Katanya, Arsel pembunuh bayaran. Katanya, Arselyno monster yang tak berperasaan. Katanya, segala hal yang menyangkut Arselyno itu membahayakan.
Seorang Berlysa Kanantasya menjadi penasaran karena terlalu banyak mendengar desas desus mengenai cowok bernama lengkap Arselyno M Arxell. Semua murid sekolah mengatakan bahwa Arsel 'berbahaya', menantang gadis yang bernama Lysa untuk membuktikan sendiri bahwa yang 'katanya' belum tentu benar 'faktanya'.
Penasaran kecil yang berhasil membuat Lysa mengenal Arsel lebih dalam. Penasaran kecil yang sukses menjebaknya semakin menjorok ke dalam jurang penasaran.
Pada akhirnya, Lysa mengerti; ternyata mencintai Arsel, memang seberbahaya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon __bbbunga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab VIII :// Mulai Terbiasa
Arsel merutuki kliennya yang memberinya job di saat Lysa tengah bersamanya. Arsel hanya tidak ingin orang tau tentang seluk-beluk hidupnya. Apalagi orang itu Lysa, yang semua orang tau adalah YouTuber yang lumayan terkenal di sekolah. Meskipun sudah banyak gosip miring tentang cowok itu, rasanya masih aneh saja jika orang lain mengetahuinya secara langsung. Ditambah lagi, mereka tidak benar-benar tahu cerita yang sebenarnya. Mereka tentu akan semakin membenci dirinya.
Bugh!
Arsel menatap wajah lelaki di bawahnya datar seraya mencengkram kerahnya. Lelaki yang ia pukuli itu menatapnya nyalang "Si brengsek Jon itu, kan, yang kirim lo buat hajar gue?"
Arsel menatap datar "Dia titip pesan" Arsel menarik kerah lelaki itu dan memukulnya sekali lagi "Jangan dekati pacar dia. Atau dia bakalan kasih Lo pelajaran lebih dari ini"
Lelaki itu tertawa sinis, membuang salivanya yang bercampur darah ke samping kepala "Gue rasa lo nggak tau sedang berurusan dengan siapa"
Arsel siap-siap melayangkan bogemannya di udara, tepat ketika matanya menangkap sosok Lysa di sebrang jalan. Lysa memandangnya dengan taut wajah tak bisa terbaca. Ini bukan pertama kalinya, cewek itu sudah pernah memergokinya juga sebelum ini.
Lungah, lelaki yang tergeletak di bawah Arsel itu langsung mendorong Arsel menjauh. Segera pergi dari sana. Merasa tugasnya sudah selesai, Arsel tidak mengejar cowok itu. Memilih untuk menghampiri cewek yang diam-diam mengikutinya lagi "Lo kenapa ikuti gue?"
Lysa agaknya masih terlihat syok. Justru hal itu yang membuat Arsel menjadi tidak tenang "Kenapa lo ikuti gue, sih?! Gue sudah pernah bilang buat jangan penasaran sama gue—"
"Arsel, gue nggak mau dengar tentang lo dari mulut orang lain. Karena gue percaya lo itu baik. Gue yakin, Lo pasti punya alasan lakuin semua ini, kan?"
Arsel hanya menatap Lysa dengan raut wajah yang tak bisa ditafsirkan tanpa suara. Melihat ada gerombolan pria yang berperawakan semacam gangster yang menuju ke arah mereka, membuat Lysa sontak menyengeritkan dahu. Lysa spontan melotot ketika salah satu dari mereka mencoba memukul pundak Arsel dengan kayu.
"Arsel!!!"
Pundak Arsel berhasil terpukul lantas membuat cowok itu terhuyung ke depan. Namun ia dengan sigap berbalik badan dan menahan balok kayu tersebut yang ingin dilayangkan kepadanya lagi. Arsel berhasil membuang kayu itu menjauh. Tapi sialnya, perkelahian lagi-lagi terjadi.
"HUAAA! INI APAAN? INI ADA TAWURAN APA GIMANA? KOK NGGAK BILANG DULU! ADUH, GUE HARUS APA, ANJIR!" pekik Lysa panik sendiri.
Sepertinya mereka adalah taman-taman cowok yang sempat ia pukuli tadi. Terbukti dari salah satu bagianya adalah cowok yang babak belur itu. Kalau di hitung-hitung, jumlah mereka ada lima orang. Lysa jadi khawatir Arsel akan kalah karena ini.
Dua orang lainya terlihat ingin menghampiri Lysa sementara ketiganya sudah hampir kalah semua melawan Arsel, Arsel terbelalak, takut Lysa menjadi korban atas apa yang ia perbuat "Sa!"
"HUAAA!!!
GEDEBUK! BUGH! BRUK!
"Waduh! Tuh, kan! Mendekat segala, sih! jadi di piting, kan? Obati, jangan?"
Arsel mengerjap. Benar-benar kaget dengan kemampuan yang cewek itu perlihatkan barusan. Lebih tepatnya, tidak menyangka. Cewek yang terlihat seperti gadis pada umumnya itu ternyata tidak selemah yang ia kira dan mampu menghajar dua lelaki yang tentu lebih besar darinya itu sampai mengaduh tergeletak di atas aspal.
Melihat Arsel yang sedang lengah, lelaki yang tadi ia pukuli tampak memanfaatkan kondisi dengan langsung menendang dada Arsel. Arsel sontak terjengkal, dan langsung dihajar beberapa orang lain yang tersisa.
Lysa mendekat ingin membantu. Beruntungnya, sirine mobil polisi yang bergerak mendekat membuat orang-orang itu segera pergi. Lysa menghampiri Arsel yang sedikit babak belur.
"Arsel!" Lysa benar-benar panik "Lo babak belur!"
Bukanya menggubris, Arsel justru bengkit dan menyambar tangan Lysa. Menarik cewek itu untuk segera pergi dari sana. Arsel tidak mau cewek itu sampai masuk kantor polisi karena terlibat perkelahian bersamanya.
Mereka lantas bersembunyi di atas pohon, karena tidak ada waktu lagi berlari ke tempat lain. Setelah mobil polisi menjauh, barulah Arsel dapat mendengus lega. Arsel menetralkan deru nafasnya, lantas memandang Lysa yang memandangnya dari tadi.
"Kenapa kita sembunyi? Kita kan nggak salah?" tanya Lysa polos.
"Lo yang nggak salah. Lo bisa terlibat masalah karena ikut perkelahian di jalan. Lo mau masuk kantor polisi?"
Lysa hanya menyengir kuda. Lalu melirik ke arah jalan, memeriksa seberapa jauh gerombolan tadi kabur.
"Yaelah, giliran dengar ada polisi aja pada kabur! Cupu, deh—aaaa!"
Arsel langsung dengan cepat menangkap tangan cewek itu, pohon yang agak licin membuatnya tergelincir dan hampir saja jatuh. Untungnya Arsel dengan cepat memegang tangannya. Kalau tidak, mungkin pinggang Lysa sudah encok-encok sekarang. Lysa mengerjap, Arsel memandangnya intens dengan kedua tangan yang masih memegangi siku dan lengan cewek itu, menahanya agar tidak jatuh.
"Gue ada di sini, kalau lo jatuh, nggak ada yang tangkap lo di bawah. Jadi, hati-hati"
Lysa sontak menjauhkan tangannya dari pegangan Arsel dan memperbaiki posisi duduknya. Menyampirkan anak rambutnya ke belakang telinga. lalu tersenyum polos "Iya"
Arsel masih menatapnya. Lysa benar-benar di buat salah tingkah.
"Lo begal," celetuk Arsel kemudian "Kata jangan, malah jadi sebuah perintah yang harus lo lakuin"
Lysa melihatnya, lalu terkekeh tanpa dosa sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Cowok itu menghela nafasnya.
"Tapi lain kali gue mohon jangan, Sa, bahaya. Lo udah lihat sendiri tadi seberapa bahayanya"
"Jangan omongi bahaya terus, ah, bosen gue. Yang lain kek"
Arsel tertawa kecil. Baru kali ini ia bertemu seseorang seperti Lysa. jika orang lain justru sebisa mungkin menjauh dan tidak berinteraksi dengannya, Lysa malah melakukan sebaliknya. Ketika semua orang berseru menyebut dirinya monster, hanya Lysa lah yang menyebutnya manusia. Tanpa sadar, Arsel menarik kedua sudut bibirnya. Tersenyum tipis.
"Pinjam HP lo bentar"
"Eh?" Lysa menaikkan alis bingung. Namun kemudian pelan-pelan menyondorkan ponselnya juga.
Arsel tampak berkutat dengan ponsel miliknya dan ponsel milik cowok itu. Lysa menyundulkan kepalannya hati-hati, mengintip.
"Lo mau ngapain?"
Arsel hanya melihat ke arahnya sekilas, lali kembali fokus pada layar lagi. Cowok itu lalu mengembalikan ponselnya kembali. Lantas menatapnya seraya tersenyum. Membuat Lysa menaik-naikkan alis penasaran dengan apa yang Arsel lakukan barusan.
"Itu nomor HP gue. Lo bisa telepon gue kapan saja setiap lo butuh gue. terutama di saat keamanan lo terancam"
Lysa masih menatapnya, sebelum kemudian berdehem singkat " Bisa kasih tau gue, kenapa gue harus telepon elo?"
Cowok itu menatap matanya dalam, sejenak sebelum kemudian bersuara "Supaya gue bisa datang dan bisa lindungi lo"
Ya, jawaban itu. Kalimat sederhana yang sukses membuat sudut bibir Lysa tertarik pelan kemudian. Tersenyum senang.
...*****...
thor mampir juga dong ke ceritaku..