NovelToon NovelToon
Falling In Love Again After Divorce

Falling In Love Again After Divorce

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Cerai / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Sean Montgomery Anak tunggal dan pewaris satu-satunya dari pasangan Florence Montgomery dan mendiang James Montgomery yang terpaksa menikahi Ariana atas perintah ayahnya. Tiga tahun membina rumah tangga tidak juga menumbuhkan benih-benih cinta di hati Sean ditambah Florence yang semakin menunjukkan ketidak sukaannya pada Ariana setelah kematian suaminya. Kehadiran sosok Clarissa dalam keluarga Montgomery semakin menguatkan tekat Florence untuk menyingkirkan Ariana yang dianggap tidak setara dan tidak layak menjadi anggota keluarga Montgomery. Bagaimana Ariana akan menemukan dirinya kembali setelah Sean sudah bulat menceraikannya? Di tengah badai itu Ariana menemukan dirinya sedang mengandung, namun bayi dalam kandungannya juga tidak membuat Sean menahannya untuk tidak pergi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cahaya Baru Hadir Tapi Cahaya Lama Padam

Ariana berdiri di depan pagar rumahnya yang kecil, hendak melangkah ke luar. Namun baru dua langkah dari ambang pintu, sebuah suara kecil memanggilnya dari gerbang.

“Mbaaak Arianaaa!”

Ariana menoleh kebelakang. Risa berjalan ke arahnya sambil menenteng roti tawar dan mengenakan sweater kebesaran berwarna pink muda.

“Mau ke mana Mbak?” tanya Risa sambil mendekat.

Ariana tersenyum kecil, tapi tubuhnya terasa berat.

“Ke apotek Ris Mbak ingin membeli sesuatu.”

Risa memperhatikan wajah Ariana lekat-lekat, lalu berkata lirih. “Mbak kelihatan pucat. Mbak sakit ya…”

Ariana berusaha mengelak, tapi Risa memotongnya.

“Aku temenin ya Mbak?”

Ariana terlihat ragu tapi kemudian mengangguk. Ia juga belum tahu apotik terdekat di daerah sini.

“Oke, tapi jalannya pelan ya. Mbak nggak kuat kalau jalan cepat-cepat.”

Ariana mengangguk lalu mengulurkan tangannya. “Pegang tangan aku aja Mbak,” kata Risa setengah khawatir. Mereka berjalan beriringan di trotoar kecil, menyusuri jalanan basah dan rerumputan pinggir got yang tumbuh liar menuju apotik dekat pasar yang kata Risa adalah yang terdekat. Setelah membelinya, mereka langsung pulang. Tidak ada obrolan, Ariana hanya ingin segera sampai di rumah dan mencoba benda ini.

***

Sesampainya di rumah, Ariana langsung masuk kamar mandi. Risa menunggu di sofa sembari menggoyangkan kakinya di lantai ruang tamu.

Sekitar sepuluh menit pintu kamar mandi terbuka. Ariana keluar perlahan dengan wajah yang bersimbah air mata.

“Mbak…” panggil Risa pelan semakin khawatir. Gadis kecil ini berpikir Mbak Risanya menderita penyakit parah hingga menangis sesedih itu.

Ariana tak menjawab segera. Ia hanya menghela napas panjang, lalu mengusap wajahnya yang basah.

“Kadang Tuhan kirim hal ajaib ya Ris… saat kita udah di titik nggak punya apa-apa.”

Risa mengerutkan kening bingung, ia mencondongkan badan meminta penjelasan Ariana lebih lanjut.

“Mbak… sakit?”

Ariana menggeleng.

“Enggak… bukan sakit. Tapi mulai hari ini mbak nggak sendirian lagi.”

Risa terlihat semakin bingung mendengar penjelasan Ariana. Ia menarik tangan kecil itu pelan, meletakkannya diperutnya yang masih rata. Risa, orang pertama yang mendengar kabar bahagia ini.

Risa memandang ke arah perut Ariana, lalu ke wajahnya bergantian.

“Mbak sakit perut?” Tanyanya polos.

Air mata Ariana menetes lagi. “Tidak…”

“Tapi ada bayi yang sedang tumbuh disini.”

Mata Risa membulat, ia tidak sepenuhnya paham. Yang ia tahu perut Mbak Ariananya akan membesar dan kelak aka nada bayi mungil yang menangis di rumah ini.

“Kalau gitu mulai sekarang Mbak nggak boleh lari-lari lagi. Aku akan sering-sering kemari melihat Mbak.”

Ariana tertawa kecil lalu memeluk Risa dengan erat. “Terimakasih ya, Mbak sayang sama kamu.”

Risa membalas pelukan Ariana tidak kalah erat. “Risa juga sayang sama Mbak.”

Pagi itu, untuk pertama kalinya dalam hidupnya tumbuh harapan baru yang betul-betul tidak dia duga sebelumnya, tidak… bahkan membayangkannya pun Ariana tidak memiliki keberanian. Tuhan tidak benar-benar tidur ya…

Ariana bangun dengan tubuh yang terasa sedikit lebih berat. Setiap pagi ia menemukan rutinitas yang baru yaitu bangun, menandai kalender, menghitung ulang hari terakhir menstruasinya lalu menuliskan catatan kecil di balik lembar-lembaran itu.

‘Hari ke-5’ pusing datang lagi,

‘Hari ke-6’ pagi ini tidak kuat bau tumis

Begitu seterusnya, Ariana merasa menemukan semangat baru untuk hidup lebih bahagia.

Ariana membuka lemari sederhana miliknya, mengambil dres panjang longgar polos berwarna putih bersih tanpa brand yang menghiasi lehernya. Meski ia membelinya seharga secuil daripada pakaian yang dikenakannya di rumah Montgomery tapi percayalah, ini pakaian ternyaman yang ia miliki.

Ia menata pakaian satu per satu, melipat dengan rapi sesuai warna dan bahan. Di sisi kiri ia meletakkan miliknya sekarang dan di sisi kanan sengaja ia sisakan ruang kosong untuk Cahaya barunya nanti… miliknya. Ariana mengelus perutnya sesekali.

Sore itu Risa datang membawa potongan buah pepaya dan plastik kecil yang tidak Ariana ketahui apa isinya.

“Mbak aku bawa sesuatu loh buat dedek bayi. Lucu kan Mbak?” Risa mengeluarkan bantal kecil dari dalam kantong plastic yang ia bawa.

Ariana menerima tanpa bicara, namun matanya tidak bisa lepas dari benda kecil dengan gambar kelinci dan bulan sabit kecil itu.

“Lucu banget, terima kasih ya Ris…”

“Aku bilang ke Ibu, nanti Mbak akan punya bayi yang cantik. Trus Ibu membuatkan bantal ini deh untuknya.”

“Kenapa kamu sangat yakin kalau dedek bayinya perempuan?”

“Soalnya rumah ini cantik jadi pasti cewek. Cowok kan nggak mungkin cantik Mbak.”

Ariana tertawa kecil, ada-ada saja Risa.

Di malam hari, Ariana duduk sendirian di ranjangnya. Sengaja membiarkan jendela terbuka supaya angin malam masuk membawa ketenangan ke dalam rumah. Sejak mengetahui kehamilannya Ariana jatuh cinta terhadap angin, sungguh menenangkan.

Tangannya menyentuh perutnya yang masih datar. Ariana tersenyum hangat, sehangat hatinya.

“Mama nggak tahu gimana hidup kita nanti. Tapi kamu harus selalu tau kalau kamu adalah Cahaya yang Mama tunggu sejak lama.”

Ia bersandar pelan di kepala ranjang, “Di rumah ini akan jadi tempat pertamamu belajar dunia, bersama Mama, kita hidup berdua selamanya.”

Malam itu Ariana menghabiskan waktu dengan menatap langit-langit polos kamarnya yang mungil sambil sesekali mengajak bayinya bicara. Ariana tahu, bayinya mendengarnya, ibunya. ‘Terimakasih telah membuat Mama menjadi seseorang yang utuh, terimakasih karena telah memilih Rahim Mama sebagai rumahmu untuk bertumbuh.’

***

Ariana duduk di kursi kayu yang empuk, mengenakan dres selutut berwarna putih gading polos. Satu lagi, ia menyukai warna putih sejak hamil. Ia hanya mengenakan make up tipis, saking tipisnya masih memperlihatkan lapisan kulitnya yang asli. Ariana menunggu ditemani map cokelat digenggamannya dengan tenang.

Sean masuk sepuluh menit kemudian. Tidak ada yang berubah darinya,  setelan jas mahal, dasi yang terpasang rapi dan ekspresi datar seperti biasanya. Ia sempat menghentikan langkah ketika melihat Ariana, seolah memastikan bahwa sosok di hadapannya benar-benar nyata.

Mereka tidak menyapa, bertingkah seperti orang asing yang tidak pernah tidur di ranjang yang sama.

Pengacara Sean mulai bicara. Menjelaskan pasal isi dari surat di hadapannya dan tanda tangan yang dibutuhkan.

Ariana mendengarkan tenang, Sean sesekali mencuri pandang.

“Silakan ditandatangani,” ujar sang pengacara.

Ariana mengelus perutnya lalu mengambil pena lebih dulu lalu membubuhkan tanda tangannya dengan tegas tanpa getaran. Semua itu tidak lepas dari pandangan Sean yang tajam.

Lembar itu beralih kepada Sean, tangannya sempat diam di atas kertas. Ariana menatapnya lalu pria itu menandatanganinya sekali gores berikut nama lengkapnya.

Selesai, akhirnya benar-benar selesai sampai disini.

Ariana mengelus perutnya sekali lagi, “Mama minta maaf ya, semoga kamu bahagia hidup berdua saja dengan Mama seperti Mama juga bahagia dengan adanya kamu.”

1
Anonymous
so iye lu sean
Asriani Rini
Jangan jabgan keoindahan org. Tua Risa ulanh Resa sengaja ingin menjauhkan mereka dari Arians
annis
loooohhh... kok bersambung thoor.. 🙁
annis
ya Allah.. ya Allah... 🥺
Ratih Tupperware Denpasar
semangat ariana, smg bayinya sehat2
Mundri Astuti
si sean bener" ya
Ratih Tupperware Denpasar
sekarang kamu meeasa terhina, sebelum2nya tindakanmu ke ariana apa ga menghina dia? nikmati aja kesombonganmu sean, sdh bagus papamu memcafikan istri yg baik malah kamu sia2kan... hanya krn ariana miskin dan ga dipoles mau up kamu merndahkannya... dasar bod 0h kamu
Purnama Pasedu
ariana bersama Sean,aman dari teror Clarisa dan nyonya
hartiva lattang
sean semangat utk mempertahankan ariana. buktikan klo qm berubah
Ratih Tupperware Denpasar
menyesal ya kamu sean? walaupun terlambat jaglah calon anakmu jangan sampe ibumu dan clarisa menyakitanya lagi
Atika Sari
sejauh ini masih bisa dibikin greget,tokoh cewknya ga menye2,klo bsa bkin sean bersaing sma pak letnan,biar seru
Ulla Hullasoh
semangat Thorrr
Ulla Hullasoh
semangat Arianaaaaa
Ulla Hullasoh
Ariana pantas bahagia dengan irang yg lbh segalanya dari sean
Ulla Hullasoh
kasian Ariana
hartiva lattang
kak buat ariana dan sean balikan yaaa. memulai rt lahi bersama
tp sebelumx buat Sean setengah mati mengejar kembali ariana
Purnama Pasedu
meneror ariana tahu
Ratih Tupperware Denpasar
sean memang pria b0d0h bin tolong ini pasti turunan dari mak nya
Anonymous
ayo ka up lagi seru nih cerinta nya
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary Of El Dorado
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!