Sherly, gadis yang tiba-tiba merasuki seorang tuan putri yang berani dan blak-blakan. tapi sayang, baru pertama kali bertransmigrasi, dia sudah mendapatkan hukuman.
namun Sherly tidak merasa sedih, dia justru menyambut hukuman itu dan mendapatkan sebuah ruang yang penuh dengan bahan makanan atau sembako. sehingga dia tidak perlu susah lagi untuk memikirkan kehidupannya di zaman ini.
lalu bagaimanakah kehidupan Sherly yang merasuki putri dari kekaisaran Orion, yang bernama arela Arilea itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hayu Nissa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. membeli bahan herbal
ketika matahari sedikit miring ke arah barat, arela dan kedua abdinya, langsung bergegas keluar dengan mengakses jalan rahasia yang ada di tempat itu. mereka keluar dengan menggunakan penyamaran, agar tidak dikenali oleh siapapun. kalau untuk para pelayan mungkin tidak akan dikenali, tapi berbeda dengan arela tentunya.
"kita ke mana dulu..?" tanya Maya. tiba-tiba perut arela berbunyi..
KRRUUUUUUKKK !!!
spontan Arela langsung melihat ke arah perutnya dan memegangnya.
"aku sudah lapar.. sebaiknya kita pergi cari makan dulu aja deh. baru setelah itu kita keliling pasar. giliran mencari sungai, nanti saja. ayo kita pergi..!" ujarnya.
"ah baiklah nona.." mereka bertiga pun langsung bergegas pergi meninggalkan tempat menyedihkan itu.
ET..!! Itu bukan tempat menyedihkan lagi, tapi sudah menjadi tempat yang menyenangkan.
Sekitar hampir satu jam, akhirnya mereka tiba dipasar. Di sana, Arella mengajak keduanya makan. Dan seperti biasa, mereka makan bersama. Karena arela sendiri tidak menerima bantahan.
"silahkan pesanannya tuan dan nyonya.." ucap pelayan dan menghidangkan makanan di atas meja.
"oh ya.. Terimakasih banyak.." ujar Arella Dengan sopan.
"ayo makan. Habiskan. Jangan sungkan." ucapnya. Maya dan Mario pun tersenyum.
"baiklah nona.. Terimakasih banyak."
"ya, sama-sama." jawabnya dengan ramah. Mereka bertiga pun segera menghabiskan makanan mereka yang tersaji di atas meja.
Ketika makanan itu menyapa indra perasanya, seketika dia langsung berkomentar. Karena memang, rasa makanan ini sangat tidak cocok di lidahnya.
(astaga.. Makanan apa ini.. Kenapa rasanya begini. Hambar. Aroma rempah pun tidak tercium. CK .. ) batinnya. Namun, karena tidak memiliki pilihan lain, akhirnya ia pasrah. Yang penting, perutnya kenyang dulu.
Di sana, dia melihat kedua abdinya makan dengan lahap. Bahkan wajah keduanya terlihat berbinar-binar. Dia pun meringis dalam hati.
(apakah SE enak itu..? Kenapa mereka sangat bersemangat. Padahal, rasanya sangat hambar.) keluhnya.
Setelah beberapa saat kemudian, makanan pun habis mereka santap. sementara arela, dia juga sudah merasa sedikit kenyang. Jujur saja, rasanya sangat susah ia telan. Tapi, dia tetap memaksakan diri.
"bagaimana? Apa kalian sudah kenyang.?" tanyanya memastikan.
"sudah nona. Kami sudah kenyang." jawab Maya dan Mario ikut menganggukkan kepalanya.
"mm.. Baguslah kalau begitu. Ayo, kita langsung jalan saja. Kita cari beberapa sembako yang kita butuhkan." ujarnya. Dia mengeluarkan uang yang ada dalam sakunya, dia meletakkannya di atas meja dan melambaikan tangannya ke pada pelayan. Sehingga pelayan bisa mengambil uang itu.
Sementara mereka bertiga meninggalkan meja itu, dan keluar dari rumah makan sederhana itu.
"ayo kita jalan." ajaknya lagi. Jauh mereka berkeliling, Namun mereka tak kunjung mendapatkan rempah yang di inginkan. Hal itu membuat Arela menghela nafasnya.
"dimana sih!! Aku capek keliling." gumamnya. Mendengar itu, Maya mendekat. Mereka juga terlihat Lelah.
"nona cari apa..?" tanya Maya. Arela menoleh.
"aku sedang mencari kunyit, jahe, dan teman-temannya. Yang penting rempah-rempah. Tapi Dari tadi nggak ketemu." ujarnya Dengan putus asa. dia berdecak pinggang karena merasa dia sudah tidak kuat lagi.
"astaga.. terus kenapa nona tidak bilang dari tadi nona.. bahan-bahan herbal seperti itu tidak sembarang dijual di pasar nona. bahan seperti itu lebih banyak di jual di apotek. nona mau racik untuk membuat obat-obatan..?" tanya Maya sambil menghela nafasnya. Karena jujur saja, dia juga sudah merasa lelah karena bolak balik tanpa henti.
mendengar itu, arela langsung menepuk jidatnya. dia baru sadar kalau sekarang itu mereka berada di zaman kolosal, zaman di mana bahan-bahan herbal yang biasanya digunakan untuk pertumbuhan itu, lebih dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. dan tentu saja lebih banyak dan montok dijual di apotek-apotek terdekat.
"oh iya.. aku lupa Maya. aku saking semangatnya jadi tidak ingat hehehe.. kalau begitu ayo kita ke apotek terdekat." ujarnya lagi. Maya dan Mario langsung menggelengkan kepala melihat kelakuan nona mereka.
"baiklah nona.. kita jalannya di sebelah sini saja." ujar Mario yang sejak tadi dia menyimak obrolan kedua gadis ini.
"oh baiklah Mario.." akhirnya mereka pun kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju apotek.
sejauh ini, Mereka tampak perlahan-lahan sudah mulai merasa nyaman dan sudah mulai mengendurkan kewaspadaan mereka.
dulu waktu pertama kali meminta pekerjaan kepada nonanya ini, memang mereka adalah para abdi yang cukup dekat dengannya, dan memang yang sering dicari olehnya. tapi kedekatan mereka, masih ada pembatas yang berjarak.
Maya dan Mario juga tidak berani bertingkah, dan tidak berani berbicara sesantai itu kepada nona mereka seperti sekarang ini.
tapi ketika mereka melihat dua hari ini nona mereka begitu berubah dan memperlakukan mereka dengan baik, Hal itulah yang membuat keduanya juga perlahan-lahan mulai terbiasa dengan perlakuan sang nona. mereka juga berjanji dalam hati, kalau mereka akan selalu mendampingi sang Mona sampai nanti mereka memiliki keturunan.
"ini tempatnya nona.. ini adalah apotek terbesar di kota ini. dan di apotek ini menjual lengkap herbal-herbal yang dibutuhkan. ayo kita masuk nona.." ajak Maya dengan sopan. tapi Maya tak lagi memberikan penghormatan seperti sebelum-sebelumnya. karena alasannya adalah, arela tidak menyukainya.
"oh pantesan saja!! kita sudah keliling dari tadi tapi nggak ketemu-ketemu. ternyata herbal-herbal itu ditumpuk di tempat ini." Mario dan Maya terkekeh mendengar penuturannya.
"ya sudah ayo kita masuk.." akhirnya mereka bertiga pun masuk kembali ke dalam apotek tersebut. di sana, arela langsung memesan semua herbal dan bumbu masakan yang diperlukan.
melihat itu, sang pemilik apotek mengerutkan keningnya. mungkinkah yang datang ini adalah seorang tabib yang ingin meracik obat-obatan herbal ?
"nona..? begitu banyak herbal yang nona butuhkan. apakah nona ingin meracik obat-obatan ?" tanya pemilik apotek. mendengar itu, arela langsung menggelengkan kepalanya. saat ini tentu saja dia tidak dikenali Karena melakukan penyamaran.
"tidak tuan. tapi semua herbal-herbal ini ingin saya jadikan sebagai bumbu masakan. biar aroma masakan tercium wangi dan menggugah selera." ujarnya tanpa merasa bersalah.
sementara mereka yang ada di tempat itu, dan mendengar kata-kata jujur yang keluar dari mulut arela langsung menganga.
"nona..? ini adalah bahan-bahan herbal untuk meracik obat-obatan. bukan digunakan sebagai bahan makanan..? memangnya herbal herbal ini bisa dikonsumsi..?" tanya salah satu pengunjung dengan penuh keheranan.
di kepalanya sempat terlintas pikiran, mungkin saja perempuan ini sudah gila. sehingga herbal-herbal pahit Dan memiliki rasa yang tidak biasa seperti ini ingin dijadikan sebagai bahan makanan.
"astaga!! iya tahu.. tapi herbal-herbal ini juga bisa digunakan sebagai bumbu tambahan. ya kalau dijelaskan pun kalian tidak akan mengerti.. tolong berikan semuanya padaku." ulang arela lagi.
sementara kembali, sang pemilik apotek yang keheranan membungkuskan semua pesanannya dengan hati yang penuh dengan pertanyaan. tapi tetap saja, memang tak ada larangan untuk membeli bahan-bahan herbal di apoteknya. baik itu seorang tabib atau masyarakat biasa, tetap boleh membeli.
lanjutkan Thor 🙏🙏🙏