Semalam Dengan Istrimu

Sore hari itu hujan mulai reda, nampak kedua insan yang sedang di mabuk cinta masih menikmati ciuman panas mereka. Saling melu-mat dan mencecap bibir masing-masing, bertukar saliva dengan gerakan lidah yang menantang.

Sebuah ciuman yang begitu menggebu-gebu di dalam dada, entah sejak dari kapan Viona mengalungkan kedua tangannya ke leher Daniel. Bahkan Daniel pun memeluk pinggang Viona, membuat kedua tubuh mereka begitu rapat.

Ciuman sore hari itu begitu terasa panas, membuat mereka menginginkan melakukan lebih dari sekedar ini, sesuatu yang pernah mereka lakukan malam itu.

Namun bayangan Satria muncul dibenaknya, ada rasa bersalah dihati Viona jika dia terus mengikuti nalurinya, bukan karena merasa bersalah pada Satria yang telah tega membohonginya atau mungkin bisa saja dia selingkuh di belakangnya. Tapi dia merasa bersalah jika harus menodai sucinya pernikahan mereka, dia tidak ingin membawa Daniel masuk ke dalam masalahnya yang rumit.

Viona melepaskan ciuman, dia terengah-engah menatap Daniel yang terlihat kebingungan karena tiba-tiba Viona melepaskan ciuman mereka.

"Daniel, aku... aku minta maaf, aku harus pulang sebelum suami aku pulang ke rumah." Viona mengatakannya dengan nada gugup.

Daniel merasa kecewa karena Viona malah memikirkan Satria, padahal itu hal yang wajar karena Satria adalah suaminya. Dia menahan lengan Viona , "Biar aku antar."

"Gak usah, aku gak mau suami aku salah paham." Viona melepaskan tangan Daniel yang menahannya.

Daniel hanya menghela nafas, membiarkan Viona pergi, dia menatap punggung Viona yang pergi meninggalkan dirinya. Rasanya dirinya seperti sedang dipermainkan oleh wanita bersuami itu.

Disepanjang perjalanan pulang, di dalam bus, Viona terus memegang bibirnya, ciuman panas bersama Daniel masih terbayang dibenaknya. Jika dia mengikuti keinginannya, dia ingin melepaskan semua rasa yang dia pendam pada pria itu, menghabiskan seluruh malamnya dengan kenikmatan yang dibaluti dosa.

Tapi Viona terlalu takut untuk melangkah lebih jauh lagi, dia ingin membangun lagi benteng pertahanan yang sudah dia robohkan sendiri dengan berciuman mesra dengan Daniel.

Malam harinya, Viona merasa badannya semakin panas, mungkin karena dia kehujanan di taman bunga itu. Tapi dia memaksakan memasak untuk Satria, sekecewanya dia, tetap saja dia harus menjalankan tugasnya sebagai seorang istri.

Drrrtt...Drrrtt...

Ponsel Viona bergetar beberapa kali, dia mengecek ponselnya, ternyata ada beberapa pesan dari Daniel.

[Apa kamu baik-baik saja? Tadi sore badan kamu masih panas.]

[Jangan lupa minum obat, Viona]

[Malam ini aku tidak akan bisa tidur karena terus memikirkan kamu.]

Viona ingin membalas pesan itu mengatakan bahwa dia tidak baik-baik saja, dia masih sakit, dia belum ingin minum obat. Dia juga tidak akan bisa tidur memikirkan dirinya. Dan dia ingin Daniel menemani dirinya.

Seharusnya saat sakit seperti ini ada yang mengurusnya atau memanjakannya. Tapi tidak ada.

Maafkan aku, seharusnya tadi sore kita tidak bertemu. Aku takut membuat kamu terluka pada akhirnya.

...****************...

Sekitar jam 11 malam, Satria pulang ke rumah, tumben sekali Viona tidak menyambut kepulangannya, ada rasa kesal di hatinya apa karena Viona masih marah padanya.

Kita lihat saja siapa yang tidak tahan duluan diam-diaman seperti ini. Pasti kamu duluan yang mengajak kita berdamai.

Satria masuk ke dalam rumah, dia melihat ada banyak makanan di atas meja makan, sebenarnya dia sudah makan di cafe, tapi masakan Viona sangat menggugah selera, dia hanya bisa menelan air liurnya, untuk menahan godaan itu.

Paling nanti pagi Viona akan bertanya mengapa tidak makan masakan aku mas?

Satria membuka kamar sebelah kiri, dia melihat Viona yang sudah tidur terlelap. Baru kali ini Viona tidur sebelum dia pulang.

Sepertinya Viona ingin bersikap jual mahal padaku.

Satria tersenyum miring, dia memilih mengikuti permainan Viona saja, karena pada akhirnya dia pemenangnya. Perempuan itu begitu sangat mencintai dan mempercayainya, paling juga besok dia akan kembali seperti semula. Satria memilih tidur di kamar yang satunya lagi.

Padahal Viona belum tidur, badannya berada disini tapi pikirannya sedang berada bersama Daniel. Pria itu membuat dia tidak bisa tidur. Rasa cinta ini semakin lama semakin bergelora di dalam dada, ingin rasanya dia berlari ke apartemen Daniel, mengatakan bahwa dia sangat mencintainya dan menginginkannya.

Bolehkah dia seperti itu?