering Vs. Narsistik Gila

Bunga Kering Vs. Narsistik Gila

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pembaca Pikiran / Pelakor jahat
Popularitas:760
Nilai: 5
Nama Author: Tri Harjanti

Jarang merasakan sentuhan kasih sayang dari suami yang diandalkan, membuat Mala mulai menyadari ada yang tidak beres dengan pernikahannya. Perselingkuhan, penghinaan, dan pernah berada di tepi jurang kematian membuat Mala sadar bahwa selama ini dia bucin tolol. Lambat laun Mala berusaha melepas ketergantungannya pada suami.
Sayangnya melepas ikatan dengan suami NPD tidak semudah membalik telapak tangan. Ada banyak konflik dan drama yang harus dihadapi. Walaupun tertatih, Mala si wanita tangguh berusaha meramu kembali kekuatan mental yang hancur berkeping-keping.
Tidak percaya lagi pada cinta dan muak dengan lelaki, tetapi jauh di dasar hatinya masih mengharapkan ada cinta tulus yang kelak melindungi dan menghargai keberadaannya di dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Harjanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Generasi Sandwich

Menghadap kaca jendela, memperhatikan langit sore yang mulai menumpahkan bulir airnya. Mendung sudah sedari tadi, persis muka Mala jika Bram berdiam di rumah. Ini bukan yang Mala harapkan. Ia pun ingin dapat duduk mesra bersama Bram, menikmati kopi bersama dan mendiskusikan banyak hal tentang anak-anak mereka dengan tenang. Tapi, boro-boro duduk bersama. Diajak bicara saja tak ada yang nyambung. Apa saja yang keluar dari bibir Mala selalau salah. Senyum mengejek dan lontaran merendahkan selalu mendominasi.

“Akh, aku butuh udara segar,” bisik Mala untuk dirinya sendiri.

Dibukanya jendela kaca berbentuk persegi panjang. Menghirup dalam-dalam bau petrichor yang membuat Mala merindukan seseorang memeluknya erat dan membisikkan kata-kata, “Kamu nggak apa-apa kan? Kamu baik-baik aja ‘kan Mala?”

Sebuah bisikan yang hanya khayalan. Yang ada hanyalah sosok Bram yang berguling ke kanan, berguling ke kiri depan televisi—persis anjing laut.

“Bahkan warna rambutku yang baru dia tak sadar,” gumam Mala putus asa.

Sebenarnya, sejak kapan sih Bram jadi seperti ini …? rasanya kok sudah lama sekali … kenapa aku baru menyadari menjelang 40 tahun usiaku. Setengah dari umurku kuhabiskan bersama Bram. Mengapa harus menunggu selama itu baru aku sadar terlalu lama direndahkan dan diabaikan.

Tengah asyik melamunkan kelakuan Bram, tiba-tiba Mala dikagetkan oleh suara pagar dibuka. Seorang bapak berpayung membuka pagar rumahnya. Sigap Mala melompat membuka pintu sebelum orang itu mengetuk.

Bapak itu ayah Mala, mengantarkan undangan pertemuan warga komplek. Orang tua Mala masih berada satu komplek, karena itu mereka murka sekali ketika Mala dan Bram memutuskan mengontrak rumah. Alasan Mala tentu saja agar lebih mandiri, alasan ke dua karena tak mau menjadi penjamin utang piutang orang tua yang menggadaikan sertifikat rumah―meski pada akhirnya Mala mengalah dan menjadi penjamin hutang-hutang orang tuanya. Kendati … puluhan tahun berlalu dan pernikahan Mala belum juga menghasilkan rumah sendiri. Untuk itu Mala siap mendengarkan cacian orang tuanya. Alih-alih mengusap punggung Mala dan ikut prihatin, orang tua Mala justru mengutuk, “Tak mungkin kamu bisa beli rumah, kalau nggak nurut sama orang tua!”

Menurut yang bagaimana? Menuruti kehendak orang tua yang terus terjerumus hutang? Meninggalkan Mala warisan hutang meski Mala anak tunggal? Bahkan menuntut Mala untuk rutin memberikan uang bulanan, walau tahu posisi Mala serba salah di hadapan Bram.

Bram menuduh Mala melarikan uang-uangnya untuk diberikan kepada orang tua Mala, sedangkan orang tua Mala menghina Mala yang hanya menjadi “Kacung” bagi Bram.

Padahal yang sebenarnya terjadi, Mala yang merasa ditekan oleh kedua orang tuanya … berusaha memberi semampunya dari hasil jerih payah Mala sendiri. Bram termasuk pelit dan perhitungan sekali untuk memberi uang belanja bulanan. Semua diperhitungkan dengan pas. Cukup untuk anak-anak, tidak ada untuk Mala. Sebab itu, Mala bekerja dari rumah … apa saja yang bisa menghasilkan uang secara daring ia lakukan. Berdagang online, menulis artikel, bahkan menjadi ghost ilustrator terus dilakukan secara diam-diam.

Seharusnya, Mala dapat merawat dirinya sendiri dengan uang-uang yang dihasilkannya dari depan laptop. Sayangnya, orang tua Mala terus meminta uang … sedangkan Bram, suami Mala justru menghentikan uang belanja ketika mengetahui Mala memegang uang tanpa meminta.

Mala sudah melakukan diam-diam. Tidak berkeluh kesah saat bekerja di tengah sibuk merawat keluarga, tidak menyombongkan diri ketika mendapatkan penambahan saldo pada rekeningnya. Namun, entah bagaimana Bram selalu bisa mengetahui isi dompetnya. Mala pun curiga, Bram memeriksa m-banking miliknya.

Perasaan kesal campur aduk. Bagimana tidak, pupus sudah harapan Mala membahagiakan diri sendiri. Meskipun bukan belanja pakaian di mall, hanya mengganti tas dan sepatu robek saja Mala mengurungkan niatnya. Lebih dulu mengutamakan kebutuhan orang tua dan anak-anaknya. Tapi apa Bram tahu? Tidak! Apa orang tua Mala berterima kasih? Tentu tidak!

 Alasan mereka …wajar saja bila anak memberi pada orang tuanya, apalagi anak yang sudah dibiayai sekolah tinggi di universitas negeri terkenal, tetapi justru memilih menjadi ibu rumah tangga saja… menurut di bawah ketiak lelaki. Pilihan bodoh yang membuat dirinya sendiri terjerumus pada kesengsaraan. Itu kata mereka. Tapi aneh sekali. Jika tahu Mala sengsara, mengapa masih harus membebani Mala dengan segudang masalah hutang, menuntut uang yang tidak sedikit.

Sebelumnya mereka cukup kaya dan berhasil dalam berbisnis. Seandainya tidak tersandung tanah sengketa dalam bisnis properti yang dijalani, tentunya mereka masih berjaya, sekarang pun mereka tak pernah menurunkan gengsi dan gaya hidup seperti dulu. Walaupun kebangkrutan itu telah terjadi jauh sebelum Mala menikah.

***

Pada malam-malam yang dingin, Mala sering membayangkan … bagaimana jika orang tuanya tidak bangkrut.. apakah pilihannya untuk cepat menikahi Bram tetap terjadi? Mala anggap menikah jalan satu-satunya ia dan Bram bisa bersatu memulihkan bisnis keluarga kembali. Ternyata Bram kurang lebih bersifat sama dengan orang tua Mala, toxic dan gemar berhutang.

Mala tahu, sikap orang tua Mala, sedikit banyak menyumbang kelakuan Bram yang merendahkannya. Sudah kecewa pada Mala yang memilih jadi ibu rumah tangga, ditambah kecewa karena penghasilan Mala lenyap, menguap di tangan orang tua. Bram mengira begitu, dia tak ingat … bagaimana Mala menuntaskan tagihan SPP anak-anak yang seharusnya menjadi tanggung jawab Bram, juga tidak ingat bagaimana Mala mengisi kulkas agar tetap terisi karena jika hanya menunggu Bram… anak-anak mereka hanya akan kenyang dengan janji-janji omong kosong.

Sedangkan uang gaji Bram, entah menguap ke mana. Terakhir menanyakan itu… sudah cukup lama … Mala tak ingat, tapi sepertinya saat kehamilan terakhirnya berumur tujuh bulan. Mala yang hendak melahirkan Mia, masih harus mengantarkan barang pesanan dagangan dengan motor karena Bram tak mau mengantarnya. Mala kelelahan luar biasa dan akhirnya menanyakan uang persiapan kelahiran yang sebelumnya telah ditabung Mala dari gaji Bram. Menyisihkan sedikit demi sedikit semenjak usia kandungan lima minggu. Mala berencana mengambil uang itu dan berhenti mengerjakan ini, itu. Dia juga berencana membayar pengasuh, yang akan membantunya mengurus anak-anak sehingga kehamilannya terjaga sampai tiba waktunya.

Harapan Mala sekali lagi bagai membenturkan telur pada dinding, pecah berantakan.

“Jadi ke mana uang tabunganku, Pah?” tanya Mala yang lemas karena Bram menyahut tidak ada saat ditanyakan uang kelahiran.

“Nggak ada ya nggak ada, lagian itu kan uangku!”

“Hah? Itu uang gaji kamu yang aku tabung Pah, karena sudah tahu bakal operasi caesar lagi.”

“Ya, tetap saja … itu uangku, toh?”

“Ta-tapi itu untuk lahiran …”

Braak!

Bram murka dan membanting helm. Lalu lebih murka lagi mengamuk melempari barang-barang. Memang bukan ke arah Mala … tapi tetap saja Mala ketakutan setengah mati.

“Dibilang nggak ada ya nggak ada!”

Mala memejamkan mata… selama ini dia percaya dengan Bram. Menyesal menitipkan uang gaji beberapa bulan itu di rekening Bram. Mala sengaja tak mau mengambilnya, karena takut terpakai kebutuhan sehari-hari. Dan Mala tetap berdagang dengan kondisi kandungan yang terus membesar dengan tujuan memenuhi keperluan rumah tangga.

“Kalau tahu begini, seharusnya uangku saja yang ditabung,” gumam Mala lirih.

Sebuah gumam yang menjadikan temperamental Bram meninggi hingga level 10. Malam itu … baik Mala maupun bayi di dalam perutnya, serta dua anak perempuan yang bersembunyi di balik dinding kamar mereka … menghadapi seorang pria mengamuk sepanjang malam.

Suara lolongan anjing bahkan terkalahkan oleh suara teriakan manusia yang gelap mata.

***

Huft …

Lamunan Mala kembali terlempar di masa sekarang. Jika mengingat kembali malam peristiwa itu … perih … amat perih ….

Tidak dengan orang tua … juga dengan suami, sama-sama mencekik dan membuatku sulit bernapas.

Parahnya tak ada satu pun yang percaya, malah menuduh jika semua orang disekitar Mala terasa jahat … berarti Mala sendirilah yang bermasalah. Entah ungkapan itu dimulai dari mana… Mala heran dengan kesimpulan itu.

Akhirnya memilih menelan semua takdirnya sendiri. Tidak mengeluh dan hanya menjalani. Orang tua yang seperti itu, suami yang seperi itu … mencoba untuk terus bersikap positif, kendati sulit.

Aku seperti terjepit di antara dua roti lapis … dan aku adalah sayuran di tengah-tengahnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
Nurika Hikmawati
Semangat terus ya Mala... kamu pasti biaa bngkit
Nurika Hikmawati
gantian coba kamu yg di rumah Bram!
Nurika Hikmawati
ceritanya bagus, penulisannya enak dibaca.
Nurika Hikmawati
kasihan sekali mala... sabar ya mala
Nurhikma Arzam
agak seram ya boo
Nurhikma Arzam
curiga sama bram asem
Janti: emang asem sie dia
total 1 replies
Nurhikma Arzam
kereen nih semangat thor
Janti: makasih yaa
total 1 replies
Meliora
🥺 Drama ini sukses membuat saya terharu.
Janti: Makasih yaa👍
total 1 replies
Dulcie
Kisahnya bikin meleleh hati, dari awal sampai akhir.
Janti: makasih kk udah mampir👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!