"Salahkah aku mencintainya?" -Regina-
"Ini hanya tidur bersama semalam, itu adalah hal biasa" -Arian-
-
Semuanya berawal dari kesalahan semalam, meski pria yang tidur bersamanya adalah pria yang menggetarkan hati. Namun, Regina tidak pernah menyangka jika malam itu adalah awal dari petaka dalam hidupnya.
Rasa rindu, cinta, yang dia rasakan pada pria yang tidak jelas hubungannya dengannya. Seharusnya dia tidak menaruh hati padanya.
Ketika sebuah kabar pertunangan di umumkan, maka Regina harus menerima dan perlahan pergi dari pria yang hanya menganggapnya teman tidur.
Salahkah aku mencintainya? Ketika Regina harus berada diantara pasangan yang sudah terikat perjodohan sejak kecil. Apakan kali ini takdir akan berpihak padanya atau mungkin dia yang harus menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengakhiri Hubungan
"Nenek harus melakukan pemasangan ring jantung"
Arian hanya menghela napas mendengar ucapan saudara kembarnya. "Kapan Dokter akan melakukannya?"
"Melihat dulu bagaimana kondisi Nenek, sepertinya akan di lakukan dua hari lagi"
"Baiklah, lakukan saja apa yang terbaik. Sekarang aku harus pulang dulu"
Arina hanya mengangguk saja, dia membiarkan saudaranya pergi. Melihat punggungnya yang melangkah menjauh darinya, membuat Arina bisa merasakan kesedihan yang sedang dijalani oleh Arian. Namun, semuanya sudah terlanjur terjadi, bahkan Arina saja bingung harus bagaimana membantunya. Arian sudah tidak bisa membantu Arian.
Arian kembali ke Apartemen, melihat suasana Apartemen yang kosong tidak seperti biasanya. Ketika di sofa itu, sering kali Arian duduk bersama Regina dengan saling berpelukan. Menonton acara televisi untuk bersantai setelah seharian bekerja.
Arian duduk di sofa, sekarang ruangan ini terasa kosong dan hampa. Tidak ada lagi suara tawa yang menghangatkan hatinya, tidak ada lagi yang bertanya 'mau makan apa?'. Di arah dapur, biasanya ada sosok yang sedang menyiapkan sarapan dengan rambut yang di ikat asal, menambah kesan manis bagi Arian. Tapi sekarang, semuanya tinggal bayangan semu.
"Kenapa kau harus pergi meninggalkanku seperti ini? Semuanya bukan keinginanku, dia hadir bukan keinginanku. Tapi bersamamu, adalah hal yang aku inginkan"
Arian menghembuskan napas berat, menatap langit-langit kamar dengan tatapan yang menerawang. Semuanya terasa begitu kacau, bahkan pikiran dan hatinya sudah tidak bisa di ajak kompromi lagi.
Ponselnya berbunyi, menandakan ada notifikasi yang masuk. Arian merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya. Membuka pesan dari orang yang dia suruh untuk mencari keberadaan Regina. Membuka pesan itu, dan dia melihat sebuah foto dan rekaman video beberapa detik.
"Siapa pria ini?"
Arian melihat Regina yang sedang berpelukan dengan seorang pria di Lobby Hotel. Lalu, mereka berjalan beriringa n masuk ke dalam hotel ini. Seketika Arian hanya bisa diam melihatnya dengan rahang yang mengeras dan tangan mengepal erat.
Arian langsung menghubungi nomor yang mengirimkan foto dan video itu. "Hallo, dimana mereka? Aku akan kesana sekarang"
"Mereka berada di sebuah Hotel, dan saya sudah tahu nomor berapa mereka berada"
"Berada di satu kamar?"
"Ya"
Tangan Arian semakin mengepal erat, dia menyambar kunci mobil dan segera pergi setelah orang suruhannya mengatakan alamat Hotel yang sekarang di tempati oleh Regina dan seorang pria yang sama sekali tidak dia kenal.
"Sial, apa ini alasan dia meninggalkanku?"
Arian melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tangannya memegang kemudi dengan erat, urat-urat di tangannya yang kekar sampai terlihat jelas. Rahangnya yang ikut mengeras, menunjukan seberapa besar kemarahan Arian saat ini.
Mobil terparkir dengan asal di depan Hotel, Arian segera berlari masuk dan menemui orang yang dia suruh untuk mencari keberadaan Regina.
"Dimana dia?"
"Mari ikut saya, Tuan. Saya sudah mendapatkan izin dari petugas Hotel dan mendapatkan satu kartu akses lain"
Arian mengikuti langkah pria berpakaian serba hitam itu. Mereka naik ke lantai atas, dan mencari sebuah kamar dengan kartu akses di tangannya. Setelah berada di depan pintu kamar Hotel itu, tangan Arian sudah mengepal kuat. Mencoba untuk mempersiapkan diri melihat apa yang akan terjadi di dalam sana. Arian benar-benar harus kuat melihatnya, ijka itu memang akan membuatnya semakin marah.
Brak... Dengan tidak sabar, Arian membuka pintu dengan kasar. Membuat dua orang di dalam kamar terkejut. Regina yang sedang di gendong oleh seorang pria menuju tempat tidur. Dia yang hanya menggunakan jubah mandi, rambutnya masih terlihat basah. Menunjukan jelas jika dia baru saja selesai mandi.
"Arian"
Arian tersenyum sinis, tidak mengatakan apapun. Dia berjalan mendekat pada Regina. Menatapnya yang masih berada dalam gendongan seorang pria.
"Jadi, kau meninggalkan aku karena pria ini?" tanya Arian, suaranya bergetar penuh penekanan.
Tangan Regina di belakang tubuh pria yang menggendongnya, sudah mengepal erat. Melihat wajah putus asa Arian, bahkan terlihat sekali jika dia begitu terluka melihatnya seperti ini.
"Turunkan aku, Ben" bisiknya pada pria yang menggendongnya.
Setelah turun dari gendongan Ben, Regina sedikit berpegangan pada lengan Ben, terlihat sedikit tidak bisa menahan tegak tubuhnya.
"Arian, sejak awal aku sudah bilang jika hubungan kita ini tidak mungkin. Jadi, sudahlah jangan terus berusaha jika hanya akan sia-sia. Lagi pula, aku juga butuh kepastian. Dan aku memilih pria yang jelas memberikan aku kepastian, bahkan dia tidak terikat dengan perjodohan seperti kamu"
Tuhan, kenapa mulutku jahat sekali. Dalam hatinya menjerit sakit mendengar ucapannya sendiri. Namun, sadar jika ini adalah sebuah kesempatan untuk mengakhiri sebuah hubungan yang tidak mungkin ini.
Wajah Arian berubah marah, namun tatapan matanya jelas menunjukan kesedihan yang begitu besar. Hal yang membuat Regina hampir tidak bisa menahan diri ketika melihat tatapan matanya.
"Aku juga tidak pernah mau berada dalam posisi seperti ini. Aku berusaha mencari cara agar kita bisa bersama. Tapi ... sekarang aku paham, kenapa Tuhan seolah memberikan jalan buntu bagiku untuk menolak perjodohan ini. Karena sebenarnya, Evelina memang lebih baik daripada kamu yang tidak mau berjuang bersama denganku"
Arian berbalik, membelakangi Regina yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Arian ingin melangkah, tapi dia terhenti sejenak.
"JIka memang pria ini yang bisa membuatmu bahagia, dan kamu tidak perlu terjebak dengan pria sepertiku yang sudah terlanjur terikat sebuah perjodohan. Maka, aku doakan kamu bahagia bersamanya, Sayang. Aku akan pergi dan tidak akan mengganggumu lagi"
Arian melangkah pergi meninggalkan kamar Hotel ini. Membawa rasa kecewa dan luka yang begitu besar. Pertama kali jatuh cinta sampai sejatuh-jatuhnya, tapi harus terluka sebesar ini.
Untuk pertama kalinya, dia mengusap air matanya yang mengalir tanpa henti. Langkah kaki terus berjalan, di iringi air mata yang terus mengalir di pipinya.
"Mungkin kau akan lebih bahagia bersamanya. Aku doakan kau benar-benar bahagia, Sayang"
*
Di dalam kamar, Regina tidak bisa menahan berat tubuhnya lagi. Dia jatuh terduduk di atas karpet. Tubuhnya bergetar dengan kepala menunduk. Air mata mengalir tanpa henti.
Ben ikut berjongkok di samping Regina, mengusap punggung gadis itu yang bergetar begitu hebat. "Re, ini sudah menjadi keputusanmu sejak awal. Jadi, kamu juga harus kuat"
"Hiks... Aku tidak bisa melihat wajahnya yang penuh luka. Kesedihan dan kekecewaan yang jelas terlihat di wajahnya. Ya Tuhan, aku sejahat itu padanya.. Hiks.."
"Re, bukan kalian yang salah, tapi keadaan yang tidak merestui"
Ben memeluk Regina, mencoba untuk menenangkan gadis itu. Meski dia tidak tahu bagaimana sebenarnya perasaannya, tapi Ben yakin ini sangat menyakitkan bagi Regina.
Pada akhirnya, keadaan harus berdamai dengan kondisi. Tidak ada yang bisa dilakukan saat hanya harus menerima kenyataan.
Bersambung
Masih satu bab gengs.. Aku baru sempat nulis karena kemarin ada acara di keluarga Ayah.
Untuk Arian sama Regina, serah kalian aja deh. Mau jalani hidup masing-masing juga bodo amat. Author pusing sama kalian berdua.
semoga reghina slalu baik baik dan kandungan nya sehat,,,Samuel beri perlindungan pada reghina..takut ada yg mencelakai nya
Mungkin ada keajaiban esok hari