Pergaulan di masa putih abu-abu memang sangat menyenangkan. Kebebasan yang di dapatkan kerap kali menjadi jalan yang ia pilih untuk menentukan kedepannya.
Seperti kisah pria tampan yang bernama Raga Mahendra. Ketampanan yang di miliki menjadi incaran banyak wanita. Baik yang nakal mau pun wanita yang baik-baik.
Tanpa ia sadari salah satu di antara banyaknya wanita telah membuat masa depannya terancam. Mengorbankan kesuciannya tak tak lantas membuat wanita bernama Natasha Veronika puas.
Ia meminta pertanggung jawaban pada Raga.
“Apa-apaan kamu? Bertanggung jawab? Tidak.” Tegas Raga menolak.
“Kalau kau memaksa, aku akan menyebarkan video itu.”
Air mata Tasha berjatuhan, ia sadar sebodoh apa dirinya yang cinta mati pada pria seperti Raga.
Hingga akhirnya mereka pun tak lagi bertemu sejak saat dimana mereka telah lulus sekolah.
Akankah mereka bertemu kembali setelah lama berpisah? Apakah semua masalah selesai begitu saja dengan Raga pergi meninggalkan Tasha dengan kenangan buruk? Sementara video keduanya yang hanya menampakkan wajah Tasha sudah tersebar luas di media sosial.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marina Monalisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepulangan Tasha Dan Gara
Susah payah mengurus sang anak yang sedang mengantuk berat, Tasha tampak sangat sabar. Ia menyeka tubuh kecil Gara dengan kain basah tanpa membangunkan anaknya. Memakaikan baju serta pewangi lainnya. Hingga mereka tiba di pesawat pun Gara masih memejamkan mata. Tubuh mungil Tasha begitu kuat menggendong tubuh anaknya. Tentu saja hal itu banyak menyita perhatian para pengunjung bandara. Tangan satu memegang tas dan sebelah tangan lagi memegang tubuh Gara.
Beruntung ada beberapa orang yang memang Tasha bawa ikut dengannya untuk mengurus barang. Hal ini sudah di wanti-wanti oleh sang papah sebelumnya.
"Kamu ini tidur sepanjang jalan kok belum bangun juga sih, Gar? Kita sudah di pesawat loh." ujar Tasha mengusap lembut pipi sang anak.
Namun usapan tangan itu justru membuat Gara semakin nyenyak saja.
Berbeda dengan keadaan di rumah Firman. Sepasang suami istri itu sudah menantikan kehadiran anak dan cucunya. Mereka tampak beberapa kali melihat jam untuk segera bersiap ke bandara. Rasa rindu pada Gara sungguh tak terbendung lagi.
"Sabar, Mamah. Masih satu jam lagi." ujar Firman melihat sang istri yang semakin cepat jaraknya melihat jam di pergelangan tangan miliknya.
Indri terkekeh. "Pah, gimana nanti kalau Tasha sudah menikah dan membawa Gara pergi dari rumah ini yah? Mamah kok rasanya nggak sanggup. Kemarin saja kalau Tasha belum mau pulang Mamah mau nyusul rencananya." tuturnya mengungkapkan niat yang diam-diam ia rencanakan.
Firman menghela napas kasar. "Yah itu juga yang Papah pikirkan, Mah. Gara itu sudah seperti anak kita. Papah juga berat sekali kalau sampai kita pisahnya lama. Tapi, kita juga tidak boleh egois. Tasha adalah ibunya, dia yang jauh lebih berhak mendidik anaknya dan suaminya kelak." ujarnya menatap lurus ke depan.
Ada perasaan berat saat mengatakan jika cepat atau lambat mereka pasti akan berpisah rumah dari Gara. Empat tahun rumah ini di penuhi dengan tawa canda bocah kecil itu, rasanya pasti akan sangat sunyi seketika kala Gara tak ada lagi di sana.
Firman dan Indri seketika terkekeh mengingat bagaimana Gara sering merengek untuk tidur di tengah-tengah mereka jika Tasha sedang menegurnya.
***
Hingga akhirnya kini tibalah seorang wanita cantik dengan menggandeng tangan bocah tampan melangkah keluar dari pintu kedatangan di bandara. Keduanya tampak begitu ceria melihat sosok yang sudah berdiri siap memberi pelukan pada mereka.
"Mamah, Papah!" teriak Gara berlari.
Sementara Tasha sedang mendapat pemeriksaan barang-barangnya. Ia membiarkan Gara menghampiri sang mamah dan papah.
"Aduh Gara, Mamah sama Papah kangen sekali." Indri serta Firman berjongkok memeluk bocah itu serta mencium wajahnya beberapa kali.
Firman yang masih kuat segera menggendong tubuh Gara. "Gara juga rindu sekali. Di sana Gara suka tidur di hotel. Mamah dan Papah kapan-kapan kita tidur di hotel yah? Gara suka sekali dengan pemandangannya." ujarnya yang membuat sepasang suami istri itu terkekeh mengiyakan ucapan sang cucu.
"Mah, Pah." Tasha pun mendekati mereka dengan mencium punggung tangan kedua orangtuanya.
Melihat hal itu Gara pun juga ingin melakukannya. Sontak saja perhatian semuanya tertuju pada Gara yang meraih tiba-tiba tangan Indri lalu ke tangan Firman. Kecupan di punggung tangan itu ia bunyikan sekeras mungkin. Barulah semua tertawa melihat tingkah Gara.
"Bagaimana perjalanan kalian, Sha? Pesawatnya baik-baik saja kan?" tanya Indri saat mereka sudah berada di dalam mobil.
"Iya, Mah. Sangat baik. Bahkan ini si kecil saja baru bangun saat pesawat landing. Dia tidur mulai dari hotel sampai di sini." cerita Tasha melihat Gara yang sibuk memakan cemilan dengan kedua mata yang sudah terbuka lebar.