Lin Feng, "Tuan Muda Teoris" dari Klan Lin, adalah bahan tertawaan di Akademi Awan Hijau. Dia jenius strategi, tapi bakat bela dirinya nol besar.
Segalanya berubah drastis saat arwah kakek-kakek telanjang mesum merasuki mata kirinya, memberinya kekuatan cheat [Mata Penjiplak] yang bisa meniru dan menyempurnakan jurus apa pun seketika.
Berbekal otak licik, mata copy-paste super, dan panduan kakek mesum di kepalanya, Lin Feng kini siap mengacak-acak dunia Jianghu. Ini adalah kisah di mana dia mempermalukan para jenius, men- trol/ musuh-musuhnya, dan mengejar tujuan utamanya membangun harem terbesar dalam sejarah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 bagian 2
Lin Feng berjalan menyusuri jalan setapak berkerikil, menjauh dari lapangan latihan.
Setiap langkahnya masih terlihat anggun, seolah-olah dia sedang berjalan di atas karpet sutra, bukan menuju takdirnya yang bau. Jubahnya yang robek berkibar-kibar dengan tragis.
Di belakangnya, dia masih bisa mendengar Instruktur Wang yang berteriak-teriak pada murid lain, mencoba mengembalikan tatanan yang sudah dia hancurkan.
Dia sendirian sekarang.
...yah, tidak sepenuhnya sendirian.
"TOILET! HAHAHA! KITA AKAN KE TOILET!"
Suara si Kakek meledak di kepalanya dengan antusiasme yang sama sekali tidak pantas.
"KERJA BAGUS, NAK! RENCANA BRILIAN! Kakek tidak pernah terpikir! Memprovokasi kakek botak itu agar dia menghukummu membersihkan toilet! Kau jenius! Kau tahu, kan... toilet Sayap Utara itu... campur?!"
Wajah Lin Feng menjadi masam. "Campur? Maksudmu...?"
"BUKAN! TENTU SAJA TIDAK SEPERTI YANG KAU PIKIRKAN, BODOH!" si Kakek terdengar sedikit kecewa. "Tapi toilet pria dan wanita di sayap itu... letaknya bersebelahan! Berbagi dinding yang sama! Kau tahu apa artinya itu?!"
Lin Feng menghela napas. "Artinya aku harus membersihkan dua kali lebih banyak?"
"ARTINYA KITA BISA MENGINTIP LEWAT LUBANG KECIL DI DINDING! HAHAHAHA! Kakek dulu sering melakukannya di Sekte Pedang Langit! Pemandangannya... SEBUAH KEILAAAHHIIANN!"
Lin Feng memijat pelipisnya.
"Kek," batinnya dengan lelah. "Kau... benar-benar sampah terburuk di alam semesta."
"Terima kasih atas pujiannya, Nak! Sekarang cepat! Jangan buang waktu! Pemandangan pagi hari adalah yang terbaik!"
Asrama Sayap Utara adalah tempat tinggal para murid biasa dan murid beasiswa. Tidak seperti paviliun pribadi Lin Feng, tempat ini ramai, padat, dan... berbau.
Blok toilet adalah sebuah bangunan terpisah di belakang asrama.
Saat Lin Feng mendekat, hidungnya yang sensitif... yang terbiasa dengan wangi cendana dan parfum impor... langsung diserang.
"Dewa Langit..." dia terbatuk pelan. "Bau apa ini? Apakah seseorang baru saja merebus kotoran naga di dalam?"
Dia tiba di depan gudang peralatan kebersihan yang terletak di samping toilet. Pintu kayunya sudah reyot.
Dia membukanya.
KRRIIIEEEKK...
Aroma amonia dan kain pel basi yang sudah berusia puluhan tahun menyambutnya.
"Ini... ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan," gumam Lin Feng, menatap ember-ember kotor dan sapu-sapu yang bulunya sudah rontok.
"Aku? Lin Feng? Tuan Muda Klan Lin? Harus menyentuh... ini?"
"Berhenti mengeluh dan ambil kain pelnya!" desak si Kakek. "Dan cari ember! Kita perlu air! Siapa tahu kita tidak sengaja 'menyiram' nona-nona yang sedang mandi!"
Lin Feng baru saja akan meraih gagang pel yang paling tidak menjijikkan, ketika dia mendengar sesuatu.
Hiks...
Sebuah suara.
Sangat pelan.
"Hah?" Lin Feng membeku.
Hiks... hiks...
Suara itu datang dari... sudut gelap di belakang tumpukan karung goni yang bau.
"Hooo?" Suara si Kakek berubah dari mesum menjadi penasaran. "Ada 'tikus kecil' yang sedang menangis di gudang."
Lin Feng mengerutkan kening. Dia tidak suka diganggu saat sedang... meratapi nasibnya yang kotor.
"Siapa di sana?" panggilnya, suaranya terdengar lebih arogan dari yang dia maksud.
Tidak ada jawaban. Hanya isak tangis yang tertahan.
Dengan kesal, Lin Feng menendang salah satu karung goni itu.
"KELUAR! Aku sibuk! Aku punya hukuman penting yang harus dijalani!"
Dari balik karung, sesosok tubuh kecil gemetaran... lalu perlahan merangkak keluar.
Itu adalah seorang gadis.
Gadis itu sangat kecil.
Dia mungkin berumur empat belas atau lima belas tahun, tapi tubuhnya kurus kering, membuatnya tampak lebih muda. Seragam akademi Awan Hijau standar... bukan sutra kustom seperti milik Lin Feng... terlihat kedodoran di tubuhnya. Seragam itu lusuh, dengan beberapa jahitan tambalan yang rapi namun jelas terlihat di bagian sikunya.
Rambutnya yang kusam diikat dua kepang sederhana. Wajahnya mungil, tapi saat ini kotor oleh debu dan jejak air mata yang masih basah. Dia menatap Lin Feng dengan sepasang mata yang besar dan... sangat ketakutan.
Dia memegang erat-erat sebuah kain pel yang sudah lapuk, seolah itu adalah perisai terakhirnya.
"Tikus kecil yang kotor," batin Lin Feng, ekspresinya kembali santai. Dia sudah memastikan gadis ini bukan ancaman.
Dia memindai gadis itu dari atas ke bawah.
"Hmph. Dada rata. Kurus. Tidak ada aset yang menonjol. Wajah... mungkin 5/10 kalau dibersihkan. Bukan seleraku."
"BOCAH GOBLOK!"
Si Kakek tiba-tiba menjerit di kepalanya, suaranya terdengar seperti baru saja menemukan harta karun ilahi.
"BUKA MATAMU! KAU MENCARI HAREM TAPI KAU BUTA SOAL KUALITAS?!"
"Kualitas?" balas Lin Feng dalam hati. "Dia terlihat seperti akan patah jika tertiup angin."
"IDIOT!" raung si Kakek lagi. "Dia itu 'Batu Giok yang Belum Diasah'! Lihat kulit di bawah debu itu! Itu seputih porselen! Lihat matanya! Jernih dan murni! Dia itu tipe 'Loli yang Polos' klasik! Spesies langka! Dia hanya butuh... sedikit polesan! Mandikan dia, beri dia makan daging, dan dalam dua bulan, dia akan jadi 9/10 yang akan membuat semua pria mimisan! Ambil dia!"
Lin Feng mengabaikan antusiasme mesum si Kakek.
"Hei," kata Lin Feng, suaranya datar dan malas. "Ini gudang kebersihan, bukan tempat meratapi nasib. Kau menghalangi jalanku. Minggir."
Gadis itu tersentak kaget, seolah baru menyadari dia telah menghalangi jalan seseorang.
"A-Ah! M-Maaf! Maafkan saya!"
Dia buru-buru bergeser, mencoba berdiri, tapi kakinya gemetar dan dia hampir jatuh lagi. Dia menundukkan kepalanya dalam-dalam, tidak berani menatap Lin Feng.
"S-Saya tidak bermaksud... T-Tuan Muda... S-Saya akan pergi..."
"Tunggu," kata Lin Feng. Dia menyipitkan matanya. "Kau tahu siapa aku?"
Gadis itu mengangguk kaku, kepalanya masih tertunduk. "S-Semua orang tahu siapa Tuan Muda Lin Feng... Anda... Anda yang paling tampan di akademi..."
Lin Feng menghela napas. Tentu saja.
"Ya, ya, aku tahu," katanya tidak sabar. "Sekarang, kenapa kau menangis di tumpukan karung bau ini? Apa seseorang mencuri roti bakpaomu?"
Gadis itu terdiam. Isakannya kembali terdengar pelan.
"B-Bukan..." cicitnya. "S-Saya... saya Bai Qianqian. Murid beasiswa. S-Saya... saya baru saja gagal dalam tes 'Aliran Dasar Qi'... lagi."
"Oh. Menyedihkan," kata Lin Feng.
"D-Dan... dan Instruktur Wang bilang..." lanjut Qianqian, suaranya semakin kecil. "Kalau saya gagal lagi besok, saya akan... dikeluarkan. D-dan... s-sebagai hukuman hari ini... saya harus membersihkan... i-ini semua..."
Dia menunjuk ke arah toilet pria dan wanita di luar.
Hening.
Lin Feng menatap gadis kecil yang gemetaran itu.
Lalu dia melihat ke tumpukan alat pel yang kotor.
Lalu dia melihat ke tangannya sendiri yang bersih dan terawat.
Lalu dia melihat kembali ke Bai Qianqian.
Sebuah ide brilian, malas, dan sangat Lin Feng sekali... mulai terbentuk di otaknya.
"Hooo..." bisik si Kakek. "Ini takdir! Ini adalah campur tangan Surga! Kiriman dari dewa, Nak! Dia sudah di sini untuk melakukan pekerjaan kotormu! DAN DIA POLOS PULA! CEPAT! GUNAKAN PESONAMU!"
Lin Feng berdeham. Senyum paling menawan, paling ramah, dan paling palsu... terpasang di wajah tampannya.
"Bai Qianqian, ya?" katanya dengan suara lembut yang bisa melelehkan gunung es. "Kau terlihat seperti gadis yang sedang dalam masalah besar. Mungkin... aku bisa membantumu?"
tapi overall, ini cukup bagus👍
untuk kalimat 'haaaah' ini seperti menghela napas kan? harusnya Hoamm, mungkin?🤭
maaf kak sok tau, tapi aku lebih nyaman begitu🙏