NovelToon NovelToon
KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Misteri / Horror Thriller-Horror / Hantu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Tsaniova

Melati dan Kemuning tak pernah melakukan kesalahan, tapi kenapa mereka yang harus menanggung karma perbuatan dari orang tuanya?

Sampai kapan dan bagaimana cara mereka lepas dari kutukan yang pernah Kin ucapkan?


Assalamualaikum, cerita ini murni karangan author, nama, tempat dan kejadian semua hanya kebetulan semata. Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teror dan Kutukan Yang Tiada Akhir

Di rumah Melati, dia yang sedang membaca buku di ruang tengah itu mencium bau hangus, Melati pun menutup bukunya, dia bangun untuk mencari sumber bau terbakar itu.

Dan Melati membulatkan matanya saat melihat asap yang mengepul di dapur. Dia juga mendengar suara Kemuning yang batuk. Melati gegas memeriksa ke dapur dan dia melihat adiknya sedang duduk ketakutan di kolong meja makan.

Sementara itu, api dari kompor mulai menjalar kemana-mana, dengan tergesa Melati membawa Kemuning keluar dari dapur melalui pintu belakang.

Kemudian, Melati berteriak meminta tolong. "Tolong! Tolong!"

Sopir Melati yang merangkap jadi orang kepercayaannya yang sedang mengurus gilingan padi itu datang dengan tergopoh. "Ada apa, Non?" tanyanya panik, lalu matanya melirik pada asap dan api yang mulai melahap rumah bagian dapur.

Sopir pun panik dia segera berlari ke pos untuk memukul kentongan sehingga banyak warga yang datang untuk membantu memadamkan api.

Cukup lama bagi mereka untuk memadamkan api itu. Melati dan Kemuning terduduk lemas di halaman belakang, menatap kosong rumahnya yang sudah setengah hangus. "Kenapa kesialan selalu menghampiriku?" tanya Melati dalam hati.

Lalu, Kemuning yang menangis itu meminta maaf pada Melati. "Mbak, maafin Muning, ya. Muning tadi lapar niatnya mau goreng telur, nggak sengaja lap itu kebakar, bukannya Muning padamin api itu, tapi Muning malah panik, Muning lempar ke meja dapur," ucapnya dengan tersedu-sedu.

Melati mengangguk mengerti, mereka pun segera berpelukan.

Sementara itu, si mbok tak kunjung kembali membuat Melati merasa khawatir, jangan-jangan dukun dan si mbok tak dapat menangani arwah penasaran itu, pikirnya.

Dan memang benar, si mbok yang berada di rumah dukun itu hampir kehilangan nyawanya, lagi-lagi Kin menjerat leher wanita tua itu dengan rambutnya.

Sementara si dukun, dia duduk bersila, memejamkan matanya, kemudian sukmanya keluar dari raganya, dia melawan Kin di alam yang tak kasat mata.

Benda-benda mulai berjatuhan, bahkan rumah si mbah itu terasa bergoyang hebat, seperti ada yang mengocoknya. Si Mbok yang panik dan takut itu mencoba bertahan, dia berpegangan pada kaki meja, napasnya terengah, matanya berair karena lehernya masih perih bekas lilitan rambut Kin.

Suara keras terdengar dari arah belakang rumah, seperti kaca pecah berhamburan. Angin dingin menyapu masuk, membuat lilin di sudut ruangan padam. Di alam tak kasat mata, Mbah Prapto berdiri tegak, kerisnya terhunus, menatap Kin yang kini menampakkan wujud aslinya. Kulit hitam, mata merah menyala, rambut menjuntai panjang bergerak seperti ular.

Kin menggeram. “Berhenti ikut campur, Prapto. Ini urusan kutukan. Anak keturunan Drajat akan menderita seumur hidupnya!”

Keris Mbah Prapto bergetar di genggamannya, tapi tatapannya tetap tajam lurus ke depan, awas barang kali Kin mulai menyerangnya lagi. “Selama aku hidup, kau tidak akan menyentuh mereka.”

"Alam akan tetap bekerja, Prapto, hahahahaha!" tawa Melati.

Kemudian, Kin melompat, rambutnya menghantam seperti cambuk. Mbah Prapto berkelit, lalu membalas dengan satu tebasan cepat. Jeritan panjang memecah udara, membuat si mbok yang ada di dunia nyata terhuyung, memegangi telinganya.

Rumah itu berguncang lebih keras, plafon berderit dan seperti hampir rontok, debu pun mulai berjatuhan. Si mbok terisak, memohon dalam hati agar Mbah Prapto segera menang. Namun, dari tatapan Kin yang semakin liar, dia tahu pertempuran itu belum seberapa dan yang kalah akan hilang untuk selamanya.

Pertarungan sengit kembali tak terelakkan, Kin berhasil membuat Mbah Prapto kuwalahan.

Si mbok yang masih berlindung di bawah meja itu menatap raga Mbah Prapto, darah mulai keluar dari mulut dan hidungnya. Dia membuka mata, sorot mata pria tua itu jelas tengah menahan sakit yang bertubi-tubi.

Hantaman benda keras membuat tubuh Mbah Prapto terjungkal, namun dia masih berusaha melawan sekuat dan sebisanya.

Dengan sisa tenaga, Mbah Prapto meraih sebuah botol kaca yang sejak tadi tersimpan di sudut ruangan. Bibirnya bergetar, melantunkan mantra-mantra tua yang bahkan si mbok belum pernah dengar seumur hidupnya.

Kin yang mulai melangkah mendekat tiba-tiba tersentak, dia terkejut. Tubuhnya seperti diseret oleh pusaran tak kasat mata.

Jeritan panjang melengking memecah udara. Sosok itu meronta, mengamuk, menghantam segala arah. Tapi perlahan, wujudnya terserap masuk ke dalam botol yang dipegang Mbah Prapto.

Begitu botol tertutup rapat dengan segel, sunyi mendadak membungkus ruangan.

Mbah Prapto terduduk lemas, wajahnya pucat pasi. “Dia hanya bisa saya kurung, jangan pernah lepaskan segelnya lalau tidak, semua akan kembali,” suaranya nyaris berbisik, tangan kirinya mengusap dadanya.

Namun, tak ada yang tau meski raganya terkurung, kutukan Kin masih mengalir. Kesialan itu tetap membuntuti Melati dan Muning sampai waktu yang belum bisa dipastikan.

Dan harga untuk menangkap Kin terbilang cukup mahal, asal arwah penuh dendam itu bisa terkurung sudah cukup membuat si mbok berpikir kalau kutukan itu juga ikut patah.

"Jaga botol ini baik-baik! Kalau dia sampai lepas dari botol ini, dia bukan lagi Kin yang sekarang," ucap Mbah Prapto.

Si mbok mengangguk, dia menerima botol yang berisi seperti cairan, tapi seperti awan juga, dia berwarna hijau terus bergerak kesana-kemari membentuk pusaran, namun botol kecil itu terasa berat, padahal kalau dilihat oleh mata orang yang berilmu, di dalamnya ada Kin yang sedang mengamuk, dia berusaha keluar.

"Mbah, sebenarnya ada satu lagi hajat saya," kata si mbok seraya menerima, lalu menatap si mbah.

"Apa, cepat katakan!" jawab si Mbah.

"Ada pemuda, dia namanya Seno, dia menyakiti anak-anak kami, kami ingin dia menderita, buat dia mati perlahan," ucap si mbok dengan suara lirih.

Mbah Prapto menatapnya tajam.

"Saya bukan tukang santet!" ucapnya penuh penolakan.

"Pergilah, urusanmu di sini selesai!" kata si mbah dan si mbok yang sepertinya belum puas itu tertunduk, dia khawatir kalau Melati akan sedih jika tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Tapi, kenapa, Mbah? Bukannya mbah cukup sakti? Buktinya, Kin saja bisa mbah kalahkan?"

Pria berpakaian serba hitam itu bangun dari duduk, dia menerawang ke depan, karena Mbok Sum bertanya, maka dia pun menjelaskan.

"Karena ada harga yang sangat mahal, yang harus kamu bayar nantinya!" jawabnya tanpa menatap si mbok, si mbok yang semula duduk itu bangun, dia menatap Mbah Prapto seperti memiliki harapan.

"Apa itu, Mbah? Saya akan bayar walau itu sangat mahal!" ucapnya dengan antusias, lalu si mbah itu menatap si mbok tajam.

"Nyawa!" jawabnya singkat.

Mbok Sum menarik nafas dalam, dia tak terpikirkan bahwa yang harus dia bayar adalah nyawa.

"Apa nggak bisa selain itu, Mbah?" tanya Mbok Sum terdengar ragu.

"Pergi! Saya nggak terima pesanan santet! Kutukan Kin saja tak bisa dilawan, apalagi kalian mau nambah masalah. Ini cuma menunda, bukan menghapus!" suara Mbah Prapto meninggi. Tanpa menunggu jawaban, ia masuk ke belakang, menahan perih di lukanya sendiri.

Tinggallah si Mbok, terpaku, perasaannya campur aduk. Ia berbalik, melangkah pelan di jalan sepi.

Saat melewati pos ronda, matanya menangkap sosok pemuda yang duduk santai. "Permisi, mau ngojek, bisa?" tanyanya.

Pemuda itu nyengir. "Boleh. Lumayan buat beli rokok. Ayo."

Mesin motor meraung pelan, membawa mereka menembus gelap. Mbok Sum mulai merasa ada yang mengikutinya, sensasi yang sudah terlalu sering ia kenal. Tapi malam ini berbeda.

Sebuah bisikan dingin menyentuh telinganya. "Sum."

Refleks, ia menepis udara di samping wajah. Jantungnya berdegup. "Bukannya Kin sudah terperangkap, kenapa dia masih mengganggu?" pikirnya.

Di kanan-kiri hanya pepohonan berderet, bayangan mereka bergoyang di bawah cahaya lampu jalan. Tapi ketika Mbok Sum kembali menatap ke depan, dadanya langsung tersentak.

Kepala si pemuda berputar perlahan, satu putaran penuh… 180 derajat. Senyumnya melebar, matanya menatap lurus ke wajah Mbok Sum.

"Aaaaaaaaa!" teriaknya histeris. Tangannya menghantam wajah aneh itu. "Setan! Pergi kau!"

Motor oleng liar. Brak! Mereka terhempas ke pinggir jalan, tubuhnya langsung terjun ke sawah berlumpur. Air dingin dan lumpur menelan teriakannya, sementara di kejauhan tawa itu masih terdengar.

Kin, walau sudah terperangkap dia masih setia mengganggu, lalu apa yang bisa menghentikan teror dan kutukannya?

1
Rhina sri
kasian melati yg jadi karma dari bapaknya
Rhina sri
apa yg dilu drajat lakukan sm kinan kena sm melati🥺
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
Rhina sri
kesalahan drajat di masa lalu membuat anak anaknya gk tenang di hantui dgn dendam
Queen Alma: Semoga ada cara buat Melati sama Kemuning lepas dari kutukan Kin
total 1 replies
Rhina sri
walau si drajat udah meninggal kinan masih bls dendam tuk meneror anaknya
Queen Alma: Sakit hatinya masih belum reda ka 🥺🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya aku suka
Queen Alma: Terimakasih 😍🥰🥰
total 1 replies
Rhina sri
kin harus balas dendam lagi gk seru dong kalo harus di musnahkan sm dukun😂
Queen Alma: kutukan itu bakal tetep ada walau Kin udah nggak ada, udh jadi karma turun temurun 😩🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya.. buka ajah kalung jimatnya biar kin yg ngejar ngejar si drajat
Rhina sri
astagfiruloh tega banget semua org.. udah saatnya kinan balas dendam
Rhina sri
kasian kinan hamil dari laki laki bejat😭
Queen Alma: 🥺🥺🥺🥺🥺
sedih bgt yaaa
total 1 replies
ㅤㅤ
kasihan karsih, tega baget si drajat..
Queen Alma: bukan manusia emang si Drajat 😌
total 1 replies
ㅤㅤ
kin blum musnah kan, biar bsa balas dendam lgi.. 🤭
Queen Alma: heheee belum ko,
total 1 replies
ㅤㅤ
tadi prasaan hamil muda kok udh mau lahiran thor..
Queen Alma: kayanya dipersingkat deh 🤭✌
total 1 replies
ㅤㅤ
tega banget orang² kampung, kasihan Kin dan emak.ny.. 😢
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
ㅤㅤ
jahat banget si Drajat, mana memanfaatkan anak kecil lagi..😒
Queen Alma: jelmaan dia mah bukan manusia 😌😌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!