Kehidupan Elena awalnya baik-baik saja, tapi semuanya berubah saat dia melihat adiknya--Sophia berselingkuh dengan kekasihnya.
Tak hanya itu, Sophia juga memfitnahnya dengan tuduhan pembunuhan terhadap Kakek mereka. Hal itu membuat Elena harus mendekam di dalam penjara selama 5 tahun. Dia kehilangan semuanya dalam sekejap mata.
Elena akhirnya menyadari bahwa Sophia telah merencanakan semuanya sedari awal. Sang adik menggunakan kepribadian yang manis untuk menjebaknya dan mengambil alih harta keluarga mereka.
Setelah keluar dari penjara, dia bertemu dengan seorang pria yang membawa perubahan besar dalam hidupnya. Apakah Elena bisa memulihkan namanya dan membalaskan dendamnya pada sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 - Namaku bukan Veronica
"Pria itu! Kenapa dia bisa berada di sini?" ucap Elena di dalam hati. Dia juga terkejut begitu melihat siapa bos yan sejak tadi di ucapkan oleh pria di sampingnya.
"Apakah ini yang disebut dengan takdir?" batin Andreas. Pria itu segera mendekati Elena dan memegang dagunya.
"Apa yang sedang kamu sembunyikan?" tanya pria itu.
Elena menatap tajam Andreas, "Saya tidak mengerti apa yang Anda bicarakan, Tuan!"
Andreas tersenyum miring, tangannya lantas meraba pantat Elena. "Benar, bahkan bentuknya tidak berubah. Ini memang dirimu."
Elena berteriak marah, satu pria yang berada di sana juga ikut terkejut dengan apa yang ia lihat. "Tuan, saya tidak akan melakukannya lagi! Saat itu saya sedang mabuk dan melakukan kesalahan!" ucap pria itu.
"Aku tahu tidak ada waktu lain, tapi tolong beri saya kesempatan! Saya memohon kepada Anda!"
Andreas mengibaskan tangannya, "Sudahlah, aku muak melihat wajahmu. Meskipun kamu melukai dirimu sendiri aku tidak tertarik untuk menontonnya."
"Tuan Andreas, terima kasih! Terima kasih, Tuan! Saya tidak akan berani melakukannya lagi!," ucap pria yang tangannya masih terikat tersebut.
"Tidak perlu mengucapkan terima kasih padaku! Kau hanya perlu berterima kasih kepada dia dan mengetuk kepala dua kali di atas lantai. Itu saja," balas Andreas sembari menunjuk Elena yang berdiri di sampingnya.
"KAKAK IPAR!!"
Pria itu berteriak dan benar-benar bersujud di depan keduanya, "Kakak Ipar, tolong pukul saya! Tidak masalah jika ingin melemparkan saya ke sungai, saya hanya ingin Kakak Ipar meminta Tuan Andreas melepaskan saya!"
Elena melotot kaget mendengar dia di panggil Kakak Ipar. "Sudahlah, bawa dia keluar sekarang," ucap Andreas kepada salah satu pengawal.
Di dalam ruangan itu hanya tinggal mereka berdua, "Tuan, jika Anda sudah puas menggodaku, bisakah Anda melepaskanku?" ujar Elena.
Andreas tersenyum, "Kamu tidak memanggilku seperti itu sebelumnya, kenapa aku tidak pernah melihatmu selama 4 tahun?"
"Apa yang Anda bicarakan? Apakah Anda sedang bercanda? Saya belum pernah melihatmu sebelumnya," kata Elena.
"Menahan seseorang secara ilegal bisa terkena pasal hukum. Meskipun Anda adalah bos besar, Anda tidak bisa mengikatku di sini tanpa alasan," lanjutnya.
Raut wajah Andreas berubah, "Veronica, apakah menarik bercanda seperti ini? Aku tidak percaya kamu tidak mengenaliku sama sekali!" ucapnya dengan nada tinggi.
Elena menatap pria itu tanpa rasa takut, "Aku belum pernah mendengar siapa itu Veronica. Jika Anda tidak tahu siapa namaku, bukankah terdengar lucu jika Anda mengenalku?"
"Namamu bukan Veronica?" tanya Andreas dengan nada rendah. "Setelah mencarinya selama beberapa tahun, ternyata namanya salah sejak awal," lanjutnya di dalam hati.
Elena tersenyum remeh, "Sebagai direktur sebuah perusahaan besar, Anda sudah mengakui salah orang? Saya hanya pedagang pangsit, jadi tolong lepas ikatan tangan saya."
"Saya tidak tahu apakah penjelasanku sudah cukup atau tidak, aku tidak peduli. Biarkan saya pulang karena anakku menunggu di rumah," lanjutnya.
Andreas terkejut, "Kamu memiliki anak?!" ucapnya tak percaya.
"Kalau iya memangnya kenapa? Tampaknya selain memiliki penglihatan yang buruk, Anda juga memiliki pendengaran yang tak kalah buruk," timpal Elena.
Andreas menghela napas kecil, "Menurutmu, aku mengaku bahwa salah orang? Dan kamu bukan wanita yang menghabiskan malam panas bersamaku di club malam 4 tahun yang lalu?"
Pria itu melepaskan kancing jas dan juga kemejanya satu persatu. Elena melotot kaget, "Apa yang mau Anda lakukan!"
Andreas tidak menjawab dan mendorong Elena hingga terduduk di atas sofa panjang yang ada di belakangnya, "Mungkin kita bisa saling mengenal dengan cepat dengan cara seperti ini," ucapnya sembari memegang kedua bahu Elena."
"Kamu mungkin tidak ingin mengenalku, tetapi aku ingin mengenalmu."
Setelah mengatakan itu, Andreas meraba wajah dan leher Elena, wajahnya mendekati leher wanita itu dan mengendusnya. Diperlukan seperti itu Elena merinding dan mencoba menjauhkan wajahnya.
"Ughh" lenguh Elena.
Andreas merebahkan tubuh Elena dan mengukungnya dari atas, "Andreas! Berhenti menggodaku!!" teriak Elena.
Andreas tersenyum miring, "Ah, kau sudah mengingat namaku? Sepertinya cara ini sangat efektif, jadi aku akan meneruskannya."
Pria itu mulai menyingkap kaos Elena ke atas, memperlihatkan perut ratanya.
"Andreas! Kamu memang sengaja tidak mau melepaskan ikatanku karena hal ini, kan? Lepaskan aku, anakku pasti sedang mencariku sekarang," ucap Elena dengan tatapan memohon.
Tatapan Andreas menajam, "Katakan sekali lagi jika kamu memiliki anak!!"
"AHHHH!!!
Elena menjerit karena Andreas menggigit lehernya hingga meninggalkan bekas di atas kulit putihnya. "Ada apa denganmu! Anakku tidak ada hubungannya denganmu!" pekiknya.
Andreas menatap Elena, "Aku tak masalah jika kamu ingin berpura-pura hilang ingatan, aku bersedia bermain-main denganmu. Tetapi jika kamu mengarang sudah memiliki suami dan anak, itu sudah keterlaluan," ucapnya tegas.
"Lepaskan, Aku sudah memiliki pacar, brengsek!!"
Andreas menulikan pendengarannya, "Veronica, kamu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata, aku sudah mencarimu selama 4 tahun, dan sekarang kau ingin membohongiku?" ujarnya.
"Namaku Elena, bukan Veronica!" Balas Elena dengan geram. "Kita hanya bertemu karena kecelakaan malam itu, dan kamu tidak mengetahui apapun tentangku!"
"Kamu tidak mengenalku, tetapi aku tau kamu bernama Andreas, si pemilik club malam," lanjutnya.
Andreas melebarkan kedua matanya, "Bagaimana denganku? Aku menunggu selama 4 tahun, apa kamu ingin aku melupakannya begitu saja?"
"Apa yang kamu inginkan? Apa karena aku tidak pandai bermain malam itu kau mengikat dan mempermalukanku seperti ini? Apakah aku harus kembali bermain denganmu? Kau ingin bermain? Apa aku harus menemanimu dengan sukarela?" ucap Elena dengan nada datar.
"ELENA!" amuk Andreas.
Sang pemilik nama tidak gentar sama sekali, " Aku tidak melihat keseriusan dengan apa yang kau lakukan padaku hari ini. Jika kau pikir serius menahan dan memaksaku, maka itu benar-benar bodoh!"
"Anakku masih menunggu di rumah, selagi aku masih meminta dengan baik-baik, lepaskan aku sekarang," pinta wanita itu.
Andreas mendesah pasrah, lalu menyingkir dari atas tubuh Elena, dia kalah dan melepaskan ikatannya.
Elena segera berdiri dan merapikan bajunya. "Aku akan mengantarmu," tawar Andreas.
Elena menggeleng, "Tidak, kita jangan bertemu lagi. Aku tidak ingin mengganggu orang sepertimu, dan aku tidak ingin membuat orang lain salah paham."
Setelah mengatakan itu Elena berjalan ke arah pintu, sebelum benar-benar keluar, dia menoleh dan menatap Andreas yang memperhatikan setiap gerak geriknya.
"Selamat malam dan selamat tinggal."
Elena menghilang di balik pintu, Andreas dengan kesadaran penuh berdiri dan mengejar Elena. Sang asisten yang berada di luar ruangan menghentikannya.
"Tuan Andreas, kemana Anda akan pergi? Apakah perlu saya siapkan mobil?" ucap sang asisten.
Andreas menggeleng, "Tidak perlu. Aku tidak akan pulang malam ini."
"Aku tidak bisa membiarkannya lari lagi! Dia terlalu licik dan lihai, aku tidak tau apakah yang dia katakan benar atau salah. Jadi aku harus melihat seperti apa anak yang dia lahirkan itu," lanjutnya di dalam hati.
Bersambung
Terima kasih sudah membaca 🤗