Saat tragedi mengambil jiwanya, Syifa menemukan dirinya yang masuk ke dunia novel sebagai seorang antagonis yang secara obsesif mengejar protagonist pria bahkan berencana untuk menghancurkan hubungannya dengan sang kekasih.
Pada akhirnya dia akan mati terbunuh karna alur itu, oleh sebab itu untuk menghindarinya, dia selalu menghindari pria itu.
Namun bagaimana jika tiba-tiba alurnya berubah, pria itu malah memperhatikannya..
"Tidak! ini tidak ada dalam plot!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Jangan lupa telpon Pak Darto kalau sudah selesai kelas! Jangan keluyuran nyari si Kayden itu!," teriak Sean pada Syifa yang sudah lari meninggalkan kakaknya karna sebelum keluar dari mobil pun pria itu sudah memberi banyak sekali nasihat.
"Huh.. akhirnya bebas, kak Sean itu kalau udah dekat malah banyak bacotnya deh.. eh.. tapi dimana gedung fakultas bisnis ya?"
Syifa akhirnya agak menyesal karna tidak menanyakan pada kakaknya, mau bagaimana lagi? telinganya sudah duluan panas mendengar omelan pria itu.
Akhirnya dengan pasrah Syifa berjalan mencari orang yang bisa ditanyakan.
"Permisi.. gedung fakultas bisnis dimana ya?"
Untung saja gadis itu menjelaskan secara detail sehingga dia bisa mengingat arah ke sana.
Kelas akan di mulai pukul 9 pagi, dan sekarang masih ada waktu 30 menit, oleh sebab itu, Syifa yang belum sarapan memutuskan untuk singgah ke kantin fakultas yang tepat berada di samping gedung.
"Coba kita lihat.." Syifa membuka dompet yang dia temukan di laci lemari di kamar si tokoh antagonis itu.
"Hebat! Uangnya banyak sekali.."
Syifa bahkan berulang kali menghitung lembaran merah di dalam sana.
"Tujuh ratus ribu lebih ini.. belum di kartu atmnya.. pasti uangnya banyak sekali"
Langsung saja Syifa membeli makanan dan menyantapnya dengan lahap tanpa menyadari bahwa Sahabatnya ternyata ada disana.
"Syifa!," seru Anisa sambil membawa makanannya dan duduk bersamanya.
"Tumben kamu makan banyak? Gak takut gendut apa?," tanya Anisa dengan raut bingung, pasalnya sahabatnya itu selalu menjaga berat badannya agar terlihat langsing, maklum saja, Syifa yang dia kenal sangat senang memamerkan lekukan tubuhnya.
"Ha?!," Syifa sendiri pun bingung, banyak uang lalu mengapa harus tidak makan? Apalagi sarapan?
"Oh ya, kamu udah ngerjain tugas bu Riska? Pasti belum, kan? Untung aku udah ngerjain punya kamu, kek biasa dong.. traktir aku aja beli baju, ya.. ya.."
Syifa yang baru menjadi tokoh antagonis ini hanya menganggukkan kepala saja, toh dia juga belum tahu apa saja yang terjadi di perkuliahan.
"Btw yang kamu bilang kemarin serius? Kamu beneran udah gak suka sama Kayden? Bukannya kamu udah lama suka sama dia ya?," tanya Anisa memastikan.
"Hmm.. aku udah gak mau berurusan sama dia, hampir mati cuma gara-gara ngejar cowok kan lucu ya?," ucap Syifa.
Mendengar itu membuat Anisa agak yakin, apalagi Syifa tidak masuk selama hampir seminggu dan dari informasi yang dia dapatkan, Syifa sempat mengalami koma sebelum akhirnya sadar.
"Yasudah, ayo kita ke kelas"
Brak..
Baru saja mereka berdiri, Syifa terkejut karna seorang pria menyenggolnya, alhasil makanan pria itu jatuh di bajunya.
"Astaga! Kamu jalan gak pake mata ya?!," kesal Syifa, dia belum masuk kelas tapi tampilannya sudah seberantakan itu.
Disisi lain, Anisa menatap tak percaya karna pria yang sedang dimarahi oleh Syifa tak lain dan tak bukan adalah Kayden.
"Fa.. Syifa.. udah ah.. ayoo.." Anisa mencoba menariknya sebelum berurusan lebih jauh dengan Kayden, namun Syifa menepisnya dan kembali menatap Kayden dengan wajah garang.
"Kok diem aja? minimal minta maaf kek.."
Kayden yang di perlakukan seperti itu oleh seorang Syifa yang selalu mengejarnya menjadi sangat bingung, biasanya Syifa akan tersenyum dan berkata 'Tidak papa' sambil menanyakan hal lain untuk mengajak Kayden jalan bersamanya, namun sekarang malah seperti orang yang tak saling kenal.