Kirana Larasati adalah istri sah dari David Sanjaya, pengusaha muda yang sedang naik daun. mereka sudah menikah selama lima tahun dan dikaruniai anak laki-laki laki bernama Luis Sanjaya. awal- awal pernikahan mereka selalu dipenuhi dengan kehangatan. tapi entah kenapa setelah Luis lahir, semuanya berubah. david selalu pulang malam dari perusahaannya dengan alasan sibuk, dan sikapnya yang dulu hangat menjadi sangat berubah. sampai suatu hari Kirana menemukan noda lipstik di baju kemeja milik David. dan sampai pada akhirnya sang suami mengakui bahwa dia berselingkuh dengan sekretarisnya. dan David lebih mengutamakan sekretarisnya tersebut ketimbang istri sahnya. bagaimanakah kelanjutan kisah rumah tangga mereka? apakah Kirana bisa bertahan dengan David? selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maria Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8. ANAKKU KELUAR DARI RUMAH SAKIT
“LEPASKAN TANGAN ANAKKU...!!”
Aku berteriak dengan sangat keras kepada mereka berdua.
Aku pun segera berjalan ke arah mereka dan langsung menggendong Luis.
Luis pun memeluk leherku dengan sangat erat, ia sangat ketakutan.
“Berani sekali kamu ke sini, David!’” Sapa ayahku dengan sinis kepadanya.
“Mau apa kamu menarik tangan anakku? Jangan pernah berharap kamu bisa membawa Luis, apa lagi harus tinggal dengan perempuan itu.”
Ucapku sambil menatap sinis kepada pelakor tersebut.
“Luis juga anakku, apa aku salah jika aku mau membawanya tinggal bersamaku?” tanyanya padaku.
“Helo, mas David yang terhormat, anda ke mana saja selama ini? kamu tau, aku sudah mendapatkan pekerjaan dan mulai hari senin aku akan bekerja sebagai wakil direktur di sebuah perusahaan besar. Jadi aku masih bisa memenuhi kebutuhan hidup Luis. Kamu urus saja istrimu ini, wanita murahan yang hanya bisa mengganggu rumah tangga orang.” Jawabku pada mereka berdua.
“Kalian berdua memang manusia yang tidak punya malu sama sekali.” Ucapku lagi pada mereka berdua.
“Jangan sombong kamu, Kirana. Kamu bukan apa-apa tanpa diriku.” Jawab David.
“Percaya diri sekali kamu! Dasar laki-laki egois. Sebaiknya kalian segera pergi dari sini. Kedatangan kalian berdua malah membuat anakku menjadi sangat takut.” Ucapku lagi sambil mengusir mereka.
“Kamu lihat saja Kirana, aku akan berusaha untuk mengambil hak asuh Luis. Lagi pula kamu hanya orang miskin, yang aku yakin tidak akan bisa mengurus Luis.”
Perkataannya membuat Ayahku emosi dan memukulnya.
“Bukkk... dasar pria arogan, egois, tidak bertanggung jawab sama sekali. Bisanya hanya menanam benih di sana-sini tapi tidak bisa bertanggung jawab sama sekali. Sebaiknya kamu segera pergi dari sini. Kami muak melihat wajahmu dan juga wajah perempuan pelacur itu.”
Ucap ayah dengan wajah yang sangat marah dan aku pun berusaha menahan badannya agar jangan sampai dia memukul mas David lagi.
“Kita lihat saja nanti, mas. Jangan terlalu percaya diri, karena aku akan usahakan bagaimanapun caranya, agar Luis tetap bersamaku.”
Mas David pun segera mengajak selingkuhannya untuk pergi dari rumah sakit itu.
“’Manusia kurang ajar! Kapan sidang perceraian kalian berdua, Kirana?” Tanya ayahku.
“Hari jumat depan adalah persidangan pertama kami, yah.” Jawabku.
“Kita harus menyewa pengacara dan kamu harus berusaha dalam beberapa hari ini mengumpulkan bukti perselingkuhan David. Ayah dan Ibu akan berusaha sekuat tenaga agar Luis tetap bersama kita.”
Ucap ayah kepadaku sambil mengelus kepala cucu semata wayangnya itu.
Aku hanya bisa terdiam saja, tidak tau harus berkata apa lagi. Kenapa mas David tidak bisa membuatku tenang sedikit saja.
Tidak dia, tidak ibunya, sama semua. Egois, sombong, dan tidak tau malu.
Di saat bersamaan dokter Agung masuk ke dalam ruangan rawat Luis.
“Assalamualaikum Pakde, Bude, Laras. Kirana, gimana kabarnya si jagoan kecil ini?”
Sapanya kepada kami semua sambil mencium tangan Ayah dan Ibuku.
“Om dokter, aku sudah sehat. Kata mama, hari ini aku sudah bisa pulang ke rumah Eyang. Betul kan, om?” tanya Luis kepada mas Agung.
“Kamu bisa cepat pulang asalkan siang ini kamu bisa menghabiskan bubur dari rumah sakit dan juga minum obat? Gimana kamu bisa kan, jagoan?” ucap mas Agung.
“Iya om dokter. Ma, cepat suapin aku bubur dan minum obat, supaya bisa cepat pulang ke rumah Eyang.”
Ucapan dari bibir mungil anakku membuat kami semua yang ada di dalam ruangan pun tertawa.
Setelah selesai menyuapi anakku makan dan minum obat, aku menidurkan Luis terlebih dahulu, karena sebentar sore baru Luis boleh pulang.
Aku pun segera ke bagian administrasi untuk menyelesaikan semua pembayaran biaya perawatan Luis.
Setelah itu aku mengajak mas Agung untuk minum kopi di kantin rumah sakit karena memang ada yang ingin aku bicarakan dengan mas Agung.
***
“Siang Kirana, tumben kamu ngajakin aku ketemuan, apa ada hal yang penting?”
Tanya mas Agung ketika kami sudah duduk di kantin rumah sakit.
“Aku mau mengucapkan terimakasih kepadamu, mas. Karena rekomendasimu, akhirnya aku diterima bekerja di perusahaanmu.”
“Aku hanya merekomendasikanmu saja, tapi semuanya dari kecerdasan kamu sendiri. Karena kamu pintar dan mempunyai pengalaman kerja yang bagus, makanya perusahaan mau menerimamu.” Jelas mas Agung.
“pak Damar sangat mirip denganmu, apakah kalian berdua masih punya hubungan persaudaraan?” tanyaku lagi.
“Hahaha... tentu saja Kirana, Damar adalah sepupu kandungku yang paling baik. Dia adalah anak dari adik mamaku, yaitu tante Rani. Dia termasuk orang kepercayaanku di perusahaan itu, dia mempunyai andil dalam penerimaan karyawan baru.” Jelasnya lagi.
“Ohh... Pantas saja dia tadi hanya dengan melihat IPK dan pengalaman kerjaku yang sebelumnya, Dia langsung memintaku untuk menggantikan wakil direktur keuangan yang dulu, katanya akibat wakil direktur yang dulu melakukan korupsi, perusahaan jadi mengalami rugi besar.”
“Aku yakin, kamu bisa mengembalikan perusahaanku seperti dulu lagi. Dan aku yakin dengan masuknya kamu perusahaan akan semakin bertambah maju.” Jawab mas Agung.
“Amin mas, semoga ya. Dan aku mau tanya, apa kamu punya kenalan pengacara yang hebat? yang bisa membantuku dalam sidang proses perceraian aku dan mas David di pengadilan nanti, aku tidak mau kalau sampai hak asuh Luis jatuh ke tangan laki-laki itu.”
“Kebetulan sekali aku punya sahabat yang profesinya sebagai pengacara. kalau kamu mau, besok aku akan mengantarkanmu untuk bertemu dengannya. Dan kebetulan besok hari sabtu, dia pasti tidak akan ke mana-mana.”
Jelas mas Agung padaku, dan aku pun setuju dengannya.
Setelah perbincangan kami berdua, aku pun segera kembali ke ruang rawat Luis.
Karena sore ini Luis akan pulang kembali ke rumah Eyangnya.
***
Mas Agung mengantarkan kami semua pulang ke rumah Ayah dan Ibu.
Aku sudah menolaknya untuk tidak mengantarkan kami, tetapi mas Agung tetap memaksa.
Akhirnya Ayah dan Ibu pun setuju untuk mas Agung yang mengantarkan kami pulang.
Sesampai di rumah aku dan Laras langsung mengantarkan Luis ke kamar kami untuk beristirahat, sedangkan Ayah dan Ibu menemani mas Agung mengobrol di ruang tamu.
Tidak lama Ibu datang ke kamarku memberitahukan kalau mas Agung mau pamit pulang, aku pun segera keluar untuk menemuinya.
“Aku pamit pulang dulu ya, kirana. Besok jam 9 pagi aku jemput ya? kita pergi ke rumah pengacara yang aku ceritakan sama kamu tadi.” Ucap mas Agung.
“Siap mas, dan terimakasih banyak untuk segala bantuan darimu, mas.”
“Sama-sama Kirana, Kalau begitu aku pamit ya. Pakde, Bude, aku pamit ya. Salam untuk Laras dan Luis.”
Pesannya pada kami sambil mencium tangan ayah dan Ibuku.
Aku pun mengantarkan mas Agung sampai dia naik mobil dan menghilang dari pandanganku.
***BERSAMBUNG***
gitu donk jangan mau d tindas