Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
_*
Haikal tersenyum masam, lalu kepalanya menggeleng, "Dia bukan anak kandungku,"
Deg
Kali ini Aura tak bisa menyembunyikan keterkejutannya, wanita itu menatap Haikal tak percaya.
"B-bukan anak Om?"
Haikal hanya mengangguk lemah, "Dia tahu itu, tapi dia selalu menuntut hak agar menjadi bagian dari HKl, Corp." Tutur Haikal.
Aura tak bergeming, ia tak menyangka jika Haikal merawat Mario yang ternyata bukan darah dagingnya sendiri.
"Tap, bagaimana bisa Mario bukan anak Om?" Aura masih belum percaya, meskipun ia bisa melihat jika Haikal yang tampak masih muda sudah memiliki anak sebesar Mario.
"Aku menemukannya di pinggir jalan," Tutur Haikal yang mengingat malam itu.
"Saat aku pulang dari luar kota, saat itu sedang hujan deras, di lampu merah aku mendengar suara anak kecil yang menangis, dan di sana Mario tengah kehujanan dan menangis, tidak ada siapapun yang bisa di mintai keterangan, dan akhirnya aku membawanya pulang dan mengasuhnya."
Aura merasa haru, ia tak menyangka jika Mario selama ini adalah anak yang terbuang dan di rawat oleh Haikal, tapi melihat bagaimana sifat Mario Aura benar-benar tak menyangka.
"Jadi itulah alasan kenapa aku belum memberikan jabatan tetap untuk Mario di kantor, karena dia bukan darah daging ku,"
Melihat kesedihan dimata Haikal membuat Aura juga seolah merasakan kesedihan itu, ternyata dibalik wajah dingin dan tegas Haikal tersimpan kesedihan.
Haikal menatap wajah Aura, meskipun memiliki lebam disudut bibirnya, kecantikan Aura tak pudar.
Ditatap seperti itu oleh Haikal membuat Aura justru salah tingkah, Aura menundukkan wajahnya dengan rona bersemu.
"Kenapa menatap ku seperti itu Om," katanya dengan menahan malu.
Haikal justru tersenyum, jemarinya menyentuh dagu Aura membuat wajah Aura mendongak.
"Kamu terlalu sempurna untuk laki-laki macam Mario, Aura." Katanya dengan suara berat.
Aura bisa merasakan napas hangat Haikal yang menyapu kulit wajahnya.
Aura menelan ludah, 'Jika di hadapkan seperti ini terus, aku tidak yakin kalau aku benar-benar akan manjadi simpanan Om-Om." Batinnya merutuk.
*
*
Seminggu setelah kejadian, Mario praktis belum menemui Haikal, baik Aura ataupun Lisa sudah tak saling dekat seperti sebelumnya. Aura sengaja menghindari pertemuan dengan Lisa, ia tidak ingin membuat keributan dengan Lisa yang lebih suka mencari gara-gara.
Saat jam makan siang, Aura yang sedang tidak mendapat kiriman makan siang, dengan terpaksa datang ke kantin. Aura bersama rekan kerjanya bernama Winda itu berbincang ringan sebelum sebuah sindiran terdengar di telinganya.
"Kalian tahu tidak, kalau di kantor ini ada sekertaris wanita simpanan Om-om!" Ucap Lisa dengan suara cukup keras didengar Aura saat melintasi meja dimana Lisa dan teman kerjanya berada.
"Ah, yang benar kamu Lisa! Masa sih ada wanita seperti itu?" Ucap salah satu dari mereka.
"Ish, kamu kayak ngak tau aja kehidupan jaman sekarang, banyak wanita gaya hedon dengan cara instan, bekerja hanya untuk menutupi kedoknya saja," Balas teman satunya.
Lisa hanya mengangguk setuju, tatapannya matanya melirik Aura yang tampak berjalan pelan-pelan.
"Lagian, wanita macam seperti itu ngak akan puas saja kekasihnya, dia lebih puas menggaet pria lebih tua dan kaya raya!" Tambah Lisa sambil menatap punggung Aura tajam.
"Ra, mereka ngomongin siapa sih?" Bisik Winda sambil melirik kebelakang, di mana ketiga wanita termasuk Lisa sedang menggosip.
"Ngak tau Win, biarin aja mereka kan memang suka ngegosip,"
Winda hanya bisa mengangguk, "Tapi si Lisa kalau liat kamu kayak sinis gitu, padahal kalian dekat dan tinggal satu apartemen kan," tanya Winda kepo.
"Umm," Aura hanya bergumam, tidak memberi jawaban.
"Udah ah..gak usah di dengerin. Ayoo ambil makanan keburu jamnya abis."
Aura tak tahu harus bercerita atau tidak, yang jelas jika meladeni Lisa yang ada hanya akan membuat keributan dan buang waktu. Namun Aura semakin yakin jika Lisa masih tak terima dengan hasil yang tak sesuai dengan yang Lisa harapkan.
'Dia hanya iri dengan ku, karena aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan, apalagi jika dia tahu jika Mario hanya anak angkat Om Haikal, pasti dia akan gila,' Batin Aura.
Setelah selesai makan siang, Aura dan rekan yang lain menuju ruang rapat untuk proyek yang sedang ia tangani, sudah satu bulan proyek itu berjalan dan setiap bulan Aura harus melaporkan sampai mana pembangunan proyek itu.
Ini adalah proyek pertama Aura, meskipun tidak yakin tapi Berkat tekat bulat dan keyakinan yang ia miliki, Aura mendapatkan kepercayaan itu.
Saat semua sudah duduk di kursi rapat, tiba-tiba pintu kambali terbuka dan muncul sosok yang membuat Aura menyembunyikan senyum.
Haikal muncul bersama Beni asistennya, mereka yang semula duduk kini kembali berdiri untuk memberi hormat, begitu juga Aura.
"Selamat datang tuan Haikal," ucap pak Enggar dengan hangat.
Haikal mengangguk, Lalu duduk di barisan kursi kedua setelah kursi utama yang diduduki Enggar.
"Bisa dimulai sekarang," ucap Haikal.
Pak Enggar mengangguk, pria itu sedikit memberikan perancangan dan beberapa gambaran tentang pembangunan.
"Untuk detailnya sekertaris Aura yang akan menjelaskan," Ucap pak Enggar membersihkan Aura untuk berdiri.
Aura mengangguk dan tersenyum memberikan hormat kepada semua yang berada disana, namun saat tatapannya mengarah pada Haikal pria itu justru melakukan hal yang membuatnya Aura melotot.
Bagaimana tidak, jika Haikal justru memberikan kedipan matanya yang mana membuat Aura sedikit salah tingkah.
'Ish, Om-Om genit,' batin Aura sambil berdehem.
Aura mulai melakukan presentasi dan menjelaskan sampai ditahap mana pembangun berlangsung, wanita itu begitu tenang saat berdiri didepan orang-orang penting, apalagi dengan kehadiran yang banyak orang tahu adalah bos yang dingin.
"Pembangunan sudah mencapai dua puluh persen, selebihnya akan selesai tepat waktu yang di perkirakan," Katanya di akhiri dengan senyumnya yang hangat.
Perhatian Haikal tak lepas dari Aura sejak datang, hanya saja tatapan memuja itu tertutup dengan wajah datar dan dinginnya sehingga banyak yang tidak tahu, akan tetapi berbeda dengan Beni yang selama ini menjadi Aspri Haikal.
Setelah selesai, semua orang keluar dari ruang rapat, Aura yang wanita sendiri masih membereskan meja dengan beberapa dokumen, namun dia tidak menyadari jika sosok pria sejak tadi masih betah duduk menunggunya.
"Mau sampai kapan kamu berada di sini!"
Aura terhenyak, sangking seriusnya dia tak menyadari jika Haikal masih menunggunya.
Kepalanya menoleh kiri dan kanan, membuat Haikal berdecak kesal.
"Aku di sini Aura? Kau mencari siapa!" kesalnya.
Haikal berdiri, sambil mengaitkan kancing jasnya, ia berdiri di belakang Aura dan memeluk pinggang wanita itu dengan mesra.
"Malu kalau ada yang lihat Om," katanya sambil berusaha melepaskan pelukan Haikal.
"Ngak ada yang lihat Sayang, aku kangen kamu," Haikal justru menenggelamkan wajahnya di bahu Aura dan mencium leher jenjangnya.
Aura merasa risih, bukan karena sentuhan Haikal, melainkan keberadaan mereka sekarang.
Sejak satu minggu yang lalu keduanya semakin dekat, ungkapan Sayang Haikal begitu menyentuh hati Aura, hingga keduanya memutuskan untuk memberi kesempatan hubungan keduanya.
"Om, jangan seperti ini," Mulutnya menyanggah dan menolak, tapi tubuhnya justru bereaksi lain.
Aura justru mendongakkan kepalanya agar Haikal lebih leluasa untuk menyusuri lehernya, saat keduanya saling terlena dengan keadaan yang begitu intim. Beni datang dan membuat keduanya terhenyak.
"Maaf Bos, saya ngak lihat!" Kata Beni spontan langsung membalikkan tubuhnya.
'Ini kenapa bos jadi gak tahu malu sih,' Pikir Beni yang melihat bosnya begitu agresif.