Liora tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Marvin akan membawanya pada sesuatu yang menggila. Marvin, pria itu begitu menginginkannya meskipun tahu jika Liora adalah adik iparnya.
Tidak adanya cinta dari suaminya membuat Liora dengan mudah menerima perlakuan hangat dari kakak iparnya. Bukan hanya cinta yang Marvin berikan, tapi juga kepuasan diatas ranjang.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." ~ Marvin Leonardo.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 ~ CTDKI
Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi ketika Liora membuka matanya, menatap Marvin yang tidur disampingnya dengan tangan melingkar di pinggangnya. Satu tangannya terangkat untuk menyentuh wajah pria itu, mengukir wajah itu dengan jari telunjuknya.
Nafas pria itu terdengar teratur, menandakan Marvin tengah terlelap dalam mimpi indahnya. Membuat Liora bisa menatap lebih lama wajah kakak iparnya, sebelum nanti mereka kembali ke rumah dan dia akan kehilangan momen indah seperti ini.
"Hah,"
Liora menarik tangannya, terkesiap kaget saat tiba-tiba Marvin membuka matanya. Marvin tersenyum padanya, meraih kembali tangannya dan menempelkannya di wajahnya.
"Sejak kapan kamu bangun?" tanya Liora.
"Sejak kamu membuka mata," jawab Marvin dengan suara seraknya.
Liora berdecak, berpura-pura memasang wajah kesal. "Lalu pura-pura tidur?"
Marvin mengangguk kecil, "Jika tidak seperti itu, kamu tidak akan mau memandang wajahku lama-lama."
"Kalau begitu ayo kita bersiap, kita harus segera pulang sebelum orang rumah mencariku," ajak Liora.
Marvin menarik pinggang Liora mendekat, saling merapatkan tubuh mereka. "Kenapa buru-buru sekali. Biarkan saja mereka mencari."
"Aku tidak mau membuat ayahmu dan Audrey khawatir. Setidaknya selama aku tinggal di rumah itu, hanya mereka berdua yang selalu bersikap baik padaku selain para pelayan dirumah." ucap Liora.
Marvin terdiam, tangannya berpindah ke wajah Liora, membenahi anak rambut yang menutupi wajah cantik adik iparnya.
"Jika saja aku mengenalmu lebih dulu, mungkin situasinya akan berbeda," ucap Marvin. "Tapi jika waktu itu aku tidak melihat foto-foto pernikahanmu dengan adikku, mungkin aku tidak akan kembali kesini secepat ini. Sampai sekarang aku pasti masih di Australia."
"Apa maksudmu?" tanya Liora, bingung.
Marvin tersenyum, mengusap pipi Liora dengan lembut. "Aku sudah tertarik padamu sejak melihat foto-foto pernikahanmu dengan Haikal."
Liora terkejut mendengarnya, matanya sedikit melebar. "Jadi..."
"Ya." angguk Marvin. "Ibuku menyuruhku kembali untuk mengambil hakku di perusahaan, tapi sebenarnya tujuan utamaku bukan itu. Saat itu aku hanya ingin melihat kamu secara langsung untuk memastikan perasaanku. Dan setelah melihatmu untuk pertama kali, ternyata aku benar-benar tertarik padamu."
Liora mengulum senyum, ada rasa bahagia saat mendengarnya. "Tapi caramu mendekatiku itu sangat licik," sindirnya.
Marvin merasa tertantang, menarik tubuhnya bangun dan beralih menindih tubuh adik iparnya.
"Benarkah?" tanyanya dengan senyuman menggoda, "Tapi kamu suka kan?"
Kedua tangan Liora menahan dada Marvin, merasakan milik Marvin yang sudah sangat mengeras dan menyentuh perut bawahnya. Liora menoleh ke arah jendela kamar yang masih tertutup tirai dengan rapat.
"Sinar matahari sudah muncul, cepat bangun dan mandi. Kita harus segera pulang sebelum aku dilaporkan sebagai orang hilang," Liora mengingatkan. Suaminya pasti sudah mencarinya dan sudah memberitahu keluarga mereka jika dirinya hilang.
"Kalau begitu mandi bareng," ajak Marvin.
"Tidak." tolak Liora cepat. "Kamu saja duluan, kalau kamu tidak mau biar aku yang duluan."
Alih-alih menurut, Marvin menyingkap selimut dan bergegas turun dari ranjang. Diangkatnya tubuh Liora yang berbalut lingerie tipis berwarna merah maroon.
"Turunkan, Kak." Liora memprotes dengan tangan yang sudah melingkar di leher Marvin.
"Nanti aku turunkan setelah di kamar mandi."
Marvin melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya dengan satu kakinya. Mendudukkan tubuh Liora disamping wastafel dan langsung memagut bibirnya. Ruangan kamar mandi pagi itu diisi dengan suara desahan mereka berdua.
❄️
❄️
❄️
Setelah semalaman mencari, akhirnya pagi ini Haikal memutuskan untuk pulang. Mencoba menjelaskan pada orang tuanya tentang Liora yang tiba-tiba menghilang. Memberikan alasan yang masuk akal supaya orang tuanya percaya mengapa dia sampai meninggalkan istrinya itu dihotel sendirian.
"Aku pikir aku ingin memberikan kejutan untuk Liora. Aku meninggalkan dia dihotel dan pergi untuk membelikan hadiah untuknya. Tapi saat aku kembali, Liora sudah tidak ada dihotel." terpaksa Haikal harus berbohong, tidak mungkin dia berkata jujur dan mengatakan jika dia meninggalkan Liora demi menemui Casandra dan menghabiskan waktu dengan wanita itu diatas ranjang.
"Ayah sudah menyiapkan semuanya di villa, harusnya kamu tidak perlu memberikan kejutan segala. Sekarang bagaimana kalau sampai terjadi apa-apa dengan Liora diluar sana, mau bilang apa kita pada bu Randu kalau beliau bertanya?!" Tuan Arthur merasa sangat kesal.
Keputusannya dulu untuk merestui putranya menikahi Liora adalah karena dia tahu Liora adalah wanita yang baik. Dengan berdusta pada sang istri jika akan memberikan kepemimpinan perusahaan pada Haikal jika putranya itu mau menikah, Tuan Arthur hanya ingin Haikal bisa berubah dan bisa menghilangkan kebiasaan buruknya yang suka keluyuran malam-malam dengan pulang dalam keadaan mabuk, selain itu Tuan Arthur juga tidak menyukai jika putranya menjalin hubungan dengan seorang model bernama Casandra karena wanita itu membawa pengaruh buruk pada putranya.
Tuan Arthur menghela napas panjang, "Kerahkan orang untuk mencari sekarang, jika perlu lapor polisi juga. Sebelum gelap, Ayah ingin Liora sudah kembali." titah Tuan Arthur dengan nada tegas.
"Baik, Yah." Haikal berdiri dengan wajah masih tertunduk.
"Tapi Marvin juga tidak pulang semalaman," ucap Nyonya Maria tiba-tiba. "Tidak mungkin kan kalau mereka janjian pergi berdua," lanjutnya menaruh curiga.
Haikal terkejut mendengarnya, mengangkat wajahnya dan menatap sang Mama yang duduk di sofa berbeda.
"Bicara omong kosong apa kamu ini!" gertak Tuan Arthur. "Bukankah Marvin kemarin sudah pamit dan bilang supaya kita tidak menunggunya pulang, itu artinya dia tidak akan pulang."
"Tapi bisa saja kan kalau mereka berdua..."
"Diam kamu, Maria!" bentak Tuan Arthur, memotong cepat ucapan istrinya. "Tutup mulutmu sebelum aku yang akan menutupnya!"
"Haikal," pandangannya kini beralih pada sang putra. "Cari Liora sekarang dan bawa dia pulang!"
Haikal mengangguk patuh, meskipun jujur dia masih sedikit terkejut dengan ucapan sang Mama yang mengatakan jika kakaknya tidak pulang semalaman. Rasanya tidak mungkin Liora pergi dengan Marvin, hubungan mereka tidak sedekat itu.
Namun, mobil sang kakak yang datang dan berhenti di halaman rumah seakan menepis pikiran positifnya. Marvin dan Liora turun dari dalam mobil, berjalan mendekat ke arah Haikal yang baru saja keluar dari pintu utama rumah mereka.
Tanpa sadar tangannya terkepal, sorot mata tajamnya tertuju pada sang istri yang kini sedang berjalan dengan wajah sedikit tertunduk ke arahnya. Napasnya tiba-tiba terasa berat, debaran jantungnya berpacu cepat melihat keakraban istrinya dan kakaknya.
"Kalian. Darimana saja kalian berdua?!"
❄️
❄️
❄️
Bersambung....
kaget gak.. tegang gak anuu muu