*Important*
novel ini ekslusif ada hanya di NovelToon,bila ada di platform lain, bearti plagiat
tolong bantu report
"Ketika dunia mengandalkan pedang dan sihir, aku membawa napalm dan artileri. Oh, dan saldoku? Error Tak Terbatas." Rian, seorang buruh pabrik yang mati karena kelelahan, mengira hidupnya berakhir. Namun, dia membuka mata sebagai Zephyrion IV, Kaisar boneka di dunia Terra Vasta—sebuah planet yang 1.000 kali lebih luas dari Bumi. Nasibnya buruk: Negaranya di ambang kebangkrutan, dikelilingi musuh, dan nyawanya diincar oleh menterinya sendiri. Tapi, Rian tidak datang dengan tangan kosong. Dia membawa "Omni-Store System"—sebuah toko antardimensi yang mengalami ERROR fatal. Saldo Poin: UNLIMITED (∞).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24: Emas Putih di Pulau Terlupakan
Laut Selatan, 200 Mil dari Pelabuhan Aethelgard.
Kapal Komando The Swift (Eks-Vexia yang dimodifikasi).
Laut hari ini tenang, tapi di dalam kepala Laksamana Elara Vance, ombak bergejolak penuh perhitungan.
Elara berdiri di anjungan kapal The Swift. Kapal Galleon tua ini telah dimodifikasi oleh Zephyr. Layarnya masih ada untuk kamuflase, tapi di bagian lambung bawah, Zephyr telah menanamkan Mesin Diesel Laut (dari Sistem).
Kapal ini bergerak melawan angin tanpa kesulitan, membuat kru kapal (mantan pelaut Vexia) terkagum-kagum setiap hari.
"Laksamana," lapor juru mudi. "Sesuai peta kuno yang Anda temukan di perpustakaan Vexia... seharusnya ada gugusan pulau di koordinat ini. Tapi sejauh mata memandang hanya air."
Elara mengangkat teropong modern (hadiah dari Zephyr).
"Peta itu dibuat 200 tahun lalu oleh pelaut gila. Dia bilang pulau itu dikutuk karena pohon-pohonnya 'menangis darah putih'."
Elara teringat perintah Zephyr sebelum dia berangkat.
"Elara, aku butuh getah itu. Namanya Lateks. Karet. Tanpa itu, truk-truk di darat tidak punya sepatu. Pesawatku tidak bisa mendarat. Cari pulau itu. Itu prioritas tertinggi."
Zephyr bisa saja membeli jutaan ban jadi dari sistem (karena poinnya tak terbatas). Tapi Zephyr bilang: "Jika ban bocor di tengah jalan, rakyat harus bisa menambalnya sendiri. Jika aku mati, mereka harus bisa bikin ban sendiri."
Elara menghormati visi itu. Kemandirian.
"Tunggu..." Elara menyipitkan mata.
Di cakrawala, tertutup kabut tipis, terlihat bayangan hijau.
Pulau itu ada.
"Tanah!" teriak pengamat di tiang layar.
Pantai Pulau Misterius.
Elara mendarat dengan sekoci bersama satu regu marinir bersenjata Sten Gun.
Hutan di pulau ini lebat dan lembap. Tidak ada tanda-tanda peradaban manusia.
Tapi pohon-pohonnya...
Elara mendekati sebuah pohon berbatang lurus dengan kulit halus. Dia mengeluarkan pisau belatinya dan menggores kulit pohon itu secara diagonal.
Tess... Tess...
Cairan kental berwarna putih susu menetes keluar.
Elara menyentuhnya. Lengket. Kenyal.
"Darah putih..." gumam Elara. "Ini yang dicari Bos."
Tiba-tiba, semak-semak bergoyang.
Para marinir langsung mengarahkan senjata. "Siapa di sana?!"
Dari balik pepohonan, muncul makhluk-makhluk kecil.
Bukan monster.
Monyet? Bukan.
Mereka adalah manusia kerdil (Pygmy), tingginya hanya sepinggang orang dewasa, membawa tombak kayu dan sumpit beracun. Mereka menatap pendatang asing itu dengan waspada.
Elara mengangkat tangan kosong, memberi isyarat damai.
Salah satu dari mereka, yang memakai hiasan kepala bulu burung, maju. Dia bicara dalam bahasa yang tidak dimengerti, tapi nadanya marah. Dia menunjuk pohon yang dilukai Elara.
"Mereka marah kita melukai pohonnya," bisik seorang marinir. "Tembak saja, Laksamana?"
"Jangan," Elara menurunkan tangan prajuritnya. "Bos bilang kita butuh buruh untuk menyadap getah ini. Jika kita bunuh mereka, siapa yang akan panen? Kita tidak mungkin mengirim orang Vexia ke hutan nyamuk ini."
Elara mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
Bukan senjata.
Tapi Garam dan Gula (kemasan sachet A-Mart).
Di dunia ini, garam murni dan gula putih adalah barang mewah. Bagi suku pedalaman, ini mungkin lebih berharga dari emas.
Elara membuka sachet gula, menjilatnya sedikit, lalu menyodorkannya pada pemimpin suku itu.
Pemimpin itu ragu, lalu mencicipinya.
Matanya melebar.
Dia berteriak pada temannya. Rasa manis murni itu meledak di lidahnya.
Elara tersenyum.
"Diplomasi Gula," gumamnya, meniru gaya Zephyr. "Kalian boleh tinggal di sini. Kalian sadap getah putih ini untukku, dan aku beri kalian 'Pasir Manis' ini setiap bulan."
Meskipun bahasa berbeda, bahasa pertukaran barang (barter) adalah universal. Suku itu menurunkan tombak mereka.
Tiga Hari Kemudian. Istana Aethelgard.
Zephyr menerima sampel bola karet mentah yang dikirim Elara lewat kapal cepat. Dia memantul-mantulkan bola karet itu di lantai marmer istana.
Boing... Boing...
"Karet Alam," kata Zephyr puas. "Akhirnya."
Kael, yang berdiri di sebelahnya, melihat benda itu dengan bingung. "Benda kenyal ini untuk apa, Bos? Mainan anak-anak?"
"Bukan, Kael. Ini adalah 'sepatu' untuk peradaban kita."
Zephyr melempar bola karet itu ke Kael.
"Aku akan memberimu Blueprint proses Vulkanisasi (memasak karet dengan belerang). Vexia punya banyak belerang dari gunung berapi, kan?"
"Banyak sekali, Bos."
"Bagus. Campur karet ini dengan belerang, panaskan. Hasilnya adalah material hitam yang kuat, elastis, dan tahan lama. Kita akan membuat Ban."
"Setelah kita punya ban..." Zephyr menatap peta. "...Kita bisa membuat jalan raya aspal. Dan kendaraan kita bisa bergerak 3 kali lebih cepat daripada kereta kuda musuh."
Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka kasar.
Kuro masuk, wajahnya serius. Jarang sekali bocah itu terlihat seserius ini.
"Bos. Masalah besar."
"Apa? Kerajaan Besi menyerang lagi?"
"Bukan. Ini dari dalam."
Kuro melempar tumpukan foto hitam putih ke meja.
"Distrik Kumuh Vexia. Ada sekte baru yang menyebar. Mereka menyebut diri mereka 'The Purifiers' (Pemurni)."
"Mereka bilang teknologi Bos—lampu listrik, mesin, senjata—adalah sihir hitam yang menistakan Dewa Alam. Mereka menghasut rakyat untuk menghancurkan pabrik."
Zephyr mengambil foto itu. Terlihat coretan di dinding pabrik kaca Kael: MATI BAGI PENYIHIR MESIN.
"Luddites..." gumam Zephyr. (Kaum anti-teknologi di revolusi industri asli). "Sudah kuduga mereka akan muncul."
"Apa perintahnya, Bos? Unit 0 siap 'menghilangkan' pemimpin mereka malam ini," tanya Kuro, tangannya sudah memegang pisau.
Zephyr terdiam sejenak.
"Membunuh mereka mudah, Kuro. Tapi membunuh ide itu susah. Jika mereka mati, mereka jadi martir."
Zephyr tersenyum dingin.
"Biarkan mereka demo. Kita akan hadapi mereka dengan cara Aethelgard."
"Bagaimana caranya?"
"Kita matikan listrik di distrik mereka."
Jadinya seperti pertarungan Fantasy sihir dengan teknologi modern/militer keren banget
Semoga semakin ramai pembacanya ya kakak author tetap semangat berkarya
Tetap semangat thor 💪
tetap semangat thor 💪
sudah di riview
Keren thor lanjutkan 💪💪