NovelToon NovelToon
Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Status: tamat
Genre:Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:1.2M
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Aluna Haryanti Wijaya, gadis lembut yang menikah demi menjaga kehormatan keluarga. Pernikahannya dengan Barra Pramudya, CEO muda pewaris keluarga besar, tampak sempurna di mata semua orang. Namun di balik janji suci itu, Aluna hanya merasakan dingin, sepi, dan luka. Sejak awal, hati Barra bukan miliknya. Cinta pria itu telah lebih dulu tertambat pada Miska adik tirinya sendiri. Gadis berwajah polos namun berhati licik, yang sejak kecil selalu ingin merebut apa pun yang dimiliki Aluna.

Setahun pernikahan, Aluna hanya menerima tatapan kosong dari suaminya. Hingga saat Miska kembali dari luar negeri, segalanya runtuh. Aluna akhirnya tahu kebenaran yang menghancurkan, cintanya hanyalah bayangan dari cinta Barra kepada Miska.

Akankah, Aluna bertahan demi cintanya. Atau pergi meninggalkan Barra demi melanjutkan hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Perusahan Pramudya

Barra berdiri kaku di depan Aluna, kedua matanya merah menyala menahan amarah bercampur luka yang tak pernah sembuh. “Kamu masih belum bisa menerima aku, Lun? Padahal aku berusaha keras untuk memperbaiki semuanya. Aku datang ke sini bukan untuk dihin...”

Belum sempat kalimatnya tuntas, Aluna mengangkat dagunya, tatapannya menusuk seperti belati. “Dibandingkan dengan Taka, kamu bukan siapa-siapa, Barra. Kamu hanya bayangan masa lalu yang penuh kebusukan. Suamiku adalah segalanya bagiku, jadi berhenti mengganggu hidupku.”

Kata suamiku itu seperti pisau yang ditusukkan ke dalam dada Barra. Nafasnya tercekat, darahnya mendidih. Kata itu tak hanya menyakitkan, tapi juga menghancurkan ego pria yang dulu merasa paling berkuasa di hadapan Aluna. Dengan langkah kasar, Barra mendekat, wajahnya dipenuhi obsesi.

“Aku tidak terima, Luna! Kamu milikku dulu, dan aku akan pastikan kamu tetap milikku!”

Dalam sekejap, Barra menarik paksa pergelangan tangan Aluna, tubuhnya ia dobrakkan ke dinding. Bibirnya nyaris menempel ke wajah Aluna, mencoba merebut sesuatu yang seharusnya tak lagi pantas baginya.

“Lepas, Barra! Jangan sentuh aku!” teriak Aluna sambil meronta. Namun Barra semakin keras menahan, seolah obsesi sudah menutupi akal sehatnya. Namun tepat saat itu, langkah kaki terdengar di lorong. Miska, yang sejak tadi mencari Aluna, mendapati pemandangan itu. Matanya membelalak, tak percaya.

“Astaga … Barra!” bisiknya terkejut namun menyeringai. Tangan Miska dengan cepat meraih ponselnya. Tanpa pikir panjang, ia mengabadikan momen itu. Suara kamera terdengar jelas, mengunci bukti. Di layar ponselnya, tertangkap Barra yang menekan Aluna ke dinding, wajah penuh nafsu dan amarah, sementara Aluna jelas-jelas menolak.

“Aku akan kirim foto ini pada Tuan Taka … Biar dia tahu siapa kamu sebenarnya, Aluna!” desis Miska dengan dingin, meski hatinya bergetar. Aluna yang masih ditahan tiba-tiba menemukan celah. Dengan seluruh tenaga, ia menendang keras tepat ke bagian paling vital Barra.

“Aaarghh!!” Barra langsung terhuyung ke belakang, tubuhnya terlipat menahan sakit. Nafas Aluna memburu, tubuhnya bergetar karena marah bercampur jijik. Ia menampar Barra sekuat tenaga, suara tamparan itu menggema di ruangan sempit itu.

Plak!

Air matanya jatuh, tapi bukan karena lemah, melainkan karena harga dirinya diinjak.

“Dulu, jangankan menyentuhku, mendekatiku saja kamu jijik! Kamu yang selalu membuat aku merasa tak berharga. Dan sekarang, dengan wajah tebalmu, kamu berani mendekatiku? Jangan pernah lagi! Aku jijik, Barra. Jijik pada sampah sepertimu!”

Barra terdiam, wajahnya menegang menahan sakit fisik dan batin. Kata-kata itu menghantam lebih keras daripada tendangan Aluna. Di balik semua itu, hatinya merintih. Ia tahu Aluna benar, semua ini adalah buah dari kesalahannya sendiri di masa lalu. Namun obsesi dan penyesalan bercampur, membuat luka itu semakin dalam, semakin perih.

Beberapa jam berlalu.

Pertemuan besar perusahaan keluarga Pramudya digelar di ruang rapat lantai tertinggi. Ruangan berpanel kayu mewah itu dipenuhi direksi dan jajaran penting. Barra duduk di kursi utama dengan wajah dingin, berusaha menutupi rasa sakit yang masih membekas di tubuh dan egonya. Namun, tatapannya sesekali melirik ke arah Aluna yang hadir mendampingi posisi Taka, meski Taka sendiri masih berada di Jepang.

Aluna tampak anggun dengan setelan formalnya. Ia duduk tegak, berwibawa, seolah tidak terpengaruh sedikit pun oleh insiden sebelumnya. Senyumnya tipis, namun di balik itu ada bara yang ia simpan rapat. Tak lama kemudian, pintu ruang rapat terbuka. Ratih, ibu Barra, masuk dengan elegan bersama Kakek Bram. Kehadiran keduanya langsung membuat suasana semakin berat. Semua berdiri memberi hormat.

“Silakan duduk,” suara Kakek Bram terdengar tegas.

Barra sempat ingin membuka rapat dengan agendanya sendiri, tapi Ratih mendahului. “Sebelum kita mulai membicarakan proyek besar ini, saya ingin mengingatkan satu hal,” ujarnya sambil menyapu ruangan dengan pandangan tajam. “Nama baik keluarga Pramudya jauh lebih penting daripada ambisi pribadi siapa pun di ruangan ini.”

Aluna merasakan tatapan Ratih sesaat jatuh padanya. Sekilas ia membaca pesan samar di balik mata itu, seolah Ratih ingin menyampaikan sesuatu lebih dari sekadar peringatan bisnis.

Namun suasana benar-benar berubah ketika Miska, yang juga hadir sebagai salah satu bagian tim kreatif, dengan wajah tenang membuka laptopnya. Di layar proyektor tiba-tiba muncul preview foto yang tadi ia ambil, Barra mendorong Aluna ke dinding, dengan ekspresi penuh obsesi.

Ruangan sontak riuh. Beberapa orang terperangah, sebagian menutup mulut, sementara Barra langsung berdiri, wajahnya memucat. “Matikan itu! Sekarang juga!” teriaknya dengan panik.

Miska tetap tenang. “Saya rasa semua harus tahu kebenaran. Ini bukan hanya urusan pribadi, tapi sudah menyangkut etika seorang pemimpin perusahaan.”

Ratih menoleh ke arah Barra, ekspresinya hancur sekaligus marah. “Barra … apa yang kau lakukan?” suaranya bergetar, bukan hanya karena malu, tapi juga kecewa sebagai seorang ibu.

Barra mencoba membela diri, “Itu tidak seperti yang kalian lihat! Aluna yang...”

Namun Aluna memotong dingin. “Cukup, Barra. Jangan mencoba memutarbalikkan kenyataan. Semua orang di sini bisa lihat siapa dirimu sebenarnya.”

Suasana semakin panas, beberapa jajaran direksi mulai berbisik, menimbang apakah Barra masih pantas memimpin. Kakek Bram menghela nafas berat, lalu berkata dengan nada penuh wibawa, “Barra … kau mungkin cucuku. Tapi jangan lupa, kursi ini bukan warisan mutlak. Ini tentang kepercayaan. Dan hari ini, kau baru saja menghancurkan itu.”

'Barra, setelah ini mau akan hancur bersama dengan wanita sialan ini,' bisik Miska dalam hatinya.

1
guntur 1609
kau akn menyesal mendengarkan si ular misca
Rahma Wati
ceritanya menguras air mata kereen 👍🏻🥰
Silla Okta
lanjutkan ke cerita berikut nya,,,,, 💪💪💪
Marina Tarigan
nehitu dpng memikah dhn wanita yg tepst panfang kedepan jangan menolej kebelakang salam hangat dari pembaca
Marina Tarigan
ada2 saja mustahil masa istri dibiat tukar tambah Taka yg super seluruh dunia kok jadi bodoh
Marina Tarigan
baws zAlina sm Raka pulang ke zjepang Aluna bukan barang pikirkan perasaan luna dan keluarhamu di jepang aneh
Marina Tarigan
karena ini cerita biasa kok bisa permintaan seperti itu kalau didunia nyata mulut Barra itu perlu di vuci pakai pembersih lantai sdj dikasih beryemu sm Raka malah meminta istri orsng balik padanya gila
Marina Tarigan
segera pulang bawa kelurgamu ke jepang Taka kalau di Indonesia masallah teris tak putusnya katena xi indo Aluna masih dikelilingi keluarga yg ada hubungan dhn keluarga
Marina Tarigan
berikan kekuatan hati tehuh kepada Aluna Dan Barra utk melihat kedepan cukup situasi itu2 saja buat Bara menata hidupnya kembali dan belajar dhn sikap emosi arogan egois yg dia lakukan selama bersama Aluna dahulu dan Aluna bserta keluarga kecilnya dgn zTaka Raka menikmati hidup yg tenang kedepannya
Marina Tarigan
akuna raka tadi divulik Tuti dan miska bodoh
Rezqhi Amalia: Permisi kak, siapa tahu kakak minat mampir dikaryaku yang berjudul 'Terjebak Pernikahan Kontrak Dengan Dosen Pembimbingku'

terimakasih sebelumnya 🤗💐
total 1 replies
Ko
Kamu nanyaekk???🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Marina Tarigan
ooo gitu ya baguslah
Marina Tarigan
lanjut terus sampai berhasil miska
Marina Tarigan
lanjut Barra semoga berhasil
Marina Tarigan
kok berani lawan zTaka aneh
Marina Tarigan
nampak kali bsrrat egois keras kepala tdk punya ahlak pohon lawan gunung kamu akan penyet
Marina Tarigan
biar dis darah dagingmu kalau kau sdh cerai dia anakmu tak semudah itu mengamnilnys Barra
Marina Tarigan
barra menampar suami Aluna kamu masih istikiu kan ditanda tangani surat cerai tdk tahu malu
Marina Tarigan
bagus Aluna tinggalkan Barra api itu maju kedepan jgn memoleh kebelang itu baru kita teman
Marina Tarigan
begiyu dong kamu pintar jgn menoleh kebelakang tata hidupmu dgn kepintaranmu tinggal kan kepahitan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!