Hati wanita mana yang tidak akan hancur melihat sang suami sedang melakukan hubungan suami istri dengan perempuan lain di ruang kerjanya. Wanita itu bernama Sofia, istri dari Rico yang sudah dinikahi selama enam tahun namun belum diberi keturunan.
Sofia tidak pernah menyangka jika sang suami yang selama ini selalu bersikap baik, lembut dan romantis ternyata dia tega mengkhianatinya.
Apakah Sofia bisa mempertahankan rumah tangganya yang sudah ternoda...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Awal pertemuan
FLASH BACK DUA BULAN LALU
Pukul sepuluh malam Rico mengendari mobilnya di jalanan raya. Dia baru saja pulang dari kantor. Maklum,dia baru saja menghadiri makan malam bersama klien. Rico mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Tiba- tiba di depan sebuah discotik ternama di Jakarta ,Rico melihat seoarang perempuan sedang dikelilingi oleh beberapa pria.
Sekitar tiga pria yang sepertinya sedang mengganggu perempuan muda itu. Rico merasa iba, dan tiba- tiba hatinya tergerak untuk menolong perempuan tersebut.Rico menghentikan mobilnya dan dia pun keluar dari mobil.
"Hei lepaskan gadis itu...!" seru Rico.
"Hei bung kamu nggak usah ikut campur ya... Pergi saja kamu dari sini..." jawab salah satu laki- laki tersebut.
Sedangkan gadis yang diganggu oleh mereka menangis ketakutan . Tanpa ragu lagi Rico menghampiri ke tiga pria yang sedang mengganggu gadis tersebut.
"Aku bilang jangan ganggu dia...!" seru Rico sambil mendorong salah satu pria tersebut dengan cukup kuat hingga dia jatuh tersungkur ke tanah.
Melihat temannya jatuh, kedua teman pria tersebut terlihat marah dan mencoba untuk menghajar Rico. Mereka berdua mengeroyok Rico sedangkan pria yang tadi terjatuh memegangi tangan gadis itu, agar dia tidak kabur.
Mereka pun berduel melawan Rico. Namun karena tubuh Rico lebih besar dan lebih kuat dari mereka, akhirnya Rico dapat mengalahkan mereka. Kedua pria itu jatuh tersungkur di trotoar dan merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya. Mereka berdua pun lalu lari terbirit- birit. Begitu juga pria yang sedang memegangi gadis itu. Dia ikut lari menyusul kedua temannya.
Setelah ketiga pria itu lari ,gadis yang tadi ketakutan pun segera lari menghampiri Rico lalu memeluknya dengan erat. Dia menangis sambil memeluk Rico.Rico pun kaget tiba- tiba dipeluk oleh gadis itu.
"Ehm... A...apa kamu tidak apa- apa...?'' tanya Rico yang merasa canggung dipeluk oleh perempuan yang sama sekali tidak dia kenal.
"Tanganku sakitttt...hik...hik... Lututku juga sakit...." gadis itu terus menangis.
"Coba aku lihat ..." ucap Rico sambil melepaskan pelukan gadis itu.
Gadis itu pun memperlihatkan siku dan lututnya yang terluka. Sepertinya dia terjatuh karena lari dikejar oleh ketiga pria tadi. Siku dan lutut gadis itu mengeluarkan darah. Dan pergelangan tangannya juga memerah karena para pria tadi memegangnya dengan cukup kuat.
"Ayo masuk ke mobilku, nanti aku obati lukanya..." ucap Rico menuntun gadis itu masuk ke mobil.
Di dalam mobil, Rico mengambil kotak P3k, kemudian mengambil kapas dan alkohol untuk mengobati luka di siku dan lutut gadis itu. Rico menempelkan kapas yang setengah basah oleh alkohol dengan pelan- pelan ke luka gadis itu.
"Aww... Sakitttt..." gadis itu meringis.
"Ma..maaf... Sebentar lagi selesai kok, aku pakein alkohol biar lukanya nggak infeksi..." ucap Rico.
Rico fokus mengobati luka pada siku dan lutut gadis itu, sedangkan gadis itu fokus menatap wajah Rico yang ganteng.
"Sudah..." sambung Rico setelah selesai mengobati luka gadis itu.
"I..iya... terima kasih..." sahut gadis itu.
"Oya... Nama kamu siapa...? Namaku Rico..." tanya Rico mengulurkan tangan pada gadis itu.
"A...aku Viviana..." jawab Viviana sedikit malu- malu sambil menerima uluran tangan Rico.
"Viviana... Nama yang cantik, secantik orangnya..." ucap Rico sambil tersenyum manis pada Viviana.
Mendengar pujian dari Rico pipi Viviana pun merona.
"Oya, kenapa kamu malam- malam ada di tempat ini...?" tanya Rico.
Lalu Viviana menceritakan pada Rico bahwa dia habis main bersama teman- temannya. Tapi teman- temannya pulang bersama pacarnya masing- masing. Kebetulan cuma Viviana yang belum punya pacar. Viviana berencana pulang sendiri dengan naik taksi on line. Ketika dia sedang menunggu taksi on line, tiba- tiba ketiga pria itu datang mengangggunya.
Rico tertawa pelan mendengar cerita Viviana. Viviana pun bingung kenapa Rico tertawa.
"Kenapa kamu tertawa...?" tanya Viviana.
"Nggak... Lucu aja..." jawab Rico.
",Apanya yang lucu...?"
"Itu... Kamu bilang kamu tidak punya pacar. Itu lucu sekali. Masa gadis secantik dan seimut kamu nggak punya pacar. Apa tidak ada yang mau sama kamu...?" tanya Rico meledek Viviana.
"iiiihhhhh...." rengek Viviana sambil memukul pelan lengan Rico.
Rico kembali tertawa.
"Becanda..." ucap Rico.
Viviana pun memanyunkan bibirnya.
"Kamu pulangnya ke mana...? Biar aku antar kamu pulang...'' tanya Rico.
"Aku tinggal tidak jauh dari sini... Di apartemen sebelah sana..." jawab Viviana menunjuk ke arah depan.
"Baiklah aku antar kamu ya..." ucap Viviana.
Rico pun melajukan mobilnya ke aparteman Viviana. Sekitar sepuluh menit mobil Rico memasuki kawasan apartemen elit. Rico menghentikan mobilnya di depan apartemen tersebut.
"Makasih sudah nolongin aku dan nganterin aku. Maaf ya jadi merepotkan..." ucap Viviana.
"Nggak merepotkan kok, aku senang bisa menolong kamu..." sahut Rico sambil tersenyum pada Viviana.
"Lain kali hati- hati ya , jangan pergi sendirian. Makanya punya cowok dong biar kalau pergi ada yang anter..." sambung Rico.
"Iya tapi belum nemu cowok yang cocok..." jawab Viviana.
"Memangnya mau cowok yang seperti apa...?" tanya Rico.
"Cowok yang lebih dewasa dari aku..." jawab Viviana.
Rico tersenyum sambil mengangguk.
"Udah gitu aja syarat jadi cowok kamu...?" tanya Rico sambil menaikan satu alisnya.
"iiihhh tau ah..."
Rico tertawa.
"Aku turun ya..." ucap Viviana.
"Hati- hati ya ..."
Viviana mengangguk lalu membuka pintu mobil. Kemudian Viviana turun dari mobil Rico.
"Auw....sssttthhh...." Viviana mengaduh karena kesakitan di bagian lutut.
"Kamu nggak papa...?" Rico langsung keluar dari mobil menghampiri Viviana.
"Aduuh... Lututku sakitttt..." Viviana megangi lututnya yang masih terasa nyeri.
"Ya udah, aku antar kamu ke apartemenmu ya..." tanpa menunggu persetujuan dari Viviana, Rico langsung membopong tubuh Viviana.
Viviana pun tersentak kaget tiba- tiba dibopong oleh Rico. Viviana pun reflek mengalungkan kedua tangannya ke leher Rico.
Rico lalu membawa Viviana menuju ke apartemen miliknya. Mereka menaiki lift menuju lantai tujuh di mana apartemen Viviana berada. Selama Viviana di gendongan Rico, Viviana terus menatap ke arah wajah Rico, Dia tersihir oleh ketampanan wajah Rico yang begitu menggoda di matanya. Viviana merasa dadanya berdebar- debar.Iya, Viviana merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama pada Rico.
Sampai di depan apartemen miliknya, Viviana, menekan nomor sandi pintu apartemennya. Lalu Rico membawa Viviana masuk.
"Kamu mau diturunkan di mana...?" tanya Rico.
"Ehm... Kalau di kamar nggak papa...?" Viviana balik bertanya.
"Ya nggak papa..." Rico lalu membawa Viviana ke kamar.
Sampai di kamar Rico membaringkan tubuh Viviana ke kasur. Namun Viviana tanpa sadar terus mengalungkan kedua tangannya di leher Rico. Hingga pada saat Rico memundurkan tubuhnya dari Viviana, tubuh Rico tertarik ke arah Viviana. Dan secara tidak sengaja bibir mereka pun saling menempel satu sama lain.
Mereka berdua tersentak kaget. Saking kagetnya mereka berdua bengong dalam posisi bibir mereka yang masih saling menempel. Sekitar sepuluh detik mereka baru sadar dan dengan cepat Rico menarik tubuhnya dari Viviana.
"Ma...maaf... A...aku tidak sengaja..." ucap Rico dan Viviana secara bersamaan.
Mereka berdua pun sama- sama canggung.
"Nggak papa..." jawab mereka lagi.
Mereka berdua pun tertawa.
"Ehm... Mas Rico..."
"Iya..."
"A...apa... Aku boleh meminta nomormu...? Ehm... A..aku ... Maksudnya... kamu sudah menolong aku kan, jadi aku ingin membalas kebaikan kamu, aku ingin mentraktir kamu. Apa kamu nggak keberatan...?" tanya Viviana sedikit ragu.
"Aku ikhlas kok nolong kamunya. Aku nggak mengharapkan imbalan. Tapi kalau kamu mau nomorku, baiklah aku akan kasih nomorku..." jawab Rico.
Viviana pun tersenyum mendengar jawaban dari Rico. Lalu Viviana memberikan ponselnya dan Rico mengetik nomornya di sana. Setelah itu Rico pamit pulang.
🐓🐓🐓🐓🐓
Setelah kejadian malam itu, Rico dan Viviana sering bertukar kabar lewat sambungan telpon maupun pesan. Rico tidak menyangka kalau ternyata Viviana walaupun umurnya jauh di bawah Rico tetapi dia orang yang pintar menyesuaikan diri. Dia enak diajak ngobrol.
Bukan hanya obrolan santai, obrolan serius pun dia nyambung. Lama kelamaan Rico nyaman dengan Viviana. Tak jarang Rico mengirimi pesan ataupun menelponnya lebih dulu walaupun hanya sekedar mengabarkan hal sepele. Seperti memberitahu dia ada di mana, ataupun sekedar mengingatkannya untuk makan.
"Oke mas Rico, besok kita ketemuan di cafe biasa ya..." ucap Viviana ketika sedang bertelpon dengan Rico.
"Iya Vi, jangan sampai lupa ya..." sahut Rico.
"Nggak dong..."
"Ya udah aku tutup telponnya ya, selamat malam, selamat bobo, mimpi yang indah ya..." ucap Rico.
"Iya mas Rico juga , selamat bobo, jangan lupa mimpiin Vivi ya..." sahut Viviana.
Sambungan telpon pun berakhir. Viviana senyum- senyum sendiri saking bahagianya bisa terus menjalin hubungan dengan Rico, laki- laki yang sudah mencuri hatinya.
Viviana lalu keluar dari kamar untuk menemui sang kakak. Ternyata sang kakak ada di ruang kerja. Iya, Satria sedang banyak kerjaan, jadi dia terpaksa membawa pekerjaannya ke rumah. Viviana masuk ke ruang kerja Satria.
"Kakak..." ucap Viviana dengan menampilkan senyuman manisnya.
Satria yang sedang sibuk dengan laptopnya pun menoleh ke arah sang adik sekilas lalu kembali fokus ke layar laptop.Viviana langsung menghampiri sang kakak dan memeluknya dari belakang.
"Ada apa ini ,datang- datang langsung peluk kakak...? Kelihatannya lagi bahagia banget, ada apa sih...? Hem...?" tanya Satria sambil mengetik sesuatu.
"Vivi lagi jatuh cinta..." jawab Viviana.
Mendengar jawaban sang adik, Satria langsung menghentikan aktifitasnya. Satria lalu menoleh ke arah sang adik.
"Apa...? Kamu lagi jatuh cinta...?" Satria sedikit terkejut karena baru kali ini Viviana mengatakan jika dia sedang jatuh cinta.
"Iya..."
"Jatuh cinta sama siapa...?" tanya Satria.
"Sama cowok lah..."
" Iya kakak tahu, tapi siapa cowoknya...?"
"Namanya Rico, dia pria yang sangat tampan kak, dia juga punya pekerjaan yang bagus. Mobilnya bagus, ya walaupun lebih bagus mobil kakak sih. Trus dia baik dan perhatian sama Vivi. Dia itu cinta pertamaku kak, Vivi bahkan langsung jatuh cinta waktu baru pertama kali lihat dia..." jawab Viviana.
Satria pun tertawa mendengar ucapan sang adik yang begitu polos.
"Jadi kamu jatuh pada pandangan pertama...?" tanya Satria. Viviana pun mengangguk. Satria tertawa pelan sambil mengusap kepala sang adik.
"Kenapa kakak tertawa...? Memang ada yang lucu...?" tanya Viviana.
" Iya.. Lucu aja, adik kecil kakak yang manja ini ternyata sudah kenal cinta..." Satria mencubit pelan pipi Viviana.
"Iiih kakak...emangnya Vivi masih kecil apa...? Vivi sudah dua puluh empat tahun lho kak, sudah dewasa. Memangnya kakak, sudah berumur lebih dari tiga puluh tahun tapi belum jatuh cinta juga. Kakak bukan gay kan...?" tanya Viviana.
Satria mencubit pipi sang adik.
"Iiih kakak..."
"Kamu sudah jadian sama cowok itu...?" tanya Satria.
",Belum... Itulah yang bikin Vivi sebal kak, sampai detik ini dia belum juga mengatakan cinta sama Vivi..." jawab Vivi sambil memanyunkan bibirnya.
"Mungkin dia nggak suka sama kamu..." sahut Satria.
"Iiiihhhh.... Kakak..." Satria pun tertawa melihat sang adik kesal.
"Besok Vivi yang bakalan nembak dia duluan kak..." ucap Vivi.
"Hei... Kamu ini cewek, masa nembak duluan, jangan malu- maluin ah..." sahut Satria.
"Yee... Emang kenapa...?"
"Nanti kalau dia menolak, kamu akan malu sendiri..." jawab Satria.
"Ya nggak mungkin lah dia pasti bakalan nerima cinta Vivi. Vivi yakin seratus persen..." sahut Vivi.
Satria pun hanya menggeleng- gelengkan kepalanya mendengar jawaban sang adik.
🐓🐓🐓🐓🐓
"Maaf Vi, aku nggak bisa menerima cinta kamu..." ucap Rico begitu Viviana mengatakan cinta padanya di sebuah cafe di mana mereka biasa bertemu.
Mendengar jawaban Rico Vivi pun kecewa.
"Tapi kenapa...?" tanya Vivi menginginkan penjelasan.
"Apa aku kurang cantik...? Apa aku tidak menarik...? " sambung Vivi.
"Bukan Vi, bukan soal itu..." jawab Rico.
"Lalu kenapa...?"
Rico menghela nafas panjang, dia ingin mengatakan yang sebenarnya pada Viviana bahwa sebenarnya dia sudah mempunyai istri, tapi dia merasa tidak tega. Rico tahu, Viviana begitu mencintainya. Namun Rico juga tidak ingin membohongi Vivi.
"Kenapa mas, aku mohon berikan aku alasan kenapa kamu menolak cintaku...?"
"Vi, kamu masih muda, masa depanmu masih panjang. Kamu bisa mendapatkan laki- laki yang jauh lebih baik dari aku..."
"Nggak... Vivi nggak mau... Vivi maunya mas Rico. Vivi cinta sama mas Rico... Vivi mohon mas, terima cinta Vivi...hik..hik..." Viviana menangis.
Rico menggeleng- gelengkan kepalanya.
"Kenapa mas...?"
Lagi- lagi Rico hanya bisa menghela nafas.
"Katakan mas, apa kamu tidak mencintaiku...?"tanya Viviana.
"A... Aku..."
"Ayo jawab mas... Kamu tidak mencintai aku...? Iya...?"
"Bu..bukan soal itu..." sahut Rico.
"Lalu apa masalahnya...?" Viviana terus mendesak Rico agar mengatakan alasan kenapa dia menolak cintanya.
"Maaf Vi... Tapi aku...aku sudah punya istri..." jawab Rico akhirnya mengatakan yang sebenarnya.
"A...apa...? Ja..jadi kamu sudah punya istri...?" tentu saja Viviana kaget.
Iya, selama satu bulan ini mereka begitu akrab. Saling berbagi kabar, dan saling mengingatkan berbagai hal. Vivi sudah percaya diri sekali jika Rico juga mempunyai perasaan yang sama padanya. Namun pada akhirnya Vivi harus kecewa , laki - laki pertama yang berhasil menggetarkan hatinya ternyata sudah memiliki istri.
Viviana pun patah hati. Cinta pertamanya tidak dapat terwujud. Tak tahan dengan perasaanya yang begitu sedih, Vivi langsung pergi meninggalkan Rico. Bahkan Viviana tidak memperdulikan Rico yang berusaha mengejar dan terus memanggil namanya.
Viviana bergegas menuju mobil mewahnya, dan segera menjalankannya membelah jalanan raya. Sementara itu Rico begitu frustrasi melihat Viviana yang begitu kecewa dan meninggalkannya.
Iya, satu bulan dekat dengan Viviana tentunya meninggalkan banyak kesan untuk Rico. Viviana banyak memberikan warna dalam satu bulan belakang ini. Sifatnya yang periang, menyenangkan ,serta menggemaskan membuat Rico merasa lebih semangat menjalani hari- harinya.
Karena kehadiran Viviana, Rico bahkan menjadi tidak betah di rumah. Bahkan Sofia istri yang begitu dia cintai pun terasa tidak berarti lagi di matanya. Karena hati dan pikiran Rico dipenuhi oleh nama Viviana.
Bersambung....
smuanya trbongkar.... viviana sndiri yg menggurkn kndungannya...
& tak ada lgi ksempatan buat rico kmbali dgn sofia...
ya g pp wes.... klo utuk mnjemput bahagia yg akn datang.... hrus lewat pnderitaan hidup dgn rico trlbh dahulu....
pdahal viviana hbis minum obat penggugur janin.... sengaja cari ribut dgn sofia...