Entah nasib sial, atau memang sudah menjadi takdir dari seorang Zakiya Alarice. Kedua kabar buruk menimpanya dalam satu waktu, yang pertama kabar kebangkrutan keluarganya hingga ia kehilangan semua aset-aset berharganya, dan yang kedua kabar penangkapan kakaknya yang selama ini menjadi satu-satunya pelindung untuknya karena kasus pembunuhan.
Kia yang selama ini hanya tahu tentang bersenang-senang, tiba-tiba dihadapkan pada masalah yang rumit. Tanpa tahu apa yang harus ia lakukan untuk mengembalikan kekayaannya dan juga menolong kakaknya.
Disaat kebingungan itu, Kia menemui seorang pengacara atas perintah kakaknya. Namun, sang pengacara justru meminta dirinya untuk menjadi istri sirri sebagai imbalan untuk penyelesaian masalahnya.
Maukah Kia menjadi istri sirri sang pengacara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon annin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.8
Sore ini di apartemen Satria, tempat yang kia tinggali beberapa hari terakhir. Di sinilah, kia akan melangsungkan pernikahannya secara sirri dengan Satria Anggar Buana.
Kia sedang merias dirinya di dalam kamar, di bantu oleh shila. Kia ingin ada satu orang dari pihaknya yang menjadi saksi terjadinya pernikahan antara dirinya dengan Satria.
Sementara Satria, mengundang asistennya yang bernama Wira dan supir pribadinya yang bernama pak Hamid. Mereka berdua akan menjadi saksi nikah untuk Kia dan Satria. Kia akan dinikahkan oleh wali hakim, karena Kia tak memiliki kerabat untuk dijadikan wali nikahnya. Kak Keenan, yang ia sebut sebagai kakak, tidak bisa menjadi wali nikahnya. Karena Kia adalah anak angkat dari ayahnya Keenan. Karena itulah, tidak ada kerabat dari nasab Kia untuk menjadi wali nikah Kia.
"Apa kamu gugup," tanya Shila yang membantu Kia mengenakan kebayanya.
"Ya ... aku sangat gugup," jawab Kia lirih.
"Rileks, kata orang semua pengantin mengalami itu. Gugup."
"Tapi, aku gugup karena aku ragu dengan keputusanku," Kia menoleh menatap Shila yang dari tadi berdiri di belakangnya, menata kebaya Kia agar nampak rapi.
"Shila, apa yang kulakukan ini benar?" tanya Kia menatap sendu pada sahabatnya.
Shila menggeleng. "Aku tidak tahu, yang bisa menjawab tentang kebenaran apa yang kamu lakukan adalah hati mu sendiri," jawab Shila yang semakin membuat Kia bimbang.
"Tanyakan pada hatimu soal keputusanmu ini, apakah ini benar, atau langkah yang salah. Karena kamu yang akan menanggung semua akibat dari jalan yang kamu pilih." sambung Shila.
Kia menatap tajam Shila, mencari arti dari kalimat yang Shila ucapkan. Mereka terdiam satu sama lain, saling menatap penuh tanya.
"Apa kamu sudah siap?" tanya Satria yang tiba-tiba masuk ke kamar dan memecah kebisuan antara Kia dan Shila.
"I-iya," jawab Kia terbata karena gugup.
"Ayo," ajak Satria pada Kia untuk keluar.
Kia berjalan pelan menghampiri Satria yang di ikuti Shila di belakangnya. Mengikuti pria itu untuk menemui penghulu. Kia menatap semua orang yang ada di ruangan itu, semua nampak serius.
Tiba-tiba, Kia menarik lengan Satria dari belakang. "Kenapa?" tanya Satria heran dengan sikap Kia.
Kia tersenyum canggung pada semua orang di ruangan itu. "Maaf, permisi sebentar. Saya ingin bicara dulu dengan calon suami saya," ucap Kia pada semua orang yang tengah menatapnya.
Kia menarik Satria untuk kembali masuk ke kamar. Kia langsung menutup pintu seketika mereka masuk.
"Ada apa?" tanya Satria.
"Beri aku alasan agar aku bisa menerima pernikahan ini," jawab Kia.
Satria terdiam tidak mengerti kenapa Kia meminta alasan untuk pernikahan ini. Bukankah dulu Kia yang datang padanya untuk meminta bantuan dan pernikahan ini sebagai imbalannya.
"Ehm ... sebenarnya, aku ragu dengan pernikahan ini," ucap Kia hati-hati.
Satria menatap Kia, memperhatikan gadis itu dengan seksama.
"Maksud ku, apa ini keputusan yang benar?" lanjut Kia.
"Apa kamu pernah berfikir tentang perasaan istrimu? apa yang akan terjadi jika istrimu tahu tentang pernikahan ini?"
"Aku merasa bersalah jika aku menikah dengan mu secara diam-diam." Kia diam sejenak, menjeda ucapannya.
"Bagaimana pun, dia adalah istrimu. Istri sahmu. Aku tidak ingin menyakitinya, karena aku juga wanita. Aku juga tidak akan pernah rela jika harus berbagi suami dengan wanita lain. Aku ... aku tidak ingin meneruskan pernikahan ini."
"Apa kamu ingin kakakmu selamanya ada di penjara!" ucap Satria terdengar seperti ancaman.
"Aku akan lakukan apapun, tapi tidak dengan menjadi simpanan mu."
"Aku tidak menjadikan mu simpanan ku, aku memberi mu kehormatan dengan menikahi mu."
"Tapi pernikahan rahasia, bukankah itu sama saja dengan menjadi simpanan mu."
"Aku akan menjadikan mu istriku yang sah secara hukum dan agama, tapi tidak untuk saat ini. Dan soal istri ku, dia tidak akan keberatan apalagi menolak pernikahan kita. Karena dia tidak punya hak untuk itu."
"Bagaimana kamu tahu isi hati seseorang? Kalau kamu ingin seoarang anak, bukankah akan lebih baik jika kamu memiliki anak dari istrimu yang sah?"
"Aku tidak akan bisa memiliki anak dengannya, dia tidak ingin hamil. Sementara aku adalah pria normal, yang menikah bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan biologis ku, tapi aku juga ingin memiliki keturunan. Yang tidak bisa diberikan oleh istri ku. Apa kamu mengerti sekarang?"
Kia berfikir sejenak, mencerna setiap kalimat yang Satria ucapkan.
"Kamu tidak berada diposisi yang salah dalam pernikahan ini. Percayalah pada ku," ucap Satria meyakinkan. Satria lantas keluar dari kamar itu, dan membiarkan Kia sendiri untuk mengambil keputusan.
Semua orang sudah siap pada tempatnya, saat Kia keluar dari kamar. Kia menatap orang-orang yang tengah duduk menunggunya. Hari pernikahannya. Hari yang dulu ia impikan. Sekarang akan terjadi, tapi tak seperti apa yang ia bayangkan dulu. Pesta megah, dengan dekorasi mewah. Banyak tamu yang datang untuk memberi selamat. Kebahagiaan yang takkan pernah terlupakan, semua itu adalah pernikahan impiannya.
Tapi semua keadaan ini berbanding terbalik dari semua harapannya, pernikahannya saat ini dilakukan di apartemen tanpa dekorasi. Tidak ada tamu undangan, karena dilakukan secara rahasia. Dan tidak akan ada pesta setelah ijab qobul.
Kia segera duduk di samping Satria yang menghadap penghulu. Sementara kedua saksi ada disisi kanan dan kiri nya. Shila sendiri sedang menyetel kameranya untuk mengabadikan moment pernikahan rahasia ini. Ini permintaan Kia, dia ingin memiliki bukti jika pernikahan sirri antara dirinya dan Satria benar-benar terjadi. Bukan apa-apa, Kia hanya berjaga-jaga jika nanti akan ada yang meragukan pernikahannya.
"Apa sudah siap?" tanya Pak penghulu.
Satria menatap Kia, memastikan kehadiran Kia di sampingnya adalah bukti persetujuannya untuk malakukan pernikahan ini.
Kia mengangguk pada penghulu yang menanyainya.
Penghulu itu menanyai Kia tentang siapa yang akan jadi wali nikahnya, meskipun sebelumnya sudah diberi tahu bahwa calon pengantin perempuan tidak memiliki wali dari nasabnya. Dan menanyakan juga, apakah Kia dengan suka rela tanpa paksaan atau tekanan dari siapapun bersedia melakukan pernikahan ini. Semua demi memastikan bahwa pernikahan ini dilakukan secara sadar dan ikhlas oleh kedua belah pihak.
Kia pun mengangguk, sebagai jawaban.
Penghulu itu lantas menjabat tangan Satria dan memulai prosesi ijab qobulnya. Saat itu, saat saksi mengucapkan kata sah, sudah sah pula Kia menjadi istri Satria.
Kia sampai menitihkan air mata kala penghulu membacakan doa untuk pernikahannya bersama Satria. Kia akan sangat bahagia jika pernikahan ini di mulai dengan cinta, tapi semua tidak seperti maunya. Karena Tuhan memilihkan jalan yang lain untuk Kia.
Shila langsung memeluk sahabatnya, ketika semua prosesi ijab qobul sudah selesai.
"Jangan bersedih, kamu harus selalu bahagia. Mungkin saat ini kamu belum tahu apa hikmah dibalik pernikahanmu. Tapi yakinlah, Tuhan selalu memberi yang terbaik pada hambanya." Shila mengusap air mata di pipi Kia.
.
.
.
.
.
.
Tengkyu💓💓💓sayang hee