Cinta, benarkah cinta itu ada? kalau ya, kenapa kamu selalu mempermainkan perasaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"Apa-apaan ini tuan lepas saya sedang bekerja."ucap Jiwa yang kini menghempaskan genggaman tangan kekar itu.
Tapi sayang bukannya lepas Alvin justru semakin mengeratkan genggaman tangan tersebut seperti cengkraman yang begitu kuat.
"Kamu bisa bekerja di perusahaan ku mulai besok babe sebagai sekertaris pribadi ku."ucap Alvino dengan dinginnya.
"Tuan Alvino yang terhormat saya tau anda punya segala-galanya tapi anda tidak berhak untuk mengatur kehidupan saya. ingat anda bukan siapa-siapa saya."ucap Jiwa yang kini memalingkan wajahnya saat Alvin menatap lekat dengan tatapan mata tajam kearah nya.
"Mutiara Di Jiwa apa kau lupa siapa aku, dan apa kau lupa semua tentang kita berikut janji setia yang telah kita ucapkan."ucap Alvin yang kini terlihat sangat marah.
"Itu dulu tuan sebelum anda berkhianat, dan satu hal lagi. Jiwa yang pernah menjadi kekasih anda dulu sudah mati bersama dengan pengkhianatan yang anda lakukan."ucap Jiwa dengan dinginnya.
"Harus berapa kali lagi aku bilang babe aku tidak pernah mengkhianati cinta kita, kamu salah faham terhadap ku."ucap Alvin.
"Oh jadi fakta yang terjadi saat ini juga salah faham iya? Lalu siapa yang akan percaya dengan itu tuan. Sudahlah tuan jangan membuat ku menjadi wanita tidak tau diri dengan cara seperti ini. Anda punya hak untuk itu tapi maaf saya bukan wanita bodoh seperti yang selama ini anda kira."ucap Jiwa yang kini berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan cengkraman tangan itu.
"Ikut aku malam ini juga kita akan segera menikah."ucap Alvino.
"Aku bilang lepas tuan atau aku akan berteriak agar kau dipermalukan."ancam Jiwa.
"Berteriak lah sekeras mungkin karena dengan begitu semua orang akan tahu tentang kita yang saling mencintai."ucap Alvino yang membuat Jiwa berulang kali menghela nafas panjang dan tubuh nya kini melayang di udara akibat perbuatan Alvin.
"Lepas tuan lepas!"ujar Jiwa yang kini dibawa keluar dari dalam cafe tersebut disaksikan oleh atasannya yang tidak bisa menghentikan Alvino, karena seperti yang ia ketahui Alvino adalah orang yang penuh ketegasan dalam bersikap. Tidak jarang dia sering menghancurkan orang yang berani berbuat masalah dengan nya.
"Tuan lepas!"ujar Jiwa.
Namun Alvin terus membawa dia kedalam mobilnya, pria itu tidak akan pernah memberikan kesempatan pada Jiwa untuk meloloskan diri darinya.
Mau tidak mau Jiwa harus ia nikahi sekarang juga, Alvino yang kini memasangkan seat belt di tubuh Jiwa yang kini memberontak ingin melepaskan diri tapi tidak bisa karena Alvino sudah mengunci pintu mobilnya.
"Tuan jangan main-main saya sedang bekerja dan barang-barang saya masih ada di sana."ucap Jiwa tegas.
"Barang-barang mu akan menyusul babe sekarang juga kita akan pergi untuk menikah."ucap Alvino.
"Tidak aku tidak akan pernah menikah dengan mu tuan sampai kapan pun itu, aku sudah punya calon suami dan aku sedang mengandung anak nya."ucap Jiwa yang kini membuat Alvino mengerem mendadak dan hampir saja menabrak mobil lainnya.
"Apa yang kau katakan?! babe kau pikir aku akan percaya dengan itu? Jangan pernah main-main dengan ku sekali saja kamu berani dekat dengan pria lain maka aku bersumpah akan membunuhnya."ucap Alvino tegas.
Sontak Jiwa menelan ludah nya dengan susah payah hingga ia memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil.
"Tapi apa salahnya saya memiliki kekasih, bukankah anda juga sudah akan menikah dengan wanita lain tapi saya tidak pernah melarang hal itu. Itu hak anda tuan dan hak saya juga memiliki pasangan lain."ucap Jiwa.
"Ayo ke rumah sakit, gugurkan kandungan mu."ucap Alvin tegas.
"Jangan main-main tuan nyawa anak saya bukan mainan."ucap Jiwa yang kini terlihat gelagapan.
Alvin tidak mau dengar, dia harus meyakinkan sesuatu tidak peduli bagaimana hasilnya nanti.
Sementara Jiwa terus memohon untuk dilepaskan oleh Alvin meskipun dia hanya bersandiwara atas kehamilannya itu. Tapi dia harus totalitas saat berakting karena itu demi kebaikan bersama.
"Berhenti berbuat ulah Jiwa! aku tidak akan pernah melepaskan mu!"ujar Alvino yang kini menghentikan laju mobilnya di pinggir jalan yang sepi itu.
"Tuan saya serius."ucap Jiwa yang kini berusaha untuk melepaskan seat belt dengan kunci ganda tersebut.
"Jangan main-main Mutiara Di Jiwa, aku tidak akan pernah melepaskan mu tidak peduli kau milik siapa."ucap Alvino tegas.
Pria itu hendak mendekat tapi kemudian dia langsung menghentikan pergerakan nya saat beberapa orang laki-laki bertubuh kekar itu mendekat ke arah mereka Alvino langsung tancap gas karena tau mereka adalah komplotan begal.
Hampir saja mereka menjadi korban kejahatan jika saja Alvino tidak cepat kabur, bukan dia takut tidak bisa melawan orang-orang itu, tapi dia tidak ingin wanita yang ia cintai menjadi korban saat dia melawan mereka.
Jiwa yang terlihat masih shock dengan kejadian barusan kini menatap sendu kearah Alvin yang tetap fokus mengemudi dengan kecepatan tinggi hingga mereka tiba di jalanan yang ramai barulah Alvino menurunkan kecepatan mobil nya.
"Kamu sudah bisa bayangkan bukan apa yang akan terjadi jika kita terlambat sedikit saja menghindari mereka."ucap Alvin yang kini menatap Jiwa dari kaca spion mobil nya itu.
"Maaf tuan."lirih Jiwa yang tidak bisa berkata-kata lagi.
"Aku bisa melawan mereka dengan tangan kosong, tapi aku lebih memikirkan kamu babe bisa dibayangkan bagaimana jika mereka memper*osa mu."
"Tidak tuan jangan bayangkan itu saya takut."ucap Jiwa.
"Panggil aku sayang seperti dulu lagi atau kita akan kembali kesana. Aku tidak peduli jika mereka merampas mu atau mobil ku,"ucap Alvino.
"T tapi...
"Panggil atau aku putar arah."ucap Alvino yang kini menggertak Jiwa.
"S sayang..."lirih Jiwa.
"Yang jelas."ujar Alvino yang kini memelankan laju kendaraannya.
"Sayang."ucap Jiwa.
"Coba ulangi lagi."pinta Alvin yang kini membuat Jiwa bercucuran air mata, karena rasa sakit yang kini menyeruak di dadanya.
Kata itu sudah lama ia lupakan sejak hari terpahit yang ia lewati.
"Kenapa menangis babe apa kau sudah ingat semuanya, tentang kita yang tidak pernah terpisahkan oleh apapun kecuali hari dimana aku sedang menunggu mu untuk datang, tapi kamu tidak kunjung datang disaat aku akan melamar mu untuk menjadi istriku."ucap Alvin yang kini menghentikan mobilnya di depan lobby hotel.
"Tolong jangan bahas tentang itu lagi saya mohon tuan sudah cukup."ucap Jiwa yang kini menolak untuk disentuh Alvino yang akan membawanya kedalam dekapannya.
"Sayang Jiwa, panggil aku sayang seperti dulu lagi."ucap Alvino.
"Tidak tuan anda bukan milik saya lagi."ucap Jiwa yang kini mengusap air matanya dengan cepat.
"Babe aku tidak punya banyak kesabaran, jangan salahkan aku jika aku benar-benar nekat saat ini."ucap Alvino yang kini turun dari mobil dia berjalan dengan cepat mengitari mobilnya dan menghampiri pintu mobil dimana disitu Jiwa berada.
*****
Jiwa masih menangis sesenggukan di dalam kamar hotel tersebut, saat Alvino menyeretnya dan hampir saja memaksa dirinya untuk bercinta dengan Jiwa jika saja handphone Alvino tidak bergetar terus dan terjatuh dari atas nakas saat itu.
Ternyata itu adalah panggilan dari sang mommy yang meminta Alvino untuk mentransfer sejumlah uang ke rekening Kania dengan alasan Kania kekurangan uang belanja saat ini.
Entah apa yang ada di pikiran Alvino, uang ratusan juta itu langsung ia transfer begitu saja tanpa pikir panjang mungkin itu karena cinta pikir Jiwa yang langsung meraih pakaian yang tadi sempat terlepas dan buru-buru memakai nya kembali.
"Babe apa yang kamu lakukan."ucap Alvino yang kini menghampiri Jiwa.
"Berhenti disitu tuan atau saya akan bunuh diri."ucap Jiwa tidak main-main saat dia mendekat ke arah dinding kaca yang bisa dibuka tersebut.
"Berhenti atau aku akan menghancurkan tempat kerja mu dan perusahaan pria itu agar kakak mu tidak lagi bisa bekerja."ancam Alvino tak main-main hingga Jiwa terduduk lemas di lantai.
"Kemarilah."ujar Alvino lagi sambil mengulurkan tangannya namun Jiwa menggeleng pelan.
"Babe jangan menguji kesabaran ku lagi."ucap Alvino yang menatap lekat wajah cantik itu.
Jiwa pun bangkit dan meraih tangan Alvino yang kini membawa nya kedalam dekapannya."Maafkan aku babe, aku janji tidak akan menyentuh mu sebelum waktunya nanti kecuali jika kamu berusaha untuk pergi dariku. Aku bahkan langsung membuat mu mengandung anak kita."ucap Alvino tegas.
Jiwa pun terdiam tanpa kata, hingga Alvino membawa dia ke atas ranjang empuk itu untuk beristirahat.
Jiwa yang kini berbaring di samping Alvin yang kini memeluk dirinya.
Tapi baik Alvino maupun Jiwa keduanya tidak ada yang bisa memejamkan matanya, Alvino masih teringat akan perbuatannya tadi yang telah memaksa Jiwa untuk bercinta dengan nya dan hampir saja membobol gawang dari wanita yang sangat ia cintai.
Bayangan kemolekan tubuh Jiwa terus menari-nari di pikiran, Jiwa yang dulu pernah mengalami kecelakaan hanya terluka di bagian kepala tapi tidak dengan tubuh nya yang tidak ada bekas luka sama sekali kecuali di bagian pergelangan kaki nya itu.
sampai saat jiwa menggeser posisi nya yang kini menghadap Alvino yang juga masih terjaga."Tuan saya tidur di sofa saja agar anda bisa tidur dengan leluasa."ucap Jiwa.
Namun bukan ijin yang ia dapatkan kecuali ciuman paksa yang kini membuat dia tidak berkutik sama sekali kecuali membalas ciuman tersebut karena Alvino terus memperdalam ciumannya.
"Babe aku sangat mencintaimu please tunggu aku sampai aku menyelesaikan semuanya itu, dan tetaplah bersamaku mulai besok kamu akan kembali bekerja di perusahaan dan akan menjadi asisten pribadi ku."ucap Alvino tegas.
"Tidak tuan saya mohon jangan posisikan saya ditempat tersulit, anda sudah akan menikah saya akan tetap bekerja di tempat itu."ucap Jiwa.
"Kamu tidak punya pilihan lain babe sekarang tidurlah besok pagi hari pertama mu masuk kerja dan aku sendiri yang akan menjemput mu."ucap Alvin.
"Aku tidak akan bekerja di kantor mu lagi tuan."ucap Jiwa.
"Kamu tidak punya pilihan lain babe."balas Alvin yang kini mulai memejamkan mata karena rasa nyaman yang ia rasakan saat ia bisa memeluk wanita yang sangat ia cintai saat ini.
'Itu tidak mungkin Al' gumam Jiwa yang kini hanya bisa menatap lekat wajah tampan yang bukan miliknya lagi.
Saat Alvin terlelap dalam tidurnya Jiwa pun pergi meninggalkan kamar hotel tersebut, dia tidak mungkin terus bersama dengan pria yang jelas-jelas bukan miliknya lagi.
Jiwa menghubungi Arjuna yang kini tengah berada di perjalanan untuk menjemput nya, kebetulan rute yang Arjuna lewati untuk menuju hotel tersebut bukan rute yang tadi ia lewati bersama Arjuna.
Meskipun jalanan sepi tapi kawasan tersebut aman karena banyak rumah penduduk di sepanjang perjalanan. Hingga akhirnya Jiwa sampai di rumah kontrakan tersebut, Arjuna langsung meminta dia untuk istirahat karena waktu sudah pukul tiga pagi dini hari.
Namun Jiwa sempat berkata bahwa ia akan pergi esok hari untuk tinggal di luar kota, dimana tempat dulu ia ditemukan agar dia bisa menghindari Alvin.
Arjuna pun hanya mengangguk, setidaknya untuk sementara waktu dia bisa memastikan bahwa adiknya aman sebelum nanti dia berhasil menjual rumah mereka untuk rumah baru bagi Jiwa dan ia saat pulang.
Jiwa pun terlelap tidur dibalik rasa pedih yang ia rasakan, entah bagaimana hidup nya nanti yang jelas dia harus menghindari Alvin sebelum keluarganya kembali menyulitkan dia dan kakak nya.
Waktu terus berlalu pagi hari yang ditunggu pun tiba, Alvin sudah datang mencari keberadaan jiwa tapi Arjuna bilang semalam adiknya tidak kembali dan bosnya bilang bahwa semalam dia dibawa oleh Alvin.
Alvin tentu tidak percaya begitu saja karena hatinya meyakini bahwa Jiwa pulang ke rumah nya. Sementara Jiwa terus bersembunyi di dalam kamar mandi saat Alvin mencari keberadaan nya.
Jiwa sampai menahan nafas saat Alvin memasuki kamar mandi tersebut, beruntung tubuh ramping nya bisa bersembunyi di balik pintu.
Sampai saat Alvin pergi dari rumah tersebut Jiwa buru-buru meraih koper dan dia bergegas menemui Arjuna yang tadi sudah mengambil motor dan juga tas berisi barang pribadi nya.
Jiwa pun pamit pada Arjuna yang kini terlihat berat melepaskan dirinya, namun Arjuna harus mendukung apapun yang adiknya lakukan demi kebaikan bersama.
Jiwa yang kini sudah berada di dalam bus menuju daerah pesisir pantai tersebut pun hanya bisa menangis dalam diam karena rasa sakit yang tidak kunjung pergi.
Gadis itu terus menitikkan air mata dibalik wajah yang tertutup topi dan juga masker tersebut, hingga ia terlelap dalam tidurnya dan terbangun saat kernet bus memberitahu nya bahwa ia sudah sampai di terminal pemberhentian.
Jiwa pun langsung bergegas pergi meninggalkan terminal tersebut dengan membawa koper menaiki angkutan umum lainnya.
"Jiwa."ujar seseorang yang mengenal jiwa, tentunya tetangga yang selama ini selalu membantu Jiwa dan nenek tua itu.
"Bag Adi."balas jiwa yang kini mengobrol dengan pria itu.
Hingga saat Jiwa tiba di rumah pesisir pantai tentunya milik pria tadi, dia hendak menyewa rumah tersebut untuk satu bulan kedepan.