NovelToon NovelToon
Dewa Alkemis Pengurai Jiwa

Dewa Alkemis Pengurai Jiwa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Epik Petualangan / Iblis / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Perperangan
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nugraha

“Yang hidup akan ditumbuk menjadi pil, yang mati akan dipaksa bangkit oleh alkimia. Bila dunia ingin langit bersih kembali, maka kitab itu harus dikubur lebih dalam dari jiwa manusia…”

Di dunia tempat para kultivator mencari kekuatan abadi, seorang budak menemukan warisan terlarang — Kitab Alkimia Surgawi.
Dengan tubuh yang lemah tanpa aliran Qi dan jiwa yang hancur, ia menapaki jalan darah dan api untuk menantang surga.

Dari budak hina menuju tahta seorang Dewa Alkemis sekaligus Maharaja abadi, kisahnya bukanlah tentang keadilan… melainkan tentang harga dari kekuatan sejati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 : Ketika yang Pahit Menjadi Senjata

Beberapa hari setelah kepergian Kakek Qiao, Li Yao mulai mencuri waktu di sela sela pekerjaannya. Ia terkadang suka memperhatikan akar akar yang tumbuh dari celah celah sempit bebatuan, tanaman tanaman yang warnanya sangat aneh, hingga serangga serangga mati yang berada di sekitar batang pepohonan.

Semua itu sebenarnya bukan kebetulan, mungkin dunia ini memberinya petunjuk secara halus, samar dan juga nyata.

Pada waktu ia pulang dari tambang, Ia mencoba untuk bereksperimen sesuai petunjuk yang ada di kain lusuh kakek Qiao. Bahan bahan yang ia gunakan waktu itu adalah Air tambang yang mengandung logam, dan serbuk batu hijau. Ketika ia mencoba mencampurkan keduanya, campuran itu menimbulkan reaksi aneh, bau tajam, warna mendadak berubah, dan kadang kadang meletup kecil.

Sementara catatan dari kain Kakek Qiao itu walaupun sudah sesuai petunjuk, terkadang membawa Li Yao ke jalan yang buntu.

Tetapi Li Yao mencoba dan terus mencoba walaupun gagal berkali kali.

Tangannya pernah terbakar akibat reaksi panas dari campuran akar dan minyak serangga. Tenggorokannya bahkan nyaris tertutup karena ia terlalu nekat mencicipi hasil olahan yang belum stabil. Setiap kegagalan dari percobaannya selalu memberinya rasa takut, namun ia tidak menyerah malah mendapat pelajaran baru.

Sampai akhirnya, pada suatu malam yang sunyi di balik tumpukan batu dekat tebing tambang, ia berhasil menciptakan ramuan pertamanya.

Cairan itu berwarna cokelat kehitaman, baunya tajam menusuk seperti logam tua dicampur dengan darah. Ramuan itu berasal dari akar abu yang ditumbuk bersama serangga merah kecil. Teksturnya kental dan kasar. Dan saat ia meneteskan satu tetes ke luka di tangannya, luka itu seperti disiram api.

Li Yao hampir menggigit bajunya karena menahan rasa sakit.

Namun apa yang membuat Li Yao terkejut adalah, hanya berselang beberapa menit luka itu mulai mengering. Dan nyeri yang menyiksanya pelan-pelan mereda walaupun tidak hilang sepenuhnya, tapi ini sudah cukup untuk membuatnya bisa merasakan bahagia karena ini adalah hasil ramuan pertama ciptaannya .

Bahkan ramuan ini lebih manjur dari salep kasar milik para pengawas.

Setiap malam, ia selalu membuka kain lusuh dan membaca tulisan yang hampir pudar.

“Bukan semua yang pahit itu racun…”

Dan untuk pertama kalinya, ia benar-benar mengerti arti kalimat itu.

***

Pagi harinya, ketika kabut abu-abu masih terlihat dan para budak sudah mulai mendorong gerobak serta memecahkan batu roh di bawah cambuk para pengawas, Li Yao menyelinap ke koridor barat, yaitu jalur sempit yang telah ia perhatikan selama hampir dua minggu terakhir, hanya untuk mencari satu tumbuhan yaitu 'Akar Naga Hitam'.

Akar ini sangat hitam, tipis seperti cacing mati yang menggeliat, ia cuman tumbuh dari celah celah batu yang lembap.

Dengan jari jari yang gemetar, Li Yao mencabut akar itu perlahan, Ia tidak boleh ada kesalahan dalam mencabut akar ini, satu goresan kecil saja bisa meracuni kulit. Tapi Li Yao dengan gerakan yang presisi dan kehati-hatiannya, ia berhasil mencabut akar itu dan membungkusnya dengan kain sobek dari lengan bajunya, kemudian menyelipkannya ke balik ikat pinggangnya dengan cepat.

“Dua tetes rebusan Akar Naga Hitam saja bisa membunuh lima orang. Ini benar benar mengerikan. Tapi yang membuat ini luar biasa adalah kalo di campur bubuk batu abu, hasilnya bisa meningkatkan daya tahan tubuh dalam suhu rendah.”

Catatan yang tertulis tentang Akar Naga Hitam di kain lusuh kakek Qiao kembali bergema di kepalanya, seperti mantra kuno yang dihafal dengan nyawanya.

Li Yao kembali lagi ke tempat ia bekerja. Tidak ada yang curiga ia kembali dari arah barat. Karena para budak terlalu fokus bekerja dan para pengawas terlalu fokus dalam mengawasi para budak.

Setelah seharian bekerja, Li Yao akhirnya berniat untuk kembali ke tendanya. Namun, ditengah jalan bukannya kembali ke tenda malah menuju arah timur perkemahan.

Disana, terdapat gua kecil yang biasa di pakai Li Yao untuk merenung. Setelah sampa di gua, Li Yao kemudian masuk dan menuju arah pojok. Disana terlihat tumbukan batu yang tidak tertata rapi. Li Yao kemudian mengangkat batu batu itu, ranting ranting dan dedaunan yang menutupi lubang, Di sanalah, tersimpan harta terbesarnya.

Seperti, potongan kayu tua untuk menumbuk, pecahan mangkuk dari batu lunak, segumpal kain dekil, dan sebotol kecil air tambang yang ia kumpulkan sendiri dari tetesan langit-langit, bubuk batu abu, dan yang paling luar biasa adalah kain lusuh yang selalu menjadi petunjuknya.

Li Yao kemudian mengambil Akar Naga Hitam dari ikat pinggangnya dan kemudian memotongnya perlahan, lalu ia mencampurkannya dengan bubuk batu abu yang telah ia kumpulkan seminggu sebelumnya. Setelah beberapa menit, reaksi dari campuran dua bahan ini memunculkan cairan yang berwarna abu muda seperti kabut pagi, namun pada saat disentuh menimbulkan kehangatan di kulit.

"Cairan ini bisa menjadi daya tahan tubuh, jika dalam catatan itu benar, maka, cairan ini bisa menjadi penyelamat hidup bagiku" desah Li Yao dengan kegembiraan di hatinya.

Dengan kelelahan yang luar biasa, Li Yao akhirnya menyandarkan tubuhnya ke dinding untuk beristirahat sejenak, menatap hasil racikannya sambil menarik napas pelan. Tangannya masih bergetar. Ia tahu kesalahan sekecil apa pun bisa membuat cairan itu menjadi racun yang jauh lebih mengerikan daripada cambuk para pengawas. Dan akhirnya Li Yao tertidur.

***

Pagi pun tiba, ketika langit masih diselimuti abu-abu gelap dan udara membawa embun dingin, Li Yao perlahan terbangun. Matanya terasa berat, tapi tubuhnya lebih ringan dari biasanya, seolah malam tadi ia telah melepaskan sebagian dari beban yang menghimpit dadanya.

Ia bangkit dari tidurnya kemudian mengambil air dalam mangkuk tanah liat kecil lalu membasuh wajahnya. Rasa dingin dari air itu membangunkannya sepenuhnya. Ia menarik napas panjang kemudian melangkah pelan ke sudut gelap tempat ia menyembunyikan barang berharganya.

Ia duduk bersila dan dengan hati-hati membuka simpul kantong itu. Dari dalam, ia mengeluarkan satu per satu benda yang bagi orang lain tampak tak berarti. Kemudian Li Yao menatap botol kecil di depannya, ini adalah ramuan hasil racikannya semalam.

Li Yao kemudian membuka kain lusuh milik Kakek Qiao, dan membaca tulisan.

“Ingat, yang bisa dibakar bisa dimurnikan. Yang bisa membusuk bisa difermentasi. Jangan percaya warna. Percayalah pada bau.”

“Jika mencampur Akar Naga Hitam, Rumput Abu Mati, dan tetesan darah, kau bisa menciptakan ramuan yang memperpanjang hidup….”

“Tapi ingat… segalanya punya harga. Bahkan napas terakhir pun punya tagihannya.”

Li Yao kembali duduk dan berjongkok untuk mencoba membuat ramuan sebelum ia kembali untuk bekerja ke tambang.Ketiga bahan itu telah ia persiapkan seminggu yang lalu. Pekerjaan pun dimulai, Asap hitam tipis mulai mengepul dari piring tanah liat yang dipanaskan. Sesekali terdengar percikan halus pertanda bahwa proses fermentasi mulai bekerja.

Setelah beberapa menit, tiba-tiba dari kejauhan terdengar langkah ringan mendekat. Li Yao menegang mendengar langkah kaki itu, jantungnya berdetak lebih cepat. Jika itu pengawas... ia takkan sempat menyembunyikan apa pun. Suara langkah itu berhenti di ambang pintu gua. Dalam cahaya remang, sosoknya tampak samar seperti bayangan yang hidup.

“Kau sedang apa?” tanya suara lembut itu.

Li Yao hampir melompat dengan kaget. Ia kemudian menoleh cepat dan menghela napas lega saat melihat wajah yang dikenalnya.

“Hampir saja jantungku copot. Kau mengagetkanku Lan Ci.”

“Aku lagi belajar untuk bertahan hidup,” jawab Li Yao pelan.

Lan Ci kemudian mendekat. Tatapannya jatuh pada uap tipis yang keluar dari ramuan di atas api.

“Kau sedang membuat ramuan ya?” tanyanya penasaran.

Li Yao mengangguk. “Iya.”

Lan Ci lalu duduk di sampingnya.

“Kalau kau berhasil ajari aku juga ya.”

Li Yao menoleh ke arahnya untuk pertama kalinya, mata Lan Ci tak terlihat kosong saat ini. Ada sesuatu di sana sebuah harapan kecil yang nyaris padam, tapi belum sepenuhnya mati.

“Kalau aku berhasil, aku tak akan disebut budak lagi di dunia ini.” katanya pelan.

1
Green Boy
mantap thor
Eko Lana
alur cerita yang bagus dan menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!