Nayara Kirana seorang wanita muda berusia 28 tahun. Bekerja sebagai asisten pribadi dari seorang pria matang, dan masih bujang, berusia 35 tahun, bernama Elvano Natha Prawira.
Selama 3 tahun Nayara menjadi asisten pria itu, ia pun sudah dikenal baik oleh keluarga sang atasan.
Suatu malam di sebuah pesta, Nayara tanpa sengaja menghilangkan cincin berlian senilai 500 juta rupiah, milik dari Madam Giselle -- Ibu Elvano yang dititipkan pada gadis itu.
Madam Gi meminta Nayara untuk bertanggung jawab, mengembalikan dalam bentuk uang tunai senilai 500 Juta rupiah.
Namun Nayara tidak memiliki uang sebanyak itu. Sehingga Madam Gi memberikan sebuah penawaran.
"Buat Elvano jatuh cinta sama kamu. Atau saya laporkan kamu ke polisi, dengan tuduhan pencurian?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07. Kalau Saya Tidak Berhasil?
Madam Giselle benar - benar membuat hidup Nayara tidak tenang. Setiap harinya, ada saja sesuatu yang wanita paruh baya itu kirim pada asisten pribadi sang putra.
Entah itu pesan singkat atau surat yang berisi peringatan bernada acaman.
Tentu Nayara tidak boleh menganggap remeh ancaman Madam Giselle. Wanita paruh baya itu memiliki kuasa. Meski tanpa bantuan Elvano ataupun Tuan Rivanno sekalipun.
Tidak tahan dengan desakan dari Madam Giselle, Nayara pun memutuskan untuk bertemu lagi dengan wanita berdarah Inggris itu.
Kali ini, bukan di tempat umum. Gadis itu memilih menemui Madam Giselle di rumah keluarga Prawira langsung.
“Jadi, apa keputusan kamu, Nara?” Tanya Madam Giselle sembari menyesap pinggir cangkir keramik berisi teh hijau.
Nayara menghela nafas pelan. Selama sepekan ini, ia sudah memikirkan berulang kali, keputusan apa yang akan diambilnya.
Dan tentu saja, menyetujui perintah Madam Giselle untuk merayu Elvano.
“Kalau pak El tau saya merayunya karena perintah Madam. Dia marah dan memecat saya, lalu bagaimana dengan hutang itu, Madam?” Nayara memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.
Madam Giselle menyeringai tipis. Ia meletakkan cangkir di atas meja. Kemudian menumpangkan tangan di atas lututnya.
“Apa itu artinya, kamu setuju dengan perintah saya?”
“Apa saya memiliki cara lain? Meski sebenarnya ada, tetapi anda sendiri yang tidak mau menerimanya.” Nayara berusaha untuk tetap bersikap tenang.
Menyetujui perintah Madam Giselle, sama saja dengan menghancurkan kepercayaan Elvano padanya selama ini.
Pria itu pasti akan sangat marah besar, jika tau Nayara — asisten pribadinya yang penurut, bertingkah murah-an seperti para mantan sekretarisnya dulu.
Madam Giselle mengangguk pelan. Ia mengerti maksud ucapan Nayara. Cara lain itu, tentu saja meminjam uang pada Elvano. Dan dirinya tentu tidak mau menerima uang sang putra.
“Kamu tenang saja, Nara. Kalau semuanya terbongkar, dan Elvano marah sama kamu, saya yang akan menjamin hidup kamu.” Ucap wanita paruh baya itu.
“Jika kamu di pecat, saya akan merekomendasikan kamu pada salah satu teman saya. Kamu tidak perlu khawatir soal pekerjaan.” Imbuhnya lagi.
Dan Nayara mengangguk paham.
“Tetapi, meski saya menjamin hidup kamu. Bukan berarti kamu bisa seenaknya. Kamu harus menjalankan tugas dengan sungguh - sungguh. Rayu, dan buat Elvano jatuh cinta sama kamu.”
“Kalau saya tidak berhasil?”
“Kamu jangan pesimis dulu. Kamu mengetahui tentang Elvano luar dalam. Harusnya, mudah untuk kamu merayu pria itu.” Ucap Madam Giselle.
Nayara kembali menghela nafas pelan. Berbicara dengan orang yang memiliki kuasa, seperti tidak ada gunanya.
“Saya beri kamu waktu satu bulan untuk merayu Elvano. Jika kamu tidak berhasil, maka saya akan mendatangi keluarga kamu. Dan mengatakan, jika kamu telah mencuri berlian milik saya.” Imbuh mami dari Elvano Natha Prawira
Kepala Nayara menggeleng kencang. Ia tidak mau keluarganya tau. Tidak ingin bersedih dan menanggung malu, meski hilangnya berlian itu bukan salah Nayara sepenuhnya.
“Saya akan usahakan, Madam.” Ucap gadis itu pasrah.
Sepanjang perjalanan pulang menuju kantor, Nayara kembali memikirkan percakapannya dengan Madam Giselle.
“Dia mengatakan akan membantu mencarikan pekerjaan, kalau aku di pecat. Tetapi, kenapa dia tidak membahas tentang hutang? Apa Madam akan tetap meminta aku membayarnya, jika aku tidak berhasil melakukan tugas?”
Nayara memukul pelan keningnya sendiri. Harusnya ia menuntut pembahasan itu tadi.
Jika ia gagal merayu Elvano, maka dirinya akan kehilangan pekerjaan, dan juga tetap membayar hutang?
.
.
.
Dari meja kerjanya, Nayara diam - diam mencuri tatap ke arah sang atasan yang sedang sibuk berkutat dengan pekerjaannya.
Ia beberapa kali menghela nafas pelan. Memikirkan bagaimana cara untuk merayu pria berumur tiga puluh lima tahun itu.
Menggunakan pakaian ketat dan kekurangan bahan? Bukan kebiasaan Nayara. Dan Elvano pasti akan langsung mendepaknya keluar dari gedung Prawira Holding Company.
“Pikirkan, Nara.” Gumamnya pelan.
“Nara!” Panggil pria itu.
Dan Nayara dengan sigap menghampiri Elvano ke meja kerjanya.
“Ada yang bisa saya bantu, pak?” Tanyanya sopan.
“Kamu tadi datang ke rumah Prawira?” Tanya pria itu, namun pandangannya masih terpaku pada layar komputer lipat di atas meja.
Tangan Nayara terkepal di kedua sisi tubuhnya. Bukan karena menahan emosi. Tidak! Namun ia merutuki dirinya sendiri.
‘Nara. Bo-doh! Seharusnya kamu tidak melupakan siapa atasan kamu!’
“Nara.” Elvano kini menatap gadis itu.
“Bapak ‘kan sudah tau.” Cicit gadis itu pelan. Ia tidak berani menatap pria itu.
“Untuk apa kamu datang menemui mami saya? Membahas tentang berlian lagi?” Tanya Elvano dengan serius.
“Mau apalagi, pak. Urusan saya sama Madam sekarang hanya itu.” Ucap Nayara pelan. Gadis itu kemudian menundukkan kepalanya.
Elvano menghela nafas panjang sembari menyadarkan punggung pada sandaran kursi kebesarannya.
“Maafkan saya karena tidak bisa membantu kamu. Mami begitu keras kepala. Saya sudah menawarkan ganti rugi atas nama kamu. Tapi dia menolaknya.” Kedua tangan pria itu bertumpu pada pinggiran kursi kerjanya.
“Tidak apa - apa, pak. Lagipula, ini juga kesalahan saya. Yang begitu ceroboh, hingga membuat berlian itu menghilang.” Nayara masih menundukkan kepalanya.
“Coba kamu ingat - ingat lagi, Ra. Mungkin kamu lupa meletakkan dompet kamu dimana?” Tanya Elvano.
“Pak, jika karena saya lupa. Mungkin asisten rumah tangga disana sudah menemukannya. Bahkan Tuan Rivanno sendiri tidak mendapatkan informasi apapun.” Gadis itu mengangkat wajahnya dan tatapannya begitu memelas.
Yang di katakan Nayara ada benarnya. Setelah pesta itu berakhir, pencarian di lakukan namun tidak membuahkan hasil.
Cincin berlian beserta dompet milik Nayara menghilang entah kemana? Raib begitu saja tanpa ada satu orang pun yang menemukan.
Sungguh di luar nalar dan akal sehat.
“Siapa sebenarnya yang mengambil? Kenapa sangat bersih dan tanpa jejak seperti ini?” Gumam Elvano.
Apa mungkin ada seorang pencuri profesional yang hadir saat pesta itu berlangsung? Seharusnya tidak! Karena semua tamu datang dengan membawa undangan khusus.
Apa mungkin ada kolega keluarga Prawira yang mengambil berlian tersebut?
Entahlah.. Elvano sendiri juga pusing memikirkannya.
Ia hanya merasa kasihan pada Nayara. Gadis itu tidak bersalah, namun di jadikan tersangka oleh sang mami.
...****************...
nungguin si el bucin sama si nay..
ayok kak hari ini upny double 🤭