NovelToon NovelToon
DENDAM SANG TERKHIANATI

DENDAM SANG TERKHIANATI

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Kala Azure adalah seorang kapten agen rahasia legendaris yang ditakuti musuh dan dihormati.

Namun, karier cemerlangnya berakhir tragis, saat menjalankan operasi penting, ia dikhianati oleh orang terdekatnya dan terbunuh secara mengenaskan, membawa serta dendam yang membara.

Ajaibnya, Kala tiba-tiba terbangun dan mendapati jiwanya berada dalam tubuh Keira, seorang siswi SMA yang lemah dan merupakan korban bullying kronis di sekolahnya.

Berbekal keahlian agen rahasia yang tak tertandingi, Kala segera beradaptasi dengan identitas barunya. Ia mulai membersihkan lingkungan Keira, dengan cepat mengatasi para pembuli dan secara bertahap membasmi jaringan kriminal mafia yang ternyata menyusup dan beroperasi di sekolah-sekolah.

Namun, tujuan utamanya tetap pembalasan. Saat Kala menyelidiki kematiannya, ia menemukan kaitan yang mengejutkan, para pengkhianat yang membunuhnya ternyata merupakan bagian dari faksi penjahat yang selama ini menjadi target perburuannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Balik Layar

Cahaya matahari sore yang berwarna oranye kemerahan masuk menembus celah-celah gedung tinggi, menciptakan bayangan panjang di lorong lantai 12 Apartemen Plaza. Suasana yang seharusnya tenang di waktu senja itu berubah mencekam saat derap langkah taktis memecah keheningan.

Kapten Victor berdiri di depan pintu unit 1205. Peluh tipis membasahi keningnya, terpantul cahaya sore yang masuk dari jendela besar di ujung koridor.

Beberapa jam sebelumnya, sebuah pesan anonim masuk, merusak jadwal sorenya.

“Pesta narkoba dan penyekapan di Plaza 1205. Mereka tidak punya banyak waktu.”

Victor menarik napas dalam, memberi isyarat dengan kepalan tangan.

BRAK!

Pintu apartemen itu jebol dalam sekali hantaman.

"Polisi! Diam di tempat!"

Sinar matahari sore yang tembus dari balkon menyinari partikel debu dan asap yang melayang di udara. Aroma bahan kimia tercium kuat, kontras dengan pemandangan mewah di dalam sana. Victor tertegun melihat siapa yang berada di balik tumpukan botol minuman dan bungkusan plastik klip.

Di bawah remang cahaya senja, tampak Farco, Lucas, dan Violeta yang masih mengenakan seragam sekolah dengan dasi yang sudah ditarik lepas. Wajah mereka yang masih muda tampak pucat pasi saat sinar matahari menyoroti butiran keringat dingin di wajah mereka yang teler.

"Amankan semua! Jangan ada yang membuang barang bukti!" perintah Victor, suaranya bergema di ruangan yang luas itu. "Cari korban penyekapan. Sekarang!"

Victor melangkah cepat menuju kamar utama yang pintunya sedikit terbuka. Cahaya sore yang jingga redup merayap masuk ke kamar itu, menyinari sebuah koper besar berwarna gelap yang tergeletak di tengah lantai marmer.

Ada genangan cairan merah gelap yang mulai mengering di dekat roda koper tersebut.

Dengan sigap, Victor membuka paksa resleting koper itu. Matanya membelalak. Di dalamnya, seorang manusia meringkuk dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Wajahnya hancur, penuh luka memar yang sudah membiru di bawah cahaya temaram sore.

"Dia masih hidup! Panggil medis!" seru Victor sambil menahan napas.

Petugas medis bergegas masuk dengan tandu lipat, sementara Victor dan seorang anggota timnya mengangkat tubuh lemah pemuda itu dari dalam koper. Saat tubuh yang terkulai lemas itu dibawa melewati ruang tengah menuju pintu keluar, suasana mendadak senyap.

Cahaya oranye sore yang semakin meredup menyinari wajah korban yang bengkak dan berlumuran darah. Saat itulah, Farco, Lucas, dan Violeta mendongak.

Mata Violeta membelalak lebar, tangannya gemetar hebat hingga menutupi mulutnya. Farco dan Lucas membeku, napas mereka memburu bukan lagi karena pengaruh obat, melainkan karena merasa syok melihat apa yang terpampang di depan mata mereka.

"Bukan ... bukan itu ..." gumam Farco dengan suara bergetar. "Kami tidak memasukkannya ke sana!"

Victor berhenti melangkah, matanya yang tajam menatap Farco dengan intimidasi penuh. "Kalian bilang apa?"

"Kami memang menghajarnya!" Lucas berteriak panik, suaranya pecah. "Dia mengambil barangku, tapi aku hanya memukulnya beberapa kali, dan kami tidak melakukannya lebih dari itu."

"Benar! Dan kami tidak menyekapnya, gue brani sumpah!" timpal Violeta, kedua tangan bertaut memohon.

Victor melihat ke arah koper besar yang kini kosong di dalam kamar, lalu kembali menatap ketiga remaja itu.

Ada sesuatu yang janggal. Luka pada wajah pemuda di tandu itu terlihat jauh lebih parah daripada sekadar pemukulan biasa. Ada bekas jeratan di pergelangan tangannya yang membiru bekas yang profesional, bukan asal-asalan.

"Kalian menghajarnya, lalu berpesta?" tanya Victor dingin sambil mendekat ke arah Farco.

"I-iya," jawab Farco terbata-bata. "Kami terakhir bertemu siang tadi di depan sekolah. Kami tidak tahu kenapa dia ada di sini."

Victor terdiam. Pesan anonim itu menyebutkan tentang penyekapan dalam koper. Jika anak-anak ini benar-benar tidak tahu soal koper tersebut, artinya ada orang ke empat di apartemen mewah ini yang sengaja mengemas korban ke dalam koper dan mengirim pesan kepada polisi untuk menjebak mereka atau untuk memastikan korban ditemukan sebelum tewas.

"Bawa mereka semua ke markas," perintah Victor pada anak buahnya. "Dan segel unit ini. Jangan biarkan siapa pun menyentuh koper itu. Saya ingin tim forensik memeriksa sidik jari di ritsletingnya."

Saat mereka digiring keluar, Farco terus menoleh ke belakang, menatap koper hitam itu dengan ketakutan luar biasa. Dia baru sadar, seseorang telah berada di sana bersama mereka, memperhatikan mereka dari balik bayang-bayang saat mereka tertawa di bawah pengaruh narkoba.

Lampu biru-merah dari mobil patroli polisi memantul di dinding kaca lobi Apartemen Plaza, mengundang kegaduhan yang menarik perhatian massa.

Saat pintu lift terbuka, petugas keluar menggiring Farco, Lucas, dan Violeta dalam keadaan terborgol. Ketiganya berjalan tertunduk dalam, berusaha menyembunyikan wajah di balik rambut dan jaket, menghindari tatapan menghakimi dari orang-orang yang mulai mengeluarkan ponsel untuk merekam mereka.

Di balik kerumunan yang riuh itu, berdiri seorang gadis dengan sorot mata yang kontras dengan kekacauan di sana.

Keira. Ia berdiri diam, bibirnya melengkung tipis membentuk senyum puas yang dingin. Baginya, pemandangan itu adalah sebuah mahakarya.

Farco dan teman-temannya tidak hanya akan berhadapan dengan hukum, tetapi label sebagai pecandu dan penyiksa akan melekat selamanya, menghancurkan masa depan cemerlang yang selama ini mereka banggakan.

Keira merogoh saku, mengeluarkan ponselnya, dan mengetik sebuah pesan singkat kepada seseorang yang membantunya di balik layar.

[Kerja bagus.]

Tanpa menoleh lagi, ia berbalik, membelah kerumunan, dan masuk ke dalam taksi yang mesinnya masih menderu halus.

"Jalan, Pak," ucapnya datar.

Sepanjang perjalanan, Keira hanya menatap lurus ke jendela, melihat lampu-lampu kota yang mengabur. Selang beberapa menit, taksi itu berhenti di sebuah kompleks perumahan elite. Setelah membayar sopir, ia turun dan membiarkan mobil itu melesat pergi meninggalkan kesunyian sore yang mulai menjemput malam.

Keira berdiri mematung di depan sebuah bangunan megah. Rumah itu berdiri kokoh dengan dominasi warna putih bersih dan aksen hitam yang tegas, elegan namun terasa dingin. Ia menarik napas panjang, membiarkan udara sore itu memenuhi paru-parunya yang terasa sesak.

"Akhirnya aku berani ke sini. Baiklah, kau pasti bisa " gumamnya lirih, berusaha menguatkan dirinya sendiri.

1
Meee
Untuk Pak Tua Ma enggak banyak bingung, ya. Soalnya kan agak aneh juga si Kala bisa jadi orang lain. Semangat Keiraaa! tumpas orang-orang jahat ituuu
Its me
siapa sebenarnya dewa agung?
Meee
Wow, Keira 🙈 ngeri juga
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©🦐
yang penting kan bsa nangkep penjahat lohh pak
Its me
hmmm tuan Mamoto yang orang lain saja bisa peka kehadiran kala
🪱ᵘᵄᵟᵘᵎᵓᵄᵓ☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃfelon𝐀⃝🥀
waduh, siapa itu si dewa agung itu? tapi kenyataan dimasa sekarang pun sama, yang tinggi semakin tinggi, yang diatas makin atas, dan yang miskin makin miskin.
Aku jadi inget sama YML, dia kan dibunuh gegara memegang kunci rahasia besar.
Semoga tiada yang curiga kalau Keira masih hidup, dan matilah kamu wahai Dewa Agung
ɑׁׅ݊ꪀꫀׁׅܻ݊tׁׅɑׁׅ
Astaga sekolah macam apa itu, pembagian kelas ditentukan oleh kasta dan kedudukan ckckck 😏
Addb_Rh
ternyata rumahnya kala.
wuuu bara api mulai menyala.. ayo, hab*skan dan hanc*rkan semua yang menyakiti..
Addb_Rh
ke rumah siapa ya, Kira-kira itu?
ɑׁׅ݊ꪀꫀׁׅܻ݊tׁׅɑׁׅ
wehh kukira masuk sekolah yang lebih baik kei eh ternyata tidak lebih baik dari sekolah yang kemarin, tapi gpp nikmati aja kei menyelam sambil minum air sekolah sambil CCTV
ɑׁׅ݊ꪀꫀׁׅܻ݊tׁׅɑׁׅ
hati² kei jngn mudah percaya sm orang, belajar dari pengalaman bahwa sedekat apapun kita sm seseorang tidak menjamin dia tidak menusuk dari belakang
ɑׁׅ݊ꪀꫀׁׅܻ݊tׁׅɑׁׅ
pantas saja kala diburu ternyata dia memegang kunci rahasia kebusukan orang² di pemerintahan dan komplotannya , yang suatu saat akan menjadi boom waktu yang siap meledak menghancurkan mereka
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©🦐
wahh betul tuhh zero
🏡s⃝ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
astaghfirullah, astaghfirullah dunia mulai bobrok
🏡s⃝ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
wkwkwk sekolah seperti itu juga ada kasta nya 🤦‍♀️
🏡s⃝ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
ya Alloh gurunya juga seperti itu, gak ada wibawa
🏡s⃝ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
anak SMA bicara nya seperti mafia 🤦‍♀️
🏡s⃝ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
jujur di daerah ku belum pernah mendengar sekolah seperti itu, sekolah tanpa peraturan
WDY
gak diRL gak di novel ternyata musim pembulian ya.
WDY
Lah yang mulai dulu siapa. Kesihan kiera ya kena
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!